Usainya tangisan semesta membawaku menggoreskan tinta dalam aksara sembari menikmati lukisan semesta sebagai penghilang jiwa yang layu.
Di kepung kebingaran dan hiruk pikuk kota, pikiranku tak terarah, terhanyut akan wisata masa lalu yang ternyata hanyalah ilusi nestapa.
Inginku menjadi penikmat kesunyian tanpa adanya argumentasi dimensi. Rehat sejenak tanpa adanya juga transisi kata yang terbata-bata._yppjt
:24/05