.
.
.Komen Cyin
.
.
.Cahaya jingga yang semula menyiram wajah sendu Bella perlahan turun, lalu tenggelam kepelukan lautan.
Deburan ombak yang bertabrakan dengan batu karang terdengar seperti simfoni duka cita yang ditujukan kepada gadis pemilik tatapan layu itu.Ia mendongak pada langit yang sebentar lagi menggelap, tidak ada bintang ataupun bulan disana, hanya ada awan kelabu yang agaknya sebentar lagi akan menumpahkan hujan.
"ARANGGA! GUE BENCI LO!" Bella berteriak lantang menumpahkan segala lara yang bersarang dalam rongga dadanya, bersamaan dengan angin yang menabrak wajahnya, gadis itu akhirnya luruh, membiarkan tangisnya pecah.
Ia tidak tau bagaimana akan menjalani hari esok, Lusa dan hari-hari setelahnya. 'orang itu' telah pergi, ketempat yang tidak akan pernah bisa Bella gapai.
Luka, hanya itu yang tersisa, 'dia' kini benar-benar telah menyatu dengan waktu, setiap kenangan tak ubahnya belati yang mengiris setiap sudut hati hingga membuat organ itu remuk hingga melebur menjadi butiran.
"ARANGGA BIMASENA DENGAR! GUE ARABELLA LEVINA AYYARA, MULAI DETIK INI MEMILIH UNTUK MEMBECI LO!"
Sekali lagi, sekali lagi Bella berteriak, memberi sugesti kepada dirinya bahwa kepergian lelaki itu tidak akan berdampak apa-apa bagi dirinya, sama ketika laki-laki itu belum datang dihidupnya, semua akan baik-baik saja kan?
Bella meragu akan kata yang baru saja Ia muntahkan, karena pada dasarnya Arangga sudah mengambil begitu banyak ruang dihidupnya, menyisahkan kekosongan yang tidak akan pernah lagi bisa terisi.
"Arangga, kenapa lo nggak pamit? Gue kangen," lirihnya. Gadis itu memukul dadanya yang masih terbungkus sesak pekat.
Perlahan hujan turun, mengguyur sekujur tubuh ringkih gadis itu, meleburkan air mata lalu terbenam kedalam pasir pantai. Entah sampai kapan Ia akan tetap disana.
Mungkin ... sampai Ia merasa lebih baik?
"Hujan itu mengajarkan tentang kerelaan, keikhlasan Dan ketabahan. Bagiamana Ia ikhlas untuk jatuh demi mewujudkan harapan orang-orang dibawa sana."
Itu adalah kalimat yang diucapkan Arangga disore sebelum Ia pergi, kala itu Bella hanya diam tak mengatakan apapun.
"Awan juga begitu, dia mengajarkan tentang menerima lalu melepaskan." Arangga melanjutkan kalimatnya sambil menggenggam tangan pacarnya erat-erat, tatapan teduhnya secara ajaib membuat dada Bella menghangat, padahal sore itu tengah hujan deras.
Suara hujan yang saling berpadu dengan aroma petrichor sore itu, membuat Bella merasa terjebak dalam sebuah aeforia, sampai-sampai Ia berharap waktu dapat berjalan sedikit lebih lambat, agar Ia bisa menikmati suasana ini lebih lama lagi.
"Arangga," Panggil sang dara, "janji ya, tetap disisi Ara selamanya?"
Arangga tersenyum mendengar penuturan Bella, senyum yang berhasil membuat Bella kembali jatuh pada pesona yang sama.
Senyum itu, senyum itu yang menjadi alasan Bella memutuskan jatuh cinta pada sang Lelaki ketika pada pandangan pertama, senyum dengan sedikit udara jahil disekitarnya adalah senyum terbaik yang pernah Bella lihat.
Lalu sebelum sempat menjawab, Arangga sudah lebih dulu menarik tangan Bella, lalu membawanya bermain dibawah hujan.
Andai saja Ia tau bahwa itu akan menjadi sore terakhirnya bersama lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arangga (One Shoot) Hechan✅ NCT S3
RandomMenjadi dewasa itu ternyata menakutkan __Arangga