PART 1✍

0 0 0
                                    

Selamat membaca!

Jangan lupa follow akun saya sebelum membacanya ya, semoga suka.

●●●●

Angin malam berhembus kencang menerpa setiap inci wajah cantik nan pucat yang saat ini sedang terduduk melamun dengan tatapan kosong. Gadis itu terdiam tak bergeming. Bibirnya kelu untuk mengeluarkan sepatah katapun.

Aliran bulir-bulir bening tanpa diundang kini mengalir deras disudut matanya. Tangannya yang lemas terulur untuk mengelap kasar setiap aliran bening yang mengalir dipipinya. Dia lelah, lelah dengan keadaan yang terus memaksanya untuk selalu menangis setiap waktu.

"Ayah ... Lita kangen ... " lirihnya dengan suara serak.

Gadis yang biasa disebut Lita ini bisa dibilang adalah anak broken home. Dirumahnya yang megah hanyalah rupa, namun tidak dengan isi didalamnya.

Lita beranjak dari duduknya beralih menuju ranjang yang kini terlihat acak-acakan. Selalu begitu, karena setiap saat dia menangis, kegiatannya hanyalah merusak seisi kamarnya.

Lita memejamkan matanya sejenak lalu membuang nafasnya dalam. " Semoga hari esok tak sesakit hari yang telah lalu" ucapnya tersenyum tipis.

●●●●

Pagi menyapa

Jam sudah menunjukkan jam 07:00
Lita sudah siap dengan seragam sekolahnya sedari tadi, tangannya terulur untuk mengambil benda pipih yang terletak diatas mejanya, guna mengecek notifikasi yang bergetar sedari tadi.

Lita meringis membaca setiap pesan yang ia terima di aplikasi Line nya. Sudah biasa, namun Lita masih belum tetbiasa dengan semua bully an yang teman-temannya lontarkan digrub kelasnya.

"Kapan semua ini berakhir Tuhan? Lita capek ... "

gadis itu bergetar menahan tangis yang sudah ingin tumpah. Tapi tidak untuk kali ini, dia mencoba menyeka airmatanya yang harus terbuang sia-sia dipagi hari seperti ini.

Lita menuruni tangga dengan merangkul tasnya dengan hati-hati. Seperti biasa pemandangan yang pertama kali ia lihat ialah sosok Bunda nya yang sedang sarapan bersama Lala adiknya.

"Pagi Bunda," sapanya.

Tak ada respon yang ia dengar, sudah biasa seperti itu. Tari Bundanya hanya fokus menyantap sarapannya dengan anaknya Lala.

"Kapan Bunda bakal jawab sapaan selamat pagi aku?" tanya Lita berharap.

Tari menghentikan aksinya sejenak lalu menatap Lita dengan tatapan penuh benci.

"Apa kamu bilang? Coba ulang," ucapnya.

"Kapan Bunda mau jawab sapaan aku?" ucap Lita pelan.

"Dasar anak gak tau diri kamu. Sampai kapanpun saya gak akan sudi berbuat baik sama kamu! Saya jijik lihat wajah kamu didepan saya dasar anak sialan! Pergi kamu dari hadapan saya sekarang!" Bentak Lita dengan wajah merah padam.

"Kenapa aku segitu hina dimata Bunda?"

"Kamu masih nanya kenapa? Gara-gara kamu saya kehilangan suami tercinta saya dasar bodoh! Kamu itu pembunuh! Seharusnya kamu aja yang mati, bukan suami saya!" lantang Tari.

"Bukan salah aku, Bun. Kenapa Bunda selalu nuduh aku pasal semua ini? Bukannya Lala yang salah? Kenapa aku yang kena imbasnya?!"

"Sekarang kakak malah nuduh aku, dasar pembunuh!" ucap Lala membuka suara dengan tersenyum miring penuh kemenangan.

"Jaga mulut kamu ya Lita, sekarang menghindar dari hadapan saya!" Bentak Tari mengusir anaknya Lita.

"Kalian jahat!"

Lita berlari meninggalkan Tari dan Lala dengan airmata deras yang mengalir disudut matanya.

"Lita capek ya Tuhan, apa aku harus mati aja biar semua orang nangisin Lita? Aku pengen ketemu Ayah di surga ... "

"Tunggu Lita ya, Yah!"


●●●●

Segini dulu ya readers. Kalau kalian suka, bakal aku lanjutin.
Jangan lupa follow akun aku yaa. See you!










MY SAD LIFE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang