Bimbel

1 0 0
                                    

5 tahun yang lalu

Sudah jam 4 sore dan saatnya bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid mungkin sudah sangat bosan disekolah sejak pagi sampai ke petang sehingga mereka ingin bergegas meninggalkan tempat itu.

Saking ramainya, Dara harus mengantri untuk bisa keluar dari sekolahnya. Hal ini terjadi setiap hari karena gerbang sekolahnya dan Sekala bersebelahan.

Remaja ini harus kembali melanjutkan pendidikannya di Bimbel yang tidak jauh dari sekolahnya. Begitu juga Sekala. Mungkin hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke bimbel jika Dara berani naik angkot. Tapi sayangnya, remaja ini lebih memilih berjalan kaki selama 20 menit daripada naik kendaraan umum itu.

"Daraaa"

Dara sontak menoleh mencari asal suara ditengah ramainya murid SMP yang ingin bergegas pulang sekolah.

Terlihat remaja laki laki melambaikan tangannya ke atas dengan seragam sekolah yang berbeda.
Sekala dengan gesit menyusul ke tempat Dara berdiri.

"Naik angkot ajalah" ucap Dara yang kelihatan sangat lelah sepulang dari sekolah.

"Jalan aja. Mau beli jus apel"

Mereka pun menyusuri jalan yang cukup ramai itu. Tak hanya mereka berdua, ada juga beberapa anak SMP mereka yang pulang dengan berjalan kaki karena rumah mereka dekat dengan sekolah.

Seperti biasa, mereka mengobrol sepanjang jalan dan tanpa disadari mereka berdua sudah sampai di gerobak jus buah langganan mereka.

"Pak jus apel nya 2. Dia yang bayar" Sekala memesan jus sambil menunjuk kearah Dara.

"Oke dek ditunggu sebentar ya"

Dara dan Sekala memang sudah biasa seperti ini. Toh juga cuma seonggok Jus apel. Beda cerita jika Sekala meminta apel tergigit digital.

Mereka berdua pun duduk di kursi yang memang disediakan untuk para pembeli Jus Buah Gerobak 99 ini. Jus buah ini cukup ramai dan berjualan di pinggir persimpangan Jalan Sekop.

"Mang berenti manggg" Teriak seseorang dari dalam mobil angkutan umum yang sedang lewat melintasi simpang tempat dimana Dara dan Sekala sedang duduk.

Dara dan Sekala yang sedang mengobrol menoleh ke asal suara karena mereka sangat hafal suara siapa itu.

"Yakali cuma Sekala yang di beliin jus" Keluh Rifki. Salah satu teman Sekala yang sudah menjadi teman Dara juga. Disebelahnya ada seseorang yang lagi-lagi mereka berdua sangat kenal, Irfan.

"Pak saya tambah sop buah satu. Kamu mau apa Fan?" Lanjut Rifki langsung memesan ke Bapak penjual jus.

"Jus Alpukat pak satu" Sambung Irfan.

"Lahh" Ucap Sekala dan Dara bersamaan karena melihat tingkah teman mereka ini.

••••

"Yang dapet jawabannya duluan, bisa pulang duluan"

Mereka benci sekali kalimat itu. Mungkin karena mereka sadar otak mereka tidak setiap hari mulus.
Jadi besar kemungkinan salah satu dari mereka akan pulang terakhir.

Ruangan bimbel itu seketika hening karena para murid sedang berlomba mencari jawaban Matematika yang diberikan Koko demi untuk pulang duluan.

Koko. Ya mereka memang memanggil guru bimbel ini dengan panggilan Koko dan Cece. Karena memang guru bimbel mereka beretnis Tionghoa.

"Ko dapet ko" Suara Sekala memecahkan keheningan.

Seperti hari-hari sebelumnya, Sekala yang mengambil kesempatan pulang duluan itu dengan otak encernya.

Dara dan Rifki? Jangan banyak berharap.

Mereka berdua malah sudah berjanji satu sama lain.  Jika diharuskan untuk menjual organ, yang akan mereka jual adalah otak mereka. Karena otak dua orang ini masih bersegel akibat tidak pernah dipakai.

Kalau Irfan? masih bisa diandalkan.

Dara orang yang sederhana. Jadi, jika menurutnya dia tidak bisa menjawab soal itu sejak awal, tidak akan dia kerjakan.

Daritadi Dara hanya mencoret-coret kertas yang harusnya dia gunakan untuk menghitung.

"Kamu mau snack ngga?" Tegur seorang remaja perempuan yang duduk disebelah Dara.

Dara tau pasti perempuan yang baru saja menegurnya ini bersekolah di sekolah Swasta. Karena memang Dara sudah lama memperhatikan perempuan ini hanya saja malu untuk mengajaknya berkenalan.

Selain itu, Dara juga bisa langsung menebak hanya dengan melihat seragam sekolah berwarna putih dan rompi biru yang dipakai perempuan itu.

"Boleh"

Dara mengambil snack yg ditawarkan anak sekolah swasta itu.

"Btw nama aku Dara. Nama kamu siapa?" Dara mengajaknya berkenalan.

"Oh, hai Dara. Nama aku Bela"

Sejak saat itulah Dara, Sekala, Rifki, Bela, dan Irfan menjadi sahabat sampai sekarang.

STORGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang