Bab 2

7 2 2
                                    

Manusia Bertemu dengan Manusia Lainnya

"A A Aa Aaaa" Gadis itu berteriak, seperti menyanyikan tangga nada do re mi fa, memberi tau tekanan rasa sakit yang ia rasakan.

Pramugari segera membantu melepaskan tangan wanita itu darinya, namun justru ikut di tekan dengan tangannya yang lain. Tak tahan dengan perlakuan wanita yang kesakitan, gadis itu justru menggigit tangan yang menggenggamnya.

Wanita itu berteriak karna di gigit dan melepaskan tangannya. Ia menangis dan masih merasa kesakitan. Rasa simpati yang gadis tadi rasakan hampir saja hilang jika saja tidak melihatnya menangis.

"Udah mbak, gak papa. Saya maafin. Lain kali jangan pencet tangan orang sembarangan ya"

Sementara pramugari lain mengangguk, ia merasa beruntung tangannya terlepas lebih awal. Tangannya memerah dan masih tertinggal jejak jari tangan disana.

"Keadaan cuaca memburuk. Kemungkinan untuk sampai ke bandara sekitar 1 jam lagi. Saya sudah mengumumkan apabila ada diantara penumpang yang berprofesi di bidang kesehatan agar datang kemari. Namun saat ini kita hanya bisa menunggu"

Nafas wanita itu semakin tidak teratur. Tubuhnya terasa dingin dan wajahnya semakin lama semakin pucat.

Tak tahan menunggu, gadis itu pergi menuju penumpang lainnya yang hanya dibatasi sekat. Namun saat matanya melihat penumpang lain yang juga menatapnya, ia buru-buru berbalik dan menutup sekat.

"Hhh tadi sedikit menakutkan"

"Kau berbalik? Itu memalukan!"

"Jelas saja itu normal! Melihat banyak mata yang menatapmu, bahkan seorang penyanyi juga gugup saat melihat fansnya!"

"Bilang saja kau penakut"

"Aku tidak!"

"Penakut"

"Aku bilang tidak!"

"Baiklah terserahmu. Tapi membiarkan orang lain kesakitan, berharaplah agar kau tidak menyesali ini"

"K-a-u!"

Mata gadis itu tertuju pada wanita yang tergeletak lemah. Kedua pramugari masih mencoba merawatnya, meski rasanya hal itu sia-sia. Ia mengeratkan kepalan tangan, matanya ikut terpejam menampilkan kerutan kecil disekitarnya. Ia tidak akan menyesali apa pun lagi. Tidak akan.


Ia membuka sekat itu. Mengabaikan semua mata yang tertuju padanya dan percaya akan kedua kakinya yang mati rasa agar tidak mempermalukannya.

Gadis itu berhenti. Menatap seseorang yang memakai jaket kuning dengan tudung kepala. Sangat mencolok diantara penumpang lain yang memilih warna gelap dan pastel untuk outfit mereka. Matanya terpejam namun dahinya sedikit berkerut seperti memikirkan sesuatu.

Tangan gadis itu bergerak memegang ujung jaket lengannya yang terlipat didada. Dan sedikit menariknya seperti semut yang menggigit gula. Sangat pelan. Namun cukup membuat mata yang tertutup itu terbuka.

Pria itu memiringkan kepalanya, bertanya dengan suara yang serak. "Kenapa"

Berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan selalu membuat gadis itu ingin menangis. Terlihat menyedihkan.

"Mbak.. Hhh itu.. sakit.hhh Ada.. pucat" Terintimidasi. Gadis itu merasa sedang berada di tempat ujian kelulusan. Semua kata yang sudah ia tata tadi menguap ntah kemana.

"Hah?"

Hanya satu kata, tapi bisa meruntuhkan pertahanannya. Satu isakan lolos dari bibirnya. Ia menahan yang lain, namun justru semakin banyak. "Kk Hhh.." Ia sudah berlatih. Melatih saat keadaan seperti ini. Saat air matanya keluar sebelum ia sempat menjelaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang