2

11 7 0
                                    

Selama perjalanan pulang, yang dilakukan Luna hanya mengutuk Griffin. Luna tidak habis pikir, orang yang dipuja-puja oleh sekolah adalah orang yang menyebalkan.

Tiba-tiba ada pengendara motor yang berhenti tepat di samping Luna.

"Bareng yuk? Rumah kita kan searah."

"Vano, kok lo bisa di sini? Bukannya ada kumpul ya sama anak basket?"

"Gak jadi, gue ada acara di rumah. Jadi langsung cabut."

"Oh okay."

"Yuk naik!"

Luna mengangguk dan Elvano menurunkan pijakan kaki.

Kurang dari 2 menit, Luna sudah sampai di depan rumahnya. Luna berterima kasih pada Elvano yang sudah mengantarnya pulang.

Elvano atau biasa disebut Vano adalah teman Luna. Lebih tepatnya, orang tua mereka bersahabat. Luna yang baru pindah dari Jakarta Selatan sangat bersyukur dengan kehadiran Vano. Setidaknya, ia memiliki teman sebelum beradaptasi dengan teman sekolah.

"Una, kamu tumben pulang jam segini?"

"Soalnya ada rapat Ma, jadi semua murid pulang lebih awal."

"Oh gitu, ya udah kamu mandi, habis itu makan siang ya."

"Oke Ma!"

Luna naik ke atas dan menuju kamarnya. Luna melepas tasnya dan melepas ikatan di rambutnya. Ia mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

20 menit berlalu. Luna keluar dengan rambut yang basah dengan memakai piyama berwarna biru muda. Luna turun ke bawah menuju meja makan.

"Ma, tumben ada telur asin. Beli di mana?"

"Tadi ada temen Mama dateng ke sini. Dia bawa telur asin sama kerupuk kulit."

Luna hanya mengangguk dan melanjutkan makan siangnya.

***

"Selamat pagi anak-anak! Hari ini, kita mendapat kabar gembira bahwa SMA Taruna akan menjadi tuan rumah untuk perlombaan basket antar sekolah. Bapak harap, semua siswa-siswi SMA Taruna siap untuk berkontribusi dalam acara perlombaan basket ini. Perlombaan basket ini akan dilaksanakan Senin depan hingga hari Rabu. Selama kegiatan berlangsung, pembelajaran akan ditiadakan. Terima kasih atas perhatiannya, Wassalamu'alaikum wr.wb."

Semua murid SMA Taruna bersorak gembira. Banyak diantara mereka berbincang mengenai perlombaan basket antar sekolah nanti. Bukan membicarakan siapa yang menang, tapi mereka membicarakan Griffin.

Para pengurus osis dan anak basket mengadakan rapat pada jam 10.00, tepat setelah istirahat selesai. Di kelas Luna hanya satu orang yang menjadi anggota pemain basket, yaitu Elvano.

Vano menghampiri Luna dan berdiri di depan Luna sambil membungkuk.

"Luna, r u okay?"

"I'm good."

"Gue gak akan lama. Ntar sepulang sekolah gue anter lo pulang, okay?" Vano menekankan kata terakhirnya sambil mengusap kepala Luna.

Seisi kelas terperangah melihat perlakuan Elvano kepada Luna. Biasanya, Vano cuek dan sangat anti bersentuhan dengan wanita.

"Gak salah tuh? Seorang Elvano melakukan sentuhan fisik sama cewek. Wah, daebak! Lo pake pelet apa Lun?"

"Ya kagak lah, gila aja! Gue sama Vano udah temenan dari kecil, cuma baru satu sekolah sekarang."

"Kok bisa sih lo temenan sama Vano? Bukannya lo dari Jaksel ya?"

"Kepo banget sih lo. Jaksel sama Jakpus kagak jauh-jauh amat kali."

Sasa berhenti bertanya, terlihat dari wajah Luna yang malas menjelaskan.

Setelah istirahat, satu sekolah mengadakan Jumsih atau Jumat bersih sambil menghias halaman hingga lapangan sekolah dengan tanaman untuk hari senin nanti.

Para siswa-siswi sibuk ke sana kemari. Sementara Luna, ia hanya berjalan mengelilingi sekolah. Banyak tempat yang belum ia tuju. Tiba-tiba, Luna bertemu dengan Vano dan Griffin.

"Luna, ngapain lo di sini? Ini kan jauh dari kelas." Vano bertanya sambil menatap Luna.

Sebelum Luna menjawab, Griffin ikut bertanya.

"Gak nabrak orang lagi?" Tanya Griffin dengan ketus.

Wajah Luna merah padam akibat pertanyaan Griffin. Tetapi Luna dengan santai hanya menjawab pertanyaan Vano.

"Gue lagi keliling sekolah. Ternyata luas banget ya."

"Ayo balik ke kelas. Ada yang mau gue ambil soalnya. Ayo Fin!"

Vano mengajak Luna dan Griffin. Sepanjang koridor, semua mata menatap Luna dengan sinis. Mungkin karena Luna didampingi oleh dua lelaki populer di Sekolah.

Sesampainya di kelas, Vano meminta Griffin menunggu di luar kelas. Tetapi tiba-tiba Griffin menggenggam pergelangan tangan Luna. Semua terkejut termasuk Vano.

"Mau gak lo jadi pacar gue?" Terang Griffin pada Luna dengan suara lantang di depan semua orang.

Griffin, r u crazy?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GriffinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang