Tut
Tut
Tut
Suara jam berbunyi dengan sangat nyaring, sangat mengganggu telinga, Deon membuka matanya dengan malas, sambil meraba-raba, dimana letak suara berisik itu berada.
Dengan malas Pria itu melihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh waktunya untuk bangun dan berangkat ke kantor.
"Meaaoow...Grrrr."
Deon menengok ternyata itu adalah Michan, kucing tortie kesayangannya. Dengan lembut dia mengelus lembut kepala kucing kesayangannya itu, Michan.
Lalu merubah posisinya jadi duduk di tepi kasur untuk mengumpulkan nyawa sebelum dia bersiap mandi dan berangkat ke kantor.
"Hai cantik,kamu udah makan belum? Ah, aku lupa. Aku belum memberimu makan pagi. Ayo, Chan! ckckck... Sini,"
Deon langsung beranjak dari kasur dan segera memberi makan kucingnya itu.
Setelah itu dia pergi ke dapur untuk mengambil air putih, susu, dan roti untuk ia makan sarapan pagi.
Drrrt...
Drrrt...
Ponsel Deon tiba-tiba berbunyi, dan itu 'LUNA', Deon mengangkatnya tanpa ekspresi.
"Hallo?"
"Hallo, kamu kemana aja sih? Kenapa teleponku gak diangkat terus? Kamu sebenernya maunya itu gimana? Aku gak bisa kayak gini terus-terusan, Deon. Tolong beri aku kejelasan tentang hubungan kita, aku juga gak mau kalau digantung terus kayak gini,"
"Hmm... Apa? Aku? Ya.. aku mah terserah sama kamu aja,"
"Aishhh! Kamu..!"
"Apa? Kenapa? Salahku dimana? Kan aku juga udah bilang terserah kamu aja, aku mah woles orangnya,"
"Hish! Ya udah terserah kamu aja, aku mau kita putus!"
"Hmm, okay."
Luna langsung menutup telponnya, sedangkan Deon hanya bersikap biasa saja, karena menurutnya dia sudah terlalu terbiasa dengan hal seperti ini, sudah bukan menjadi hal yang aneh lagi baginya.
Di setiap kali pria itu menjalani hubungan, ia belum pernah merasa seratus persen suka dengan wanita yang ia pacari, selalu si wanita duluan yang bertindak duluan lalu ia terima karena paling tidak bisa menolak permintaan seorang wanita, menurut seorang Deon Bailey itu sama saja seperti menentang mendiang ibunya.
Lelaki itu melirik jam dinding di sebelah kanan atas, sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Sebaiknya dia segera bersiap dan berangkat kerja sebelum jam kuliah dimulai nanti malam.
Setelah 30 menit lamanya Deon sudah siap untuk berangkat kerja, ia langsung mengambil kunci mobil dan berangkat menuju kantor.
Sesampainya di kantor, waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, itu waktu yang sangat telat untuk masuk kerja, yang seharusnya sudah masuk dari jam setengah sembilan paling lambat.
Ditambah lagi ia lupa kalau hari ini ada rapat penting dengan dewan direksi. Diam-diam ia masuk ke ruang rapat selagi boss nya sedang menerangkan materi untuk kerja sama dengan perusahaan lain.
"Hey, kau telat lagi, Deon Bailey," sahut salah satu rekannya.
"Eeh... Hehe, aku minta maaf. Tadi aku terjebak macet di jalan,"
"Psstt... Sini cepetan!" bisik Kevin dengan berbisik ke arah Deon.
Deon perlahan berjalan menunduk menghampirinya dan duduk dengan tenang. Jantungnya berdegup kencang, karena bukan pertama kali nya dia telat datang ke kantornya.
"Lu kudu beliin gue burito sehabis ini, laper gue," ujar Kevin memaksa sahabat karibnya itu
"Enak aja lu, dikira gue ATM berjalan apa? Gue juga laper kali, tadi cuma makan roti doang di rumah," Deon berbisik sedikit judes.
"Heleh... Alasan aja lo. Ga ada yang nyuruh juga kan? Lagian, siapa suruh lo telat?"
"Ey, ya gak apa-apa sih, emang gue aja yang agak-agak!" jawabnya sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi.
"Nah, itu lo nyadar sendiri,"
"Sialan lu kampret!"
Rapat telah selesai, semua pegawai bubar dan menuju meja masing-masing termasuk Deon.
"Hahhh... Akhirnya selesai juga...," gumamnya dalam hati, sembari membanting tubuhnya kembali ke kursi.
"Heh, psstt!" Terdengar suara dari seberang sana sementara lelaki itu hanya diam saja menatap monitor yang ada dihadapannya saat ini. "Deon, psstt!"
Ia menoleh, "Apa sih?" sahutnya melihat Lola sedari tadi memanggil, "Kenapa?"
"Gak ada apa-apa sih, aku cuma pengen manggil aja. Oh iya, itu si Luna tadi nelpon aku, katanya dia abis putus sama kamu, itu beneran, Dey?" tanyanya karena memang dia adalah sahabat dari Luna, yang kini baru saja jadi mantan pacar Deon.
"Iya, benar. Wae?"
"Nggak kenapa-kenapa kok, tadi dia cuma curhat gitu doang sama aku, aku kira itu bohongan ternyata benar,"
"Terus, dia ngomong apa lagi sama lu tentang gue?"
"Hmm... Dia ngomongin tentangmu karena dia nggak tahan sama kelakuan kamu yang kelewat cuek dan dingin sama dia, padahal dia udah ngelakuin segala cara biar kamu nggak cuek-cuek amat gitulah pokoknya, aku gak terlalu perhatiin curhatan dia karena aku pun lagi sibuk tadi pagi!"
Sedangkan Deon hanya mengangguk-angguk paham.
"Kan gue udah ngomong dari awal, kalau gue orangnya memang begini adanya. Gak bisa diubah-ubah begitu aja," jelasnya, padahal itu semua ia lakukan karena dia memang tak suka dengan orangnya, bukan karena sifatnya yang bisa dibilang cuek dan dingin.
Lola yang tak sengaja melirik Deon yang terlihat dingin padanya langsung dia seribu bahasa langsung menatap fokus pada monitor yang tepat ada di depannya, sepertinya kali ini dia seperti membangunkan macan yang ingin menerkamnya saat ini juga.
Melihat itu Kevin pun yang tadinya ingin mengajak bercanda segera mengurungkan niatnya dalam-dalam karena tahu sahabatnya ini paling tidak suka kalau ada orang yang mengurusi urusan pribadinya. Dia tahu Deon itu mudah sekali mengubah moodnya.
Deon yang sudah tak suka dengan situasi yang dihadapinya ini langsung bangkit dari duduknya dan menghubungi Mr. Andrew untuk menemuinya di cafe biasa dekat kantor untuk membahas pekerjaannya di luar kantor.
Padahal sekarang masih pagi dan masih di jam kerja, tapi Deon malah bebas begitu saja tanpa adanya persetujuan dari ketua tim dua dari perusahaan periklanan makanan.
Ya, bukannya tanpa alasan jelas Deon bisa seenaknya keluar pergi dari kantor, tapi itu adalah persyaratan khusus yang diberikan oleh Robby selaku ketua direksi karena orang yang bernama Deon ini sebenarnya menolak untuk bekerja di perusahaan ini.
Namun Robby kepincut dengan semua hasil prestasi Deon bahkan dia memiliki IQ yang tinggi yaitu 145 di atas rata-rata para pegawai yang ada di sini.
Sebenarnya Deon itu tidak butuh pekerjaan, dikarenakan ia adalah ahli waris di salah satu perusahaan batu bara sang ayah, tapi Deon tidak bisa menolak keinginan Robby untuk bekerjasama dengannya karena pria itu merupakan orang yang berpengaruh penting bagi perusahaan sang ayah.
Beberapa waktu lalu Deon juga ditunjuk untuk menjadi ketua tim dua namun ia menolaknya dengan mentah-mentah, karena menurutnya itu adalah pekerjaan yang merepotkan. Dia tak suka dengan pekerjaan yang merepotkan dirinya sendiri.
Sesampai di cafe, Deon sedang menunggu di meja reservasi, tak berselang lama seseorang menyapanya, "Hello, Mr. Bailey,"
****
"Ah.. yes, hello Mr. Andrew. Apa kau sudah menungguku? Maafkan aku, tadi ada kendala di perjalanan," ucapnya jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellaw! Mister Bucin
RomanceWARNING! Anda memasuki area yang akan membuat anda terjangkit dari penyakit UWUPHOBIA. "Jadi, kamu maunya gimana, Deon? Kamu sibuk, aku pun sibuk. Kita sama-sama gak ada waktu untuk jalan berdua, sampai bahkan kamu juga gak punya waktu lagi cuma un...