Mati Bakajian

1 0 0
                                    

Sore itu puluhan warga Sidodadi mengantar jenazah pak Tukin ke pemakaman. Pak Tukin merupakan tetuha masyarakat di kampung itu,beliau tokoh yang disegani karena kekharismatikan nya, tidak sedikit permasalahan di desa itu yang dapat diselesaikan beliau.
Disaat orang orang mulai pulang, pak Tejo yang merupakan teman seperjuangan pak Tukin,menghampiri Diah,anak bungsu pak tukin
"Diah,paman bisa ngomong sebentar?"ujar pak Tejo mendekati Diah yang masih lembab pipinya bekas menangis
"Iya ada apa paman?"
"Begini,habis ini sebaiknya kamu beli air botolan lalu bawa ke tempat kyai Rauf buat di bacain doa" ujar pa Tejo pelan,Kening Diah langsung berkerut
"Loh kenapa paman?"Diah heran dengan perintah yang ditujukan padanya
"Abah mu itu dulu sewaktu muda punya banyak kajian buat jaga diri sewaktu di perantauan dan setahuku sampai sekarang kajian-kajian itu masih belum di buang,takutnya ada apa apa"ujar pak Tejo sambil menatap dalam pada Diah,kajian adalah sebutan di desa itu untuk ilmu di luar nalar manusia, yang biasanya lebih cenderung pada ilmu hitam. mendengar pernyataan itu tentu saja membuat Diah tersentak karena yang ia tahu abahnya tidak pernah terlihat mencurigakan atau bertingkah aneh aneh
"Ah yang benar paman?kalo benar Abah begitu seharusnya kami yang selaku anak-anaknya ini sudah tahu dari dulu paman"ujar Diah tak percaya
"Aku hanya mengatakan yang aku tahu Diah, demi kampung ini juga"kata pak Tejo sembari melirik kepada pria muda yang mendekati mereka
"Ada apa kak?"pria muda itu adalah Dulah adik kandung Diah,dia penasaran dengan pembicaraan kakaknya dan pak Tejo
"Ini,kata paman Tejo Abah kita dulu pernah ada kajian dan sampai sekarang masih belum di buang"Diah menjelaskan pada Dulah
"Paman jangan asal bicara ya,Abah kita itu orang baik baik semua orang di kampung ini juga tahu kok" ujar Dulah marah mendengar kata- kata kakanya
"Aku tidak asal bicara,aku sudah kenal lama sama Abah mu itu,kita lihat saja nanti"ujar pak Tejo tersinggung dengan ucapan Dulah lalu beranjak dari tempat itu
"Sudahlah kak tidak usah di ambil pusing, biarkan saja"ujar dulah, mereka pun beranjak pulang meninggalkan pemakaman itu

Malam semakin menggantung,sendu bulan tertutup awan gelap yang menggulung. sesekali terdengar gemuruh guntur di kejauhan membuat pak adi mempercepat laju motornya
“aku harus cepat sebelum hujan” ujarnya dalam hati, malam itu seperti biasa sebulan sekali pak adi pulang kekampungnya setelah bekerja di kota.ia tak tahu menahu tentang kematian pak tukin . di jok belakang motornya sudah penuh dengan barang-barang dan juga oleh-oleh untuk putrinya. Ketika melewati gerbang masuk kekampungnya mendadak perasaan pak adi menjadi tak enak, hawa seketika dingin
“kenapa perasaanku tak enak ya?hawanya juga kok begini?apa mungkin karna mau hujan ya?” serentetan pertanyaan menyesak pikirannya namun belum juga terjawab, ia melihat sekitar dua puluh meter di depannya, ada sosok pria yang meringkuk di bawah pohon mangga dengan posisi membelakangi pak adi,sejenak ia bertanya siapa gerangan namun ketika melihat belangkon yang dikenakan pria itu ia sadar kalau orang itu adalah pak tukin, karena di kampung itu yang menggunakan blangkon Cuma pak tukin
“loh pak tukin ngapain malam-malam pak? Tanya pak adi mematikan motornya dan mendekati sosok itu,namun sosok itu sama sekali tak menjawab, menoleh pun tidak hanya terdengar suara orang memakan sesuatu dengan lahap
“kraus...kraus”
Pak adi semakin penasaran,ia yakin sekali kalau orang itu adalah pak tukin
“pak tukin” panggilnya sekali lagi lagi dengan agak keras,tapi tetap tak ada jawaban yang ada hanya suara orang kelaparan yang sedang makan
“kraus...kraus...kraus”
Karena semakin penasaran pak adi pun menepuk bahu sosok yang ia sangka pak tukin itu
“pak tukin,bapak ngapain pak?”
Sosok itu perlahan membalikkan wajahnya dan betapa terkejutnya pak adi melihat sosok di depannya, sosok itu memang pak tukin tetapi dengan penampakan yang sangat mengerikan. matanya putih kosong dan mulut nya penuh darah,di tangannya ada seekor tikus yang sudah terburai isi perutnya,melihat penampakan seperti itu tak ayal membuat pak adi berteriak dan meloncat mundur
"Astaghfirullah pak Tukin"rasa jijik dan takut merayapi tubuhnya,adapun sosok yang menyerupai pak tukin kembali membalikkan badannya.pak adi bergegas menyalakan motornya dan seketika melaju tanpa menoleh kebelakang
Sesampainya di rumah pak adi menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya
“gila sekali pak tukin,tadi itu loh dek,aku lihat dia makan tikus hidup-hidup”ujarnya panik sambil masih terengah engah,tentu saja mendengar pernyataan pak adi istrinya keheranan
“ah jangan mengada-ada kamu mas”sahut istrinya
“loh iya,aku tadi lihat dia makan tikus mentah di bawah pohon mangga  dekat kantor desa”ujar pak adi bersikeras
“gak mungkin mas, kan pak tukin sudah meninggal kemarin”istrinya juga turut keheranan,suaminya itu memang belum tahu kabar kematian pak tukin karena memang belum ada ponsel di kampun mereka
“astaga!!! Yang benar kamu?sumpah aku tadi liat pak tukin loh dek”pak adi terperangah wajahnya semakin pucat dan nafasnya semakin tak beraturan, melihat itu istrinya bergegas mengambilkan air putih dan menyerahkannya pada suaminya
“minum dulu mas”
Perlahan pak adi meminum air itu sembari mengatur nafas ia masih tak percaya dengan perkataan istrinya namun mengingat sosok tadi rasanya memang  tidak mungkin kalau itu manusia masih jelas di ingatan pak adi,wajah pucat dan mata putih kosong itu,kembali ia merinding sekujur tubuh
“lalu yang aku lihat tadi apa ya dek?”
Istrinya menggelengkan kepala “nggak tahu mas,mungkin jin yang menyerupai pak tukin”ujar istrinya
“sudahlah mas,sebaiknya kita istrihat,kamu juga pasti capek kan?” sambung istrinya.mereka pun pergi ke kamar dan melelapkan mata mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang GaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang