Chapter 14 : Kencan Buta Senja

34 2 0
                                    

“Jadi apa pekerjaanmu, Senja?”

Senja terperanjat dan mendongak melihat mata pria yang duduk di seberangnya.

Mungkinkah akan baik-baik saja, jika Senja mengatakan bahwa ia adalah seorang gadis pengangguran dan berencana berleha-leha di hotel untuk waktu yang agak lama? Jangan dijawab dulu. Itu akan terdengar seperti Senja sejenis manusia yang tidak memiliki kehidupan dan pemalas.

“Ah, aku sedang merencanakan untuk mencari pekerjaan.” Senja hanya mengatakan yang sebetulnya. Walaupun itu sulit. Persetan nanti dengan responnya. Apa pun itu, Senja akan menerimanya.

“Oh, seorang pengangguran, ya.”

Senja meneguk air liurnya. Pria ini terlalu berterus-terang. Tapi, sialnya memang begitulah keadaannya.

“Bagaimana denganmu, Ten?”

Pria itu terkekeh sebentar. Dilihat dari setelan jas yang dikenakan pria ini, semuanya terlihat mengilap dan mahal.

“Chief Eksekutif firma Hukum X.”

Senja sudah menebaknya. Setelan mahal, makan malam mewah di restoran terkenal. Apalagi kalau Ten bukan berasal dari kalangan menengah atas. Pria ini bahkan belum mengganti setelan kerja, Senja menebaknya lagi Ten terlalu buru-buru untuk melakukan itu dan ia meninggalkannya demi Senja. Ten si pria dewasa sibuk dan tidak mau seorang gadis menunggunya terlalu lama. Gentle dan menakjubkan.

Pada saat ini Senja merasa ia menyesal.

Ia seharusnya tidak setuju untuk datang ke acara kencan buta seperti malam ini. Senja pikir, calon teman makan malamnya adalah seorang pria biasa yang bekerja sebagai karyawan swasta. Senja tidak menyangka bahwa teman kencannya adalah seorang CEO firma hukum ternama. Jelas, perbedaan besar antara dua orang ini membuat mental Senja melempem.

“Itu pekerjaan yang luar biasa bagus.” Senja mangut-mangut mencoba bersikap santai. Tapi, tetap saja Senja berpikir ia harus segera menyudahi acara makan malam mereka.

“Apa keseharian kamu?” tanya Ten. Ekspresinya masih sederhana.

“Oh, itu ....” Senja menggantung kalimatnya.

Benar juga. Selama menjadi seorang pengangguran. Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh seorang pengangguran? Kalau tidak berleha-leha di atas kasur, sudah pasti ia memilih menonton series di Natflix sambil makan makanan cepat saji. Cepat saji? Jika Senja mengatakan hal ini kepada Ten, pria ini pasti akan mengira kehidupan Senja terlalu tidak sehat. Perempuan harus menjaga berat badan proposional dan yang paling penting adalah manusia harus bisa menjaga kesehatan tubuh.

Senja menaikkan tangan dan sikunya di meja. Ia memijat keningnya yang mengkerut. Di depan sana, Ten melihatnya dan hanya terdiam menunggu sebuah jawaban.

“Aku ... yah!” Senja menahan napas. “Kau tahu, memangnya apa yang bisa dilakukan seorang pengangguran?”

“Bukannya mereka bisa melakukan banyak hal?” Ten balik bertanya.

Banyak hal?

“Tidak, tidak, aku tidak punya banyak hal untuk dilakukan. Hanya tidur, makan dan menonton TV. Kadang-kadang, pergi kencan seperti sekarang ini.”

Ten tertawa. Entah apa yang ia tertawakan. Bisa saja ia menertawakan gaya hidup Senja atau  karena Ten memang tipe orang ramah.

“Ah, sangat disayangkan. Kupikir kau akan membaca buku atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan seni,” ujar Ten.

Senja menggeleng. “Tentu, tidak. Aku tidak punya garis seni di keluargaku. Orangtuaku adalah orang kampung. Mereka petani, dan sekarang sudah bangkrut. Aku pergi ke Chimera untuk mencari pekerjaan.”

PAINKILLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang