Merenung

5 2 0
                                    

Tiga hal yang kubenci, keramaian, hujan dan pembohong.

Aku menghela nafas, saat air hujan turun kala pagi hari dini. aku berdecak kesal lantas mengambil payung lalu berlari kearah halte menunggu bus untuk mengantarkan dirinya ke sekolah

Aku bergumam kecil sembari menatap jam tangan ditangan kiriku, pukul 06.30 masih ada waktu sebelum gerbang ditutup. aku berdiri dan masuk ke bus kala bus sudah datang, huh untungnya hujan kini mulai reda jadi ia tak akan melepaskan sepatunya itu

Seperti biasa setelah turun dari bus ia akan menyaksikan adegan adegan sang pemeran utama, okay jangan lupakan meskipun female lead dan male lead sudah berakhir hubungan tetap saja menurutnya alur akan kian berlanjut mengigat ini mungkin saja cuman sebatas konflik cerita biasa

Suara teriakan sorak sorak siswi siswi terdengar keras dengan mata mereka yang mungkin jika sedang didalam komik mata mereka menggambarkan lope lope

Aku menggeleng melihat tingkah mereka yang sangat menjijikan itu

"susah ya jadi orang ganteng" Aku berbalik menatap orang yang berbicara. ah dia, Ron Jeremy. pemeran pendukung dicerita ini sepupu dari Rin Laura sekaligus sahabat Erga aeron sang pemeran utama

"iyain umur gada yang tau" celetukan itu bersumber dari Gerry royjen, itu juga sama seperti Ron yang pemeran pendukung

"cih" Roy berdecih, okay roy adalah orang terwaras menurut ku di cerita ini ya meskipun dia selalu menatap lawan bicaranya dengan pandangan dingin, apalagi jika mulut pedasnya itu terbuka siap siap saja kena mental

Aku berlari kala semua murid siswi memperlihatkan keempatnya diiringi teriakan yang menyorak nyorakan nama mereka satu persatu dengan pujianya

Tak terduga aku tersenggol seseorang dan membuatku jatuh, aku meratapi nasib sial dipagi ini

"punya mata?" suaranya terdengar tajam, aku mendongkak menatap mata tajam yang menghunus tepat kearah mataku, aku mengalihkan tatapan kesamping dengan cepat

Tanpa menolong diriku yang kini terduduk di lantai pria dengan tatapan mata tajam itu melewatiku begitu saja.
aku berdecak sambil mencoba bangun

"bajingan, songong banget.padahal dia juga salah, maen hp sambil jalan sinting" gumamku sambil berdecih

"berani?" pria itu berbalik kala mendengar gumamanku

Aku hanya diam, enggan menatap mata pria yang ku sebut antagonis di dalam cerita ini. hais sangat melelehkan kenapa juga aku meladeni tokoh tokoh ini

"terserah" ucapku kemudian berlalu pergi meninggalkan pria yang kini melipat tangan di dadanya

Hampir saja dirinya terperangkap, ini yang paling aku takutkan memasuki adegan cerita. hais lama lama dirinya pusing dengan semua ini

Apakah ia harus pindah sekolah saja? mungkin ia

Aku memasuki kelasku yang kini sudah dipenuhi oleh sebagian siswa siswi, mendudukan bokongku dikursi paling belakang aku menatap jendela yang berada di samping kananku

"WOI WOII JAMKOS GUYS HARI INI, GURUNYA ADA RAPAT" teriakan dari Radit ketua kelas di kelasku itu membuat siswa siswi dikelasku berteriak kegirangan

Apa cuman perasaanku saja kenapa akhir akhir ini selalu jamkos? aneh

Okay aku benci ini, daripada duduk dikelas seperti orang bodoh aku segera berdiri mengambil langkah pelan untuk pergi ke kantin

"hei" aku berbalik kala mendengar suara

Erga Aeron menatap diriku, ia menatap diriku ralat sepertinya menatap namteg yang berada di seragamku. ia mengeja namaku pelan

"Lo siapa?" ucapnya tanda tanya

Hah

Aku menganga lantas menunjuk namteg, bukankah tadi Erga sudah menatap namteg dirinya? persetan dengan kebodohan ini langsung saja aku melangkahkan kaki tanpa mendengar teriakan Erga

Hais sungguh melelehkan, jadi seperti ini menjadi figuran. tak bisa diingat.

Masuk kedalam perpustakaan, aku berubah pikiran untuk ke kantin. mood makanku hancur jika sudah di tunda tadi saat akan ke kantin oleh Erga.

Mengambil asal buku, aku berjalan kearah pojok dekat rak lalu duduk. dirinya bukan seorang kutu buku yang maniak membaca ia akan ke perpustakaan untuk tidur itu saja. mencoba untuk mencari ketenangan dari kejamnya dunia novel.

"kenapa putusin Rin?" ucapan dingin tiba tiba itu membuat diriku yang akan menutup mata langsung terbangun

"kenapa?Lo suka dia?" terdengar lagi suara Erga aeron, gatau kenapa di setiap chapter kenapa selalu ada adegan Erga?

"ambil aj bekasan gua" lanjut Erga yang terdengar meremehkan

"cih" pria yang mengobrol dengan Erga berdecih

"oh iya gua lupa, Rin kan bekasan Lo juga" Erga berucap diikuti tawa remehnya

"Aaaaaa- " teriakanku terputus kala aku membekap mulutku

Tolol tolol, kecoa sialan kenapa juga harus ada hewan itu?

Aku segera berlari, tapi terlambat mereka sudah menatapku dengan pandangan tajamnya

Erga Aeron dengan Arron pemeran utama pria dan antagonis pria menatap diriku dengan pandangan tajamnya. aku berbalik lalu membungkuk

"gua ga denger apapun" ucapku cepat sembari menyatukan kedua tangan lalu berlari keluar perpustakaan

Aku memutuskan untuk kembali ke kelas, di perjalanan ke kelas seseorang menepuk bahuku membuatku mau tak mau berhenti berjalan

Gadis dengan bandana merah dirambutnya menyeret tubuhku, aku tak siap untuk melepaskan diri. ia membawaku kebelakang gedung sekolah

"kenapa?" tanyaku

"bunda bakal nikah lagi" ucapnya, gadis dengan bandana merah itu bernama Abianca Aprilia tokoh antagonis wanita dicerita ini. aku menatap mata Bianca adiku, ya antagonis wanita di cerita ini adalah adiku sendiri tapi orang orang tidak tahu kalo Bianca adalah adiknya

"terus?" jawabku, ia tau bundanya memang selalu gunta ganti pasangan kayak ganti baju aja

"kak bantuin gua supaya bunda jangan nikah lagi" rengek Bianca, ia menatap mataku dengan pandangan memohon

"gimana sama Bian?" ucapku menanyakan pendapat adik laki lakiku

"Bian setuju kak" jawab Bianca langsung, aku menatap curiga Bianca sepertinya dia menyembunyikan sesuatu

Bianca menghela nafas, ia menatap diriku

"bunda mau nikah sama ayahnya Rin Laura, jadi gua gamau donk saudaraan sama lonte" ucapan Bianca membuatku mendelik lalu menyentil dahinya

"ish kakak" Bianca mengusap dahinya, ia mengerucutkan bibirnya membuatku gemas

"iya Kaka bantu" ucapku akhirnya

Bianca bersorak lalu memeluk tubuhku yang langsung aku peluk balik

...............

Aku melangkah lambat saat sampai di rumahku, membuka pintu dengan perlahan aku mendongkak tak melihat siapapun di antara ruangan ruangan yang besar dirumahku

Mengambil asal minuman di lemari es, aku berjalan kearah kamarku lalu kurebahkan badanku kekasurku tanpa membuka seragam maupun sepatuku, aku terlalu malas untuk membukanya

Ak menghela nafas lelah, membuka sepatu lalu melemparkannya asal, mengambil handuk aku berjalan kearah kamar mandi

30 menit aku melakukan ritual mandi dengan mata yang terpenjam, bohong jika dirinya tidak memikirkan ibunya yang akan menikah lagi padahal Caca(Bianca) dan Bian adiknya mengikuti ibunya karena ibunya berjanji tak akan menikah lagi dan akan membahagiakan kedua adiknya tapi faktanya ibunya itu sudah menikah hampir 4×

Dirinya sangat khawatir kepada Bian adik laki-lakinya yang mempunyai temperamen yang buruk, selalu menganggap semuanya salah dan hanya dirinyalah yang benar

Kini aku tahu bahwa bukan hanya pemeran utama dan antagonis saja yang memiliki masalah bahkan diriku yang figuran saja mempunyai banyak masalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

There will beTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang