1

43 12 9
                                    

Suara bel masuk yang berbunyi membuat seluruh siswa-siswi SMA Taruna berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Seluruh koridor mendadak sepi dan sunyi. Suara langkah sepatu mulai terdengar, siapa lagi kalau bukan suara langkah Pak Reza.

Pak Reza adalah guru killer matematika di SMA Taruna. Tetapi, para siswi menyukai guru killer satu ini. Bagaimana tidak, dia guru termuda dan tertampan di SMA Taruna. Meskipun dia sangat tegas saat pembelajaran berlangsung, para siswi tetap memasang mata berbinar terhadap Pak Reza.

"Selamat pagi semua, kumpulkan buku catatan kalian. Hari ini kita ujian harian. Seperti biasa, jika ada salah satu diantara kalian yang melakukan kecurangan, kertas ujian akan saya sobek dan silahkan keluar dari kelas!"

Seluruh siswa di kelas XIA langsung mengumpulkan buku catatan dan mengambil selembar kertas ujian untuk dikerjakan.

"Ada 10 soal dan kerjakan dalam waktu 30 menit, kecuali Luna."

Semua mata tertuju pada Luna. Luna hanya duduk mematung dan menatap mata Pak Reza.

"Karena kamu mendapatkan nilai A minggu lalu, hari ini kamu pergi ke perpustakaan dan bawa 20 buku paket matematika sekarang."

"Baik, Pak."

Luna meninggalkan kelas dan pergi menuju perpustakaan. Sepanjang koridor, yang Luna lakukan hanya bersenandung kecil.

Sesampainya di perpustakaan, guru penjaga perpustakaan malah melihatku dengan heran.

"Kamu anak baru ya?"

"Iya Pak, baru pindah seminggu lalu ke sini. Oh iya pak, buku matematika kelas XI ada di sebelah mana ya?" Tanya Luna sambil menatap rak buku yang berada di belakangnya.

"Ini di depan kamu. Sudah saya siapkan setiap hari senin untuk anak kelas X."

"Oh gitu Pak, saya ambil ya Pak. Terima kasih."

"Ya, sama-sama."

Luna memegang 20 buku paket yang tebal. Matanya sulit melihat ke depan. Luna berjalan dengan sangat pelan untuk memastikan bahwa ia tidak terjatuh.

Brukk

"Bisa liat gak kalo jalan?" Ucap seorang lelaki dengan fostur tubuh tegap dan tinggi.

"Maaf-maaf, tadi gue-"

Belum selesai berbicara, lelaki itu pergi dengan langkah cepat tanpa mendengar atau membantunya merapikan buku. Meskipun kesal, Luna langsung merapikan buku yang berserakan.

Akhirnya, ia sampai di depan kelas. Pak Reza langsung membukakan pintu kelas tanpa diminta.

"Simpan buku itu di masing-masing meja."

"Baik, Pak."

Dua jam berlalu, Pak Reza keluar kelas dengan membawa tumpukan kertas ujian.

"Luna, lo kenapa? Perasaan cemberut mulu."

"Gue kesel banget. Tadi, waktu ambil buku di perpus, gue gak sengaja nabrak cowok. Tapi keknya bukan gue yang nabrak, soalnya gue dah hati-hati. Terus tu cowok malah pergi gitu aja, kagak bantuin. Kan kesel."

"Pasti Griffin ya? Soalnya tadi waktu ulangan, dia lewat kelas kita."

"Griffin siapa? Gak kenal."

"Griffin tuh cowok super cuek dan terganteng di sekolah ini. Mungkin lo belum tahu, tapi dia terkenal banget di sini..."

Griffin, nama yang unik.

"Lo dengerin gue gak? Kok malah melamun."

"Eh sorry, tadi gimana?"

GriffinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang