Di dalam sebuah ruang bawah tanah seorang wanita cantik bersurai blonde tengah dikurung dalam sebuah kandang besi dengan kerah besi yang mencengkram lehernya, kondisinya terlihat begitu mengenaskan. Pakaiannya kotor serta tubuh dan juga wajahnya dipenuhi luka memar berwarna keunguan, jangan lupakan juga jejak darah yang masih tertinggal dari bekas luka-luka yang diterimanya.
Matanya tampak begitu kuyu, sudah satu minggu berlalu semenjak dia tiba-tiba diculik dan dikurung disini. Disiksa dengan tidak manusiawi setiap harinya, kesepuluh kuku jari tangannya bahkan sudah hilang dicabut dengan paksa dua hari yang lalu oleh orang yang menculiknya.
Setiap menitnya dia menggigil ketakutan, takut orang itu akan datang, karena jika orang itu datang maka dia akan disiksa kembali. Dia takut, iblis itu pasti akan menyiksanya lagi. Dia tidak pernah puas, seberapa keras pun dirinya menjerit kesakitan orang itu tidak pernah peduli ataupun merasa kasihan.
Tak.. Tak..
Suara langkah kaki berbalut high heels terdengar menggema di dalam keheningan.
Segera wanita bersurai blonde itu menyusutkan tubuhnya kebelakang, dia menggigil ketakutan kala suara langkah kaki itu terasa semakin mendekat kearahnya.
Takut, dia takut. Apalagi sekarang ini dia tidak bisa melihat apapun, matanya telah ditutupi tanpa dibiarkan melihat. Dan hal itu justru semakin menambah teror kedalam dirinya, ketakutan akan hal yang tidak bisa dilihatnya dalam kegelapan total.
"Ne, Shion-Chan. Mari kita bermain lagi hari ini"
Tidak, Shion tidak mau.
Sreg-
Suara rantai yang terhubung ke leher Shion ditarik dengan begitu keras sehingga wanita itu meringis kesakitan, tubuhnya tertarik ke atas mengikuti kemana rantai besi itu terhubung.
"Jangan takut Shion-chan, aku tidak akan menyakitimu"
"T-tolong.. Lepas.. Kumohon"
Sregg-
Rantainya ditarik kembali dalam satu hentakan keras hingga Shion kesulitan bernapas, jari-jari tangannya yang terdapat bekas lumuran darah setelah setiap kukunya dicabut menahan kerah besi di lehernya mencoba untuk melonggarkannya agar dia bisa bernapas meskipun dia tahu itu semua sia-sia.
Sebaliknya, wanita bersurai merah muda yang menjadi sumber kesengsaraan Shion itu hanya menyeringai dingin melihat pemandangan di hadapannya.
"Huh, kau benar-benar membuatku jengkel. Padahal aku sudah bersikap sangat baik kepadamu, hmm bagaimana kalau hari ini kita memainkan permainan memotong?" ujarnya dengan nada main-main dalam suaranya, "Mari kita akhirnya permainannya hari ini, Shion-chan".
.
.
.
.
"Itu perbuatanmu kan? Kenapa kau melakukan hal itu Sakura? Kau tidak perlu sampai membunuhnya!" ujar seorang pria menunjukkan berita di televisi yang memberitakan tentang ditemukannya sesosok jasad dengan kondisi yang mengerikan.
Baru sampai di apartemennya wanita bersurai merah muda bernama Sakura itu langsung ditodong oleh berbagai pertanyaan dari pria yang berstatus sebagai kekasihnya.
Dengan acuh Sakura melepaskan sarung tangannya yang terdapat percikan darah, menyimpannya di atas meja. Sakura perlahan mendekatkan dirinya pada sang kekasih dan menyekapnya dari belakang.
"Sakura, jangan abaikan pertanyaanku" suaranya terdengar kesal saat dia mencoba melepaskan pelukan Sakura.
Melihatnya, Sakura terkekeh pelan dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa, Sasuke-kun? Aku melakukan semua ini untukmu, untuk kita berdua. Kau tidak bisa menyalahkan ku karena menyingkirkan serangga pengganggu itu"
Sasuke menghela napas lelah, ini bukanlah yang pertama kalinya. Berapa banyak nyawa yang akan diambil oleh Sakura hanya untuk alasan demi kebahagiaan mereka berdua?!
"Sakura!"
Mendengar nada suara Sasuke yang dinaikkan membuat tubuh Sakura membeku, tapi itu tidak berlangsung lama.
Sakura mengabaikannya, jari-jari tangannya yang indah merayap ke sisi wajah Sasuke Perlahan. Dari belakang pria itu, Sakura berbicara tepat disamping telinga Sasuke "Jangan marah padaku Sasuke-kun, aku benar-benar melakukan semua ini demi kita. Serangga itu, dia ingin memisahkanmu dariku. Bagaimana mungkin aku tidak marah dan menyingkirkannya?"
Suara Sakura terdengar begitu sedih, tapi itu semua berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang dingin menatap lurus ke arah televisi yang masih menyiarkan berita tentang ditemukannya jasad wanita bernama Shion. Tapi Sasuke tidak menyadari hal itu, dan dia tidak perlu mengetahuinya.
Sasuke tidak bisa mengatakan apa-apa, ah, pada akhirnya dia mengalah lagi pada tingkah Sakura. Selalu begitu.
Tidak ada yang berubah.
Dan tidak akan pernah.
Sasuke selalu lemah terhadap Sakura, dan dia tidak menyangkal hal itu.
"Baiklah, lakukan semaumu. Tapi Berhati-hatilah, meskipun aku adalah salah satu petinggi di kepolisian tapi aku tidak bisa selalu menutupi bukti kejahatanmu. Bermainlah dengan bersih"
Mendengar hal itu Sakura langsung tersenyum bahagia, membawa tubuhnya untuk pindah dan duduk dipangkuan Sasuke.
"Aku mencintaimu" ucap Sakura lalu mengecup bibir Sasuke cepat. Dan dibalas kembali oleh Sasuke dengan menciumnya lebih dalam, menggunakan lidahnya untuk mengait lidah Sakura, menolak untuk melepaskannya.
"Ayo tiduri aku Sasuke-kun"
"Hmm"
Dengan cepat Sasuke menggendong Sakura dan langsung membawanya ke dalam kamar mereka.
Ya, Sakura selalu punya caranya sendiri untuk mengendalikan Uchiha Sasuke agar terus berada di dalam genggamannya.
TBC
