part 11 stubborn little girl

57 37 40
                                    



Mentari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur, menyinari langit dengan cahaya kemerahan yang indah. Suara kicauan burung dan hiruk-pikuk aktivitas pagi menandakan bahwa hari Senin yang padat telah dimulai. Orang-orang bergegas, menyiapkan diri untuk rutinitas sehari-hari.

Di dalam rumah yang besar namun sepi, Hana turun dari kamarnya dengan langkah pelan. Pikirannya masih dipenuhi oleh peristiwa yang terjadi kemarin. Namun, ia mencoba untuk menyingkirkan kenangan itu dari benaknya.

"Ah, baiknya gue lupain aja masalah kemarin," gumam Hana pada dirinya sendiri sambil menuju ruang makan. "Nanti juga ada lagi masalah baru."

Ia duduk di meja makan dan melihat sarapan yang sudah disiapkan bibinya. Aroma makanan yang lezat sedikit membantu mengalihkan pikirannya dari kejadian yang masih membebani hatinya. Saat hendak mengambil piringnya, Hana baru menyadari bahwa di meja makan ternyata ada orang tuanya. Hana hendak membatalkan niatnya untuk sarapan, tapi dia mencoba untuk bersikap seolah semuanya baik-baik saja.

Ia menghela pelan dan mulai memasukkan satu suasana ke dalam mulutnya, tanpa menyapa kedua orang tuanya.  "Hana, gimana? tidur kamu nyenyak?" Tanya Alex yang sejak tadi memperhatikan wajah dingin Hana.

"Dari semalam juga kamu gak keluar kamar, setelah main sama teman-teman kamu itu. Pemalas." Ucap Lia dengan nada pahit, menatap putrinya dengan tidak suka. Alex merasa sedikit prustasi dengan sikap istrinya, tapi kekhawatirannya lebih tertuju ke Hana.

Hana tidak menjawab kedua orang tuanya itu dan hanya lanjut makan dengan suasana hati yang berat. Alex menghela, ia ingin sekali melihat keluarganya ceria seperti dahulu tapi rasanya itu tidak mungkin. Kemudian ia pun lanjut makan.

Keheningan di ruang makan ini membuat suasana semakin tegang, bahkan Alex tidak sanggup dengan semua ini. Ia pun mencari cara untuk meningkatkan suasana hati putrinya itu. Ia berdehem dan menatap Hana. "Hana... nanti papah anter, ya?"

Hana benar-benar tidak ingin bicara apapun pagi ini, jadi ia hanya menggelengkan kepalanya, membuat Alex semakin tidak berdaya bagaimana harus membuat putrinya kembali ceria. Kemudian Lia menyentak, "dia bisa berangkat sendiri. Gak usah kamu manjain anak ini."

Mendengar itu amarah Hana tidak bisa terkendali, ia langsung meletakkan alat makannya di piring dan mendorong kursinya kebelakang. Ia bangun dan mengambil tasnya sebelum berbalik dan berjalan ke pintu depan.

Alex semakin panik melihat apa yang terjadi di depannya, ia hendak bangun untuk mengejar Hana tapi Lia langsung menarik lengannya.

"Ngapain, sih?! Biarin aja. Biar dia gak terbiasa dimanjain kayak gitu." Ucap Lia.

"Kamu itu sadar gak, sih?! Cara ngomong kamu, sikap kamu, itu alasan kenapa Hana jadi kayak gini!" Bentak Alex dan ia langsung bangun dari kursi, mengambil jasnya dan pergi begitu saja meninggalkan Lia di meja makan.

●●●

Hana tiba di sekolah pada pukul tujuh pagi seperti biasanya. Suasana sekolah sudah ramai dengan siswa-siswi yang bergegas menuju kelas masing-masing. Hari Senin selalu terasa berat bagi Hana, suasana hatinya sering kali buruk saat hendak pergi ke sekolah. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menahan emosinya dan mencoba menjalani hari.

Setelah memarkir motor kesayangannya, Hana berjalan menuju kelasnya. Sepanjang perjalanan, ia merasakan pandangan dari para siswa yang selalu memperhatikannya, namun ia berusaha mengabaikan hal itu.

TRUE FIRST LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang