[1]

277 24 0
                                    

Pikiran ku kacau. Sedih, marah, kecewa, dan terhianati. Semua perasaan itu melebur menjadi satu membuat dadaku terasa sangat sesak. Hatiku menolak percaya pada apa yang kulihat, namun logikaku menghempaskan semua harapan yang tersisa.

Malam ini aku harusnya sedang berada di restoran yang telah aku pesan jauh hari. Duduk bersama dengan Davika menikmati makan malam romantis yang telah aku siapkan. Lalu ketika makanan penutup disajikan, disana alunan biola akan mengiringi langkah ku untuk melamarnya. Menjadikannya sebagai wanitaku, pendamping hidupku selamanya.

Tentu saja itu hanya sebuah rencana. Dimana kenyataannya melenceng jauh dari apa yang telah aku siapkan.

Dengan perasaan gugup namun juga senang, aku mengunjungi apartemen Davika. Aku masih mengenakan pakaian yang sama sejak turun dari pesawat, tidak ada waktu untuk pulang ke rumah, dari bandara aku diantar langsung ke apartemen Davika oleh sopirku yang menjemut di bandara.

Aku tidak mengabari Davika bahwa hari ini aku sudah tiba di Bangkok. Yang ia tahu, aku akan kembali dari Singapura dua hari lagi, saat weekend. Aku memasukkan pasword apartemennya dengan perlahan, berharap ia tidak terbangun. Ini sudah jam 10 malam, dimana ia biasanya sudah tidur.

Aku berjalan pelan ke arah kamarnya.Aku ingin melihat ekspresi wajahnya yang terkejut serta tatapan rindunya padaku, karena sudah dua minggu lamanya kami tidak bertemu karena pekerjaanku di Singapura.

Namun yang aku temui malah diriku yang dibuat terkejut dan membeku.

Semakin dekat aku melangkah ke arah kamarnya, telingaku mulai mendengar suara pergumulan dan desahan saling bersahutan. Semakin dekat suara desahan itu terdengar semakin jelas.

Jantungku berpacu dengan cepat, tanganku gemetar ketika menggenggam handle pintu kamarnya. Suara desahan itu terdengar semakin tak terkendali. Dengan sekali hentakan keras pintu kamar itu terbuka. Dua orang yang tengah bergumul dengan desahan itu terperanjat ketika pintu terbuka tiba-tiba dan melihatku berdiri disana membeku dengan nafas memburu. Mataku menatap tajam Davika yang membelalak menatapku.

"Mile... "

Tangannya yang semula menggantung di leher pria itu terlepas, hendak berdiri menghampiriku namun gagal. Tubuhnya masih menyatu dengan pria yang tak ku kenal.

Dengan perasaan marah dan kecewa aku pergi dari apartemen itu. Mengabaikan teriakan Davika yang memanggil namaku.

Hatiku sakit. Sangat sakit. Aku tak pernah menyangka wanita yang aku cintai akan mengkhianati ku seperti ini. Dadaku terasa sangat sesak, seperti baru saja terkena lemparan palu.

Kami tidak bersama hanya satu dua tahun. Kami sudah menjalin hubungan hampir delapan tahun lamanya. Bahkan kami sudah bertunangan sejak dua tahun yang lalu.

Aku tidak tahu apa kesalahanku hingga membuat Davika berselingkuh dibelakang ku. Aku selalu menjaga kehormatannya. Selalu memperlakukan dengan lembut dan penuh perhatian. Tak pernah sekalipun aku biarkan ia terluka. Namun penghianatan yang aku dapatkan darinya.

Ia berikan kehormatannya pada pri lain dengan mudahnya, dimana aku sangat menjaga hal itu. Aku tak pernah mau menyentuhnya sebelum kami terikat dengan sebuah pernikahan.

Sangat menyakitkan melihat dengan mata kepalaku sendiri kehormatannya direnggut oleh pria lain, ia bahkan menikmati setiap sentuhan itu dengan desahannya. Tak terdengar sedikitpun teriakan takut, tidak terima. Itu menandakan semua itu karena ia yang menginginkannya.

Apa itu yang ia inginkan selama kami bersama delapan tahun ini?

Apa aku salah memilih untuk menjaga kehormatannya sampai kami menikah nanti?

Cigarettes & You || MileApoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang