Entah lah.

10 2 1
                                    

   Lelaki itu terus berjalan menyebrangi jalanan yang ramai. Tangisan semesta terus mengguyur jalanan kota. Dari arah lain, sebuah motor  melaju cepat ke arah nya. Tetesan air hujan yang terus turun, mengaburkan seluruh pandangan. Semua terjadi begitu cepat. Malam itu, ia memaafkan seseorang yang pernah menyakitinya.

__________

   "El!!" lelaki itu akhirnya tersadar dari lamunannya setelah seseorang memanggil namanya.

"Dari tadi aku memanggil, apa kau tidak dengar?" tanya orang itu sambil duduk di samping pemuda yang bernama El.

   "Ah...maaf, tadi aku melamun," jawab El dengan tawa kecilnya.

   Orang itu hanya menghela napasnya pelan.

   "Kalau kau ada masalah, jangan ragu untuk cerita padaku," ucap orang itu sambil menepuk pelan pundak El.

   "Terima kasih, Rajen," sebuah senyuman indah terlukis di wajahnya.

   "Sudah ya, aku pulang dulu," Rajen pergi meninggalkan El yang kini duduk sendiri di bangku pinggir jalan.

   Sedari tadi ia terus duduk sambil menatap ke arah jalan raya yang ramai kendaraan berlalu lalang. Ia kembali mengingat kejadian tak terlupakan sepuluh tahun yang lalu. Dimana malam itu ia kehilangan sahabat baik yang selalu menemaninya dulu.

   Perlahan air hujan mulai turun membasahi jalanan. Orang-orang mulai berlarian mencari tempat untuk berteduh.

   "Hei! Apa kau bodoh? Sudah tau hujan malah diam disini," tiba-tiba seseorang datang sambil memayungkan tubuh El yang mulai basah.

   "Haikal? Kenapa kau bisa ada disini?" tanya El heran.

   "Aish...sudahlah, urusan itu nanti saja, lebih baik kita ke mobil ku dulu," Haikal menarik lengan El untuk ikut dengannya.

   Kini mereka sudah berada di dalam mobil.

   "Maaf," ucap Haikal memecah keheningan di antara mereka.

   "Untuk?" El menoleh menatap Haikal dengan wajah bingung.

   "Seharusnya aku selalu ada untuk mu semenjak kematian Nazel," ucap Haikal dengan rasa bersalah yang mendalam.

   "Ah...tidak apa-apa, kau jangan merasa bersalah, aku baik-baik saja," El menepuk pelan pundak Haikal sambil tersenyum.

   "Aku akan mengantar mu pulang, rumah mu masih yang lama kan?" tanya Haikal yang di balas anggukan kecil oleh El.

   Perlahan mobil melaju meninggalkan sisi jalanan kota yang mulai lengang. Tak butuh waktu lama, kini mereka tiba di depan pekarangan rumah kayu bernuansa modern milik El.

   "Kau masih tinggal sendiri?" tanya Haikal sambil melihat sekeliling rumah yang tampak sepi.

   "Tidak, Akra menemani ku," jawab El dan keluar dari mobil Haikal.

   "Dua hari lagi aku akan kembali ke Paris, ku harap kita bersenang-senang sebelum aku pergi," ucap Haikal yang di balas anggukan pelan oleh El.

Mobil Haikal perlahan pergi meninggalkan pekarangan rumah El. Lelaki itu melangkah memasuki rumahnya yang tampak tak berpenghuni. Sayang saja rumah besar itu hanya di tinggali oleh dua orang dan beberapa pembantu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yang Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang