Chapter 1 : Mimpi

298 25 1
                                    


"Anak anak, sekarang ibu mau tanya mimpi kalian apa?"

saat kudengar pertanyaan itu, aku langsung memikirkan jawabannya.

"Aku mau jadi, Bu" jawab seorang anak dikelasku.

"Kalau aku mau jadi arsitek, Bu"

"Kalau Rini mau jadi polwan"

"Huh, kalau aku mau jadi tentara aja, biar bisa sama Rini"

Agak lama aku memikirkannya sampai ibu guru mulai mendekatiku dan menurunkan kepalannya agar sejajar denganku.

"Kalau Kobo mau jadi apa, sayang?"

"Hehe"


"KALAU KOBO, KOBO MAU JADI PAWANG HUJAN"  (insert logo kobo kaya di film)

Sambil berdiri mengacungkan jari telunjuk dan tangan kiri berada dipinggang, penuh rasa bangga akan jawaban yang baru saja kulontarkan. Tapi hal yang kutau bukan rasa kagum ataupun tepuk tangan meriah, ya, mereka semua menertawaiku.

Gelak tawa yang masih bisa kudengar sampai saat ini.

"Ehm, wah Kobo mau jadi pawang hujan ya?" sebuah pertanyaan yang dilontarkan Ibu Guru membuatku semakin malu, aku langsung menurunkan tanganku dan kembali duduk dikursi belakang yang bahkan tidak punya teman sebangku ataupun meja lain di kanan kiri.

"Baik anak anak, waktu pelajaran kita sudah selesai, kita akan bertemu minggu depan ya, jangan lupa membawa surat yang Ibu minta. Nanti kalau tidak bawa gaboleh ikut jalan jalan"

"Baik Ibu Guru!" jawab semua anak serentak tanpa aku tentunya.

semua anak anak mulai memasukan mainan, buku, alat tulis atapun krayon mereka kedalam tas. Sedang aku masih duduk disana termenung.

'Emang kenapa kalau aku pengen jadi pawang hujan?' tanyaku dalam hati, masih kupikirkan apa yang barusan terjadi sampai Rini membangunkanku dari khayal.

"Kobo, kamu mau jadi pawang hujan ya?", Pertanyaan sama yang terulang dan mulai membuatku kesal.

"Rini, ayo pulang bareng terus maen, hari ini cerah kok jadi gaperlu pawang hujan" kata kata bocah laki laki yang daritadi mengekor Rini membuat anak anak yang masih dikelas tertawa dengan suara yang sangat membuat telinga ini panas, air mata tak terasa mulai membasahi pipiku, melihat Rini pergi dengan tatapan sedih yang ia lontarkan kearahku.

"Kobo, aku pergi dulu ya, kapan kapan kita main bareng, nanti aku ajak keliling deh"

Disaat anak anak sudah pergi, aku juga mulai berdiri, beranjak untuk pulang, sepanjang jalan kulihat masih ada anak yang bermain dengan teman temannya di area TK ini, kulihat Mami menunggu didepan gerbang duduk diatas sepeda motor bermain hpnya.

'Apa ada masalah lagi?' Batinku melihat muka sedih Mami

Saat aku sampai disamping Mami, dia langsung memasukkan hapenya kedalam saku.

"Eh anak Mami udah keluar, gimana nak enak pindah kesini?"

Aku langsung naik ke jok belakang motor, memagang pinggangnya.

"Engh" lenguhan kecil yang membuatnya sadar, bahwa anaknya ini tidak mengalami kesan yang indah di TK ini, tempat baru setelah mereka pindah rumah.

tanpa perkataan lain, Mami mulai menyalakan motor dan pulang bersama rasa gundah dihari pertama ini.

Sampai dirumahpun, aku tak menghiraukan Mami, aku langsung pergi kekamar sesaat setelah Mami berhenti didepan rumah. Perasaan seorang Ibu memang tidak bisa diremehkan, Mami langsung menyusul aku tanpa memasukkan motor kedalam rumah.

Dipeluknya aku yang masih kecil, hangatnya dekapannya membuatku mulai menangis bahkan sebelum Mami sempat berkata apa apa. aku mulai mencoba meraih leher Mami, memeluknya dengan penuh perasaan yang campur aduk.

"Mi, emang Kobo salah ya pengen jadi pawang hujan?" setelah pertanyaan terlontar, pasti Mami langsung sadar apa yang anaknya laui dihari pertama setelah mereka pindah ke kampung ini.

"Engga sayang, kamu engga salah kok, anak Mami kan gapernah salah"

dia mulai menggendongku dengan lenganku yang masih bergelantung dilehernya, dia mulai berjalan masuk kedalam kamar, dengan senyumnya yang tulus aku melihat seorang malaikat yang sangat sayang kepadaku. Mulai dia kecup kening ku, mendudukkanku diatas kasur lalu berjongkok menghadap kearahku.

Aku bisa melihat matanya yang menatap dalam, mencoba menerawang apa yang sedang anaknya rasakan dan mencari kata kata yang baik untuk si kecil Kobo ini. Tangannya yang ramping memegang kedua pipiku, dengan senyum kecil Mami mulai membuka mulutnya.

"Kobo pernah bilang kan sama Mami"
"Kobo bilang pengen jadi pawang hujan biar bisa bikin langit cerah, biar Mami ga nangis lagi"

Tangan Mami mulai mengelus pipiku pelan, aku mulai menangis dan menggenggam tanganya.

"Kalau kobo pengen hilangin kesedihan Mami, Kobo gaboleh nangis, harus jadi anak kuat, ya?"

"Biar nanti hujannya ga dateng lagi"

senyumnya waktu itu membuatku mencoba untuk tersenyum, walaupun rasanya sulit

"Mi, Papi kapan jemput kita?"

Pertanyaan bodoh dari seorang anak kecil polos yang membuat langit mendung meneteskan rintikan hujan.







Fanfic Kobo KanaeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang