Kali ini aku ingin menceritakan sebuah kisah yang menurutku sangat menyeramkan.
Kejadian ini terjadi beberapa tahun silam, tentang waktu dan latar tempat kejadian sengaja sedikit aku samarkan semua untuk privasi serta kenyamanan bersama.
Desa tempatku tinggal tidak terlalu jauh dari keramaian kota, tetapi. Untuk menuju desa harus melewati beberapa petak sawah dan ladang jeruk milik warga.
Jalannya beraspal mulus, di tambah lagi akses jalan utama ini memang sedikit ramai oleh penguna jalan meski saat malam hari.
Desaku sendiri terbilang ramai penduduk, apa lagi saat itu sudah di buka lahan yang di gunakan sebagai perumahan. Meski masih beberapa rumah yang sudah di didirikan pada lahan tersebut, namun pembangunannya tetap berjalan.
Karena akses jalan utama desaku ini sedikit lebih jauh dari keramaian kota. Aku sebut kota meski hanya sekedar kecamatan saja, karena memang sangat ramai. Apa lagi di kecamatan ku ini ada jalur lintas provinsi.
Tepatnya di Kabupaten Malang. Selebihnya lagi sengaja aku samarkan, dari rumahku untuk menuju tempat kerja ke daerah keramaian bisa melewati jalan pintas namun, akses jalannya lumayan ektrim karena harus menuruni jurang curam kemudian melewati jembatan kecil. Jembatan dengan pembatas pipa besi di kanan kirinya, sungai ini menjadi batas wilayah desaku dengan desa sebelah yang merupakan kecamatan.
Tak jauh dari rumahku kira-kira 200 meter ke arah barat terdapat bangunan tua yang dulunya di gunakan sebagai Pabrik tepung. Namun, sekarang bangunan tersebut sudah tidak berfungsi, padahal waktu aku masih duduk di bangku TK dulu bangunan tersebut masih di gunakan.
Tak banyak orang yang tahu mengapa Pabrik tepung di desaku tersebut tidak lagi di gunakan, bahkan aku sendiri juga tidak tahu menahu.
Lebih detailnya lagi aku ceritakan di dalam isi cerita saja yah!
Oke, kita mulai ke ceritanya yah.
***
Sekitar pukul 11 siang, waktu jam istirahat makan siang. Ponselku beberapa kali berdering, saat kulihat ada 3 kali panggilan tak terjawab dari teman sekaligus tetanggaku Mey.
Seperti biasa pesan atau telpon singkatnya tak pernah ku hiraukan, di samping dia cerewet dan super tingkah konyolnya sering membuatku terkena masalah.
Mataku tertuju pada pesan grub, di grub tersebut hanya berisi beberapa gadis seusiaku yang dulunya satu angkatan sewaktu sekolah dasar.
Ketika kucoba untuk sekedar menyimak apa yang sedang di bahas saat itu, mataku terbelalak kaget dengan sebuah pesan dari Mira yang menulis 'Jam 7 isuk mau enek mayit nek Pabrek tepung' (jam 7 tadi ada mayat di Pabrik tepung) kira-kira begitu lah artinya.
Rasa penasaran dengan penemuan sosok mayat yang ku ketahui berjenis kelamin perempuan tersebut, membuat nafsu makanku lenyap seketika. Berganti dengan rasa penasaran tentang sosok mayat wanita yang sedang di bicarakan oleh teman-teman satu desaku tersebut.
Tak ingin terlalu jauh mengikuti kabar yang membuat satu desa heboh, karena posisinya saat itu aku sedang bekerja sebagai kasir di salah satu mini market yang berada di kecamatan.
Setelah pukul 4 lewat beberapa menit yang menunjukkan waktu jam pulang kerja, mataku menatap sinis pada sosok gadis remaja yang tengah duduk di atas jok motor matik kesayanganku.
"Lapo awakmu nek kene?" (Ngapain kamu di sini?) Tanyaku sinis pada Mey sore itu. Ku tahu jika ia sengaja menunggu jam pulangku.
"Bareng moleh lah," (nebeng pulang lah,) jawabnya asal sambil cengengesan.
"Emoh, lha awakmu budal kerjo bareng sopo maeng?" (Nggak, kamu berangkat kerja bareng siapa tadi?) Tanyaku acuh, sambil mengenakan helm.
"Bareng Riski!" Jawabnya singkat sambil memainkan ponselnya tanpa melihat ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS PABRIK TUA
HorrorSosok mayat wanita muda di temukan oleh seorang pemuda desa di dalam gereja tua yang sudah tidak terpakai. Binatang, bersama warga di sekitar lokasi penemuan mayat wanita muda itu seringkali mengalami hal aneh dan janggal. lambat laun gangguan yang...