Mengalah

86 16 0
                                    


"YURIIII!!!!."

Yuri pun langsung berlari dan pergi dari rumah yujin
Saat yujin hendak mengejar Yuri ,, tiba² tangannya ditahan oleh ayahnya

"Yujin kau mau kemana ? Sudah biarkan saja dia pergi." Ucap jeongyeon

"Tapi ayah...".

"Sudah diam dan pergilah ke kamar mu." Perintah ayahnya

Yujin pun pergi ke kamarnya dan disusul oleh minju


Yujin pergi ke balkon kamarnya dan mengacak-acak rambutnya dan mulai menangis
Minju yang melihatnya pun memberikan diri mendekati yujin dan duduk disampingnya untuk sekedar menghibur nya

"Jin Lo gapapa ? Kalo lo emng nolak perjodohan ini juga gapapa ko gue ngerti ." Minju mengawali pembicaraan

"Bukannya gitu juu,, gue cuman ga paham aja , kenapa orang tua gue dengan seenaknya gitu ngejodohin kita padahal mereka tau kalo gue tuh sebenernya udah punya pacar . Tapi kenapa ...". Ucap yujin

"Maapin gue jin ,, dari awal gue muncul di kehidupan Lo waktu ditaman malam itu juga mungkin menurut gue ituu udah salah besar . Gue ga seharusnya ada diantara Lo berdua. Gue juga ga seharusnya ngerusak hubungan kalian gara² orang tua kita ngejodohin kita. Maafin gue jin." Ucap minju sambil menundukkan kepalanya

"Ga ini bukan salah Lo ko ,, Lo juga mungkin sama kagetnya dengan apa yang gue rasain . Tapi Yuri..gimana cara gue ngejelasin semua ke Yuri juu,, gue ga tau harus bilang apaa hiks hiks...". Balas yujin

Minju yang kehabisan kata² pun hanya bisa menunduk dan merasa sangat bersalah. Melihat yujin tengah menangis pun minju mulai memberanikan diri untuk membawa yujin ke pelukannya dan minju mulai menepuk² punggung yujin dan mengusap kepalanya hanya sekedar untuk menenangkan hatinya


















Disisi lain....





Langkahnya yang gontai dan tak bersemangat terhenti saat wajah kusutnya dapat merasakan tetes demi tetes air mengalir wajah indahnya.

Gadis itu Yuri

menengadah, menatap langit malam , tak terlalu peduli dengan tetesan air hujan yang perlahan-lahan berubah bagaikan siraman air bah untuknya.

Apa langit tengah mewakili perasaannya?

Yuri hanya berjongkok di tengah jalanan para pejalan kaki ,, menenggelamkan wajahnya ke lututnya sembari memejamkan matanya. Menerima dengan lapang dada air yang mengguyur sekujur tubuhnya yang terasa begitu lunglai. Persetan dengan dirinya yang akan jatuh sakit di esok hari.

Cukup lama gadis itu meringkuk tak bergerak di jalanan hingga dapat ia rasakan hujan berhenti mengguyur tubuhnya yang mulai menggigil. Aneh, tapi Yuri masih dapat mendengar suara percikan air hujan yang menghantam tanah disekitarnya, pertanda bahwa hujan masih berlangsung hingga sekarang.

Penasaran, Yuri pun mengangkat kepalanya dan melihat sepasang kaki tengah berdiri dengan tegak tepat di depan matanya. Yuri mengikuti garis kaki itu ke atas, sedikit takut bila yang di hadapannya bukanlah manusia.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu kepada yuri

Kini pria itu berjongkok di hadapan yuri dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Tangannya yang tampak tak bergeming dengan payung yang sedari tadi ia genggam melindungi keduanya dari air hujan.

"Kau bisa demam kalau terus di sini, ayo kita berteduh sejenak" tambahnya lagi dengan nada yang begitu lembut. Yuri menelaah sosok pria di hadapannya itu

"Yenaa??". Ucap Yuri tanpa ada jawaban dari pria itu

Melihat yuri yang tak bergeming dengan ajakan dan juga terus menatapnya, yena hanya mencoba merangkul yuri, membantunya untuk berdiri dan membawanya ke sebuah apartemen miliknya

"Kenapa kau membantuku?" itulah hal pertama yang yuri tanyakan

"Hey kau ini temanku karena itu aku ingin menolongmu. Itu saja." tuturnya

Setelah tiba disebuah apartemen yena memberikan jaket dan sepasang pakaian untuk Yuri
"Pakailah ini dan ganti baju dikamar mandiku ,, setidaknya agar kau tidak kedinginan karna air hujan tadi ".

"Baiklah terimakasih." Balas yuri




"Yuri-ya apakau sudah berganti pakaian ? Ini aku membuatkan mu susu hangat." Ucap yena sembari membawa segelas susu hangat

Yuri mengambil gelas yang diberi yena "Ah iyaa terimakasih padahal tidak seharusnya kau repot² begini."

"Tidak aku tidak merasa direpotkan sama sekali. Minumlah agar kau merasa lebih baik." Balas yena

"Yuri-ya kenapa kau sendirian dijalanan tadi dan kemana yujin ?." Ucap yena

Yuri yang mendengar itu pun kembali menangis

Yena pun panik apakah dia salah bicara sehingga Yuri tiba² menangis
"Hey ke..kenapa kau menangis ? A..apa aku salah bicara ?."

Yuri tidak menjawab pertanyaan yena dan Yuri tiba² memeluk nya
Yena pun sedikit kaget dengan perlakuan Yuri
"Hey apakau tidak apa²? Berceritalah kepada ku,, apa saat ini kau sedang ada masalah dengan yujin ?."

Yuri pun melepaskan pelukannya
"Yena-ya apa aku perlu melepaskan yujin? ".

Yena mengusap air mata Yuri "hey apa yang kau bicarakan yuri-ah."

"Tadi aku kerumah yujin untuk bertemu dengannya,, tapi saat aku masuk kerumahnya disana mereka sedang berkumpul dan membicarakan tentang perjodohan. Aku mendengar bahwa yujin dan minju itu dijodohkan dari kecil dan ituu jug salah satu wasiat dari mendiang ayah minju . Jawab aku yena.. apakah aku harus melepaskan yujin hiks hiks."

Yena pun kembali memeluk Yuri kedekapan nya dan mengusap kepalanya

"Yuri coba kau pikirkan baik² tentang keputusanmu itu,, jika menurutmu itu merupakan keputusan yang terbaik ya aku bisa apa yuri-ah . Tapi lebih baik kau bicarakan dengan yujin dengan kepala dingin." Yena

"Ya kau benar sebaiknya aku membicarakannya dengan yujin." Yuri

"Baiklah ayo aku antar kau pulang ." Ajak yena

"Apa aku tidak merepotkanmu?." Yuri

"Hhhaaa tentu saja tidak yuri-ah ,, kalo begitu ayo." Yena

"Terimakasih yena-ya karna kau mau mendengarkan ceritaku ." Yuri

"Tidak apa-apa aku senang bisa mendengarkan ceritamu ,, jika kau ada masalah apapun kau bisa hubungi aku kapan saja ." Yena

"Ya baiklah." Balas yuri















































Next?.....

MY SUNSHINE ✓jinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang