"Adek gak suka laut" ucap seorang bocah berumur sekitar 7 tahun
"Kenapa?" Tanya kakaknya yang terlihat 4 tahun lebih tua dari adiknya, karena setahunya dari dulu adiknya sangat suka lautan apalagi ayah mereka adalah seseorang yang menjaga lautan dan selalu memastikan lautan aman
"Laut bikin ayah pergi. Adek jadi gak bisa ketemu ayah"
"Siapa yang bilang laut bikin ayah pergi? Ayah gak pergi kok. Ayah cuma selalu berpatroli untuk jaga laut negeri"Ingatan pembicaraanku dengan kakak 10 tahun yang lalu tiba-tiba datang disaat seperti ini dikala air laut yang terus menerus mendesak masuk kedalam tubuhku. Saat kesadaranku mulai menipis sebuah tangan mengulur menggapaiku bersamaan dengan munculnya sosok samar. Walau tubuh terus tenggelam, ku usahakan untuk mengagapai tangan itu namun tak bisa
Entah hanya halusinasi atau bukan perlahan sosok itu terus bertambah satu persatu begitupun dengan uluran tangannya bagai tak merestuiku untuk didekap oleh lautan
Akhirnya aku bisa menggenggam uluran tangan mereka dan kesadaranku hilang
Teriakan orang-orang yang memanggil namaku, samar-samar masuk kedalaam indra pendengaranku memaksaku untuk membuka mata. Hal pertama yang kusyukuri adalah aku berada di daratan
Ingin ku jawab teriakan panggilan mereka dan mengatakan bahwa aku disini namun untuk menggerakan ujung jari saja membutuhkan tenaga ekstra
Syukur mereka seperti berteriak memanggil yang lain dan menghampiriku. Kulihat ekspresi wajah kakakku seperti ada rasa syukur, khawatir, frustasi dan berbagai ekspresi lain tergurat di wajahnya sambil terus memanggil namaku
Rasa lelah yang masih menempel membuatku kembali menutup mata secara perlahan, dalam hati aku meminta izin untuk kembali memejamkan mata
"Aku lelah kak, aku tidur dulu ya"
Saat mataku terbuka yang kulihat bukanlah pemandangan sebelum aku menutup mata melainkan hamparan air asin sejauh mata memandang dengan aku yang memakai dress putih dan sedang berdiri diatas batu yang amat besar
Aku hanya menoleh ke kanan dan kiri sambil bertanya-tanya dimana ini sebenarnya
Tiba-tiba sebuah benda menyembul dari dalam laut dan perlahan menampakkan bagian atap benda tersebut
"Sebuah kapal selam?!"
Sebuah pintu dari atap terbuka, satu persatu keluar orang-orang berseragam tentara yang sepertinya awak kapal selam tersebut dan berdiri berbaris sambil menghadap diriku
Satu hal yang membuatku terkejut adalah wajah seseorang yang sudah lama tidak kulihat dan sangat kurindukan juga ada disana ikut berbaris dan tersenyum saat melihatku
"Ayah?!"
Perasaanku saat ini aku ingin melompat, berenang menghampirinya, memeluknya, dan mengatakan betapa aku amat sangat merindukannya. Namun tubuhku tak mau mengikuti keinginanku, alhasil aku hanya berdiri diam sambil menatap ayahku dan juga rekan-rekannya
Mereka hanya memberi hormat selama beberapa detik dan melambaikan tangan layaknya mengucapkan salam perpisahan.
Kupaksakan tubuh ku untuk bergerak walaupun hanya untuk membalas lambaian tangan mereka. Dengan segala tenaga yang kumiliki semua itu tidak sia-sia, aku bisa membalas dengan gerakan yang sama
Satu persatu mereka masuk kembali ke dalam kapal dan ayahku menjadi anggota terakhir yang harus masuk, sebelum itu ayah menatapku lekat-lekat seperti ingin menyampaikan beribu kalimat untukku namun tak bisa dilakukan
Setelah ayahku masuk, kapal selam tersebut perlahan kembali menenggelamkan dirinya dan kembali 'berpatroli' untuk menjaga perdamaian
Kesadaran perlahan-lahan menghampiriku membuatku kembali kepada realita yang sesungguhnya
Cahaya dari lampu ruangan adalah hal pertama yang ku lihat. Kata 'silau' menjadi kata pertama dalam benakku setelah dapat mengambil alih kesadaranku
Ku lirik mataku ke kanan dan kiri untuk mencari seseorang namun nihil. Tak lama pintu ruangan terbuka, ku lihat ibuku sedang membawa kantung entah apa isinya. Aku memberikan senyum yang kutarik dengan susah payah sebagai tanda bahwa aku telah sadar
Menyadari senyumanku ibu menjatuhkan tas bawaannya dan langsung memeluk diriku dengan erat seperti aku akan hilang 5 menit dari sekarang. Beberapa detik setelahnya dengan mata sayup ku lihat kakak berada didepan pintu dengan ekspresi kaget bercampur senang, Ia mundur menjauhi pintu dan pergi, tak lama kemudian dokter dan perawat datang bersamaan dengan kembalinya kakak
Setelah dokter memeriksa keadaanku dan perawat yang memastikan alat-alat yang menjaga kestabilan tubuhku terkendali dan tidak ada masalah, mereka pamit undur diri
Ibu dan kakak mengucap terima kasih berkali-kali kepada mereka, tak lupa ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa
Aku yang melihat hanya bisa tersenyum. Ku usahakan mulutku mengeluarkan suara karena aku benar-benar ingin mengucapkan kalimat ini. Saat huruf 'A' terdengar olehku dan yakin bahwa ibu juga kakak mendengarnya. Kuucapkan dengan terbata-bata
"A..ku pul..ang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Genggam
Short StoryHanya sebuah cerita pendek mengenai seorang gadis yang mengalami kejadian menakjubkan dikala ia merindukan salah satu prajurit yang ia rindukan dalam hidupnya