RUMAH PONDOK

20 5 0
                                    

Aku balik lagi luv

Hope u like this story♡

---

7. RUMAH PONDOK

       Pada akhirnya, semua tidak akan bertahan. Pada akhirnya, semua akan kembali seperti semula. Yang dibawa ke awang-awang, akan kembali pada pijakannya, hingga dasar terdalam. Kejadian yang sungguh menampar dirinya telak, dimana membayangkan dirinya akan bersama dengan orang baik hanyalah bayang semata.

Tak terpikirkan olehnya perlakuan seperti ini akan dirasakan.

Anna kembali mengeratkan jaket hijau usang yang ia kenakan sambil sesegukan dan membasuh air matanya yang sedari tadi tak berhenti mengalir. Keaadannya kacau, dengan kaki memar dan rambut yang seperti tak terurus. Matanya juga sembab juga hidung yang memerah. Dadanya terus naik turun, terasa nyeri disana.

Langit hari ini kelabu, seperti tahu isi hatinya saat ini. Seakan berbagi duka, rintik hujan mulai berjatuhan, perlahan hingga cukup deras, menyembunyikan tangis Anna.

Samar-samar, pandangannya memburam, hingga gelap begitu saja. Si rapuh jatuh, di bawah selimut hujan.

***

'satu...dua...tiga!!'

Dengungan suara anak kecil terdengar sangat jelas. Perlahan Anna membuka matanya, menatap seisi gubuk dimana ia berada sekarang. Anak-anak kecil kini menatapnya senang kemudian berlari menghampiri dirinya. Gadis kecil berambut pirang itu meletakan punggung tangan miliknya tepat di dahi Anna, seakan memeriksa suhu badan gadis itu.

"Syukurlah, sekarang kakak tidak demam lagi."

Annahanya diam mengulum senyum. Ia masih tidak mengerti mengapa ia bisa sampai disini. Seingatnya, tadi ia tak sadarkan diri, lalu tiba-tiba saja ia berada disini.

Melihat Anna yang nampak masih kebingungan, gadis itu mulai menjelaskan.

"Perkenalkan kak, aku Baila. Panggil saja ila. Tadi kakak tertua yang mengantarkan kak Anna kesini saat kak Anna pingsan."

"Kakak tertua?"

Gadis kecil bernama Baila itu mengangguk. "Iya, kakak yang mengurus rumah pondok ini."

Anna bangun dari sofa itu. "Lalu, dimana kakak tertua kalian? Dan, kalau boleh tahu, siapa namanya?"

"Kami tak tahu kak, setelah mengantarkan dan mengobati kak Anna, kakak tertua pergi keluar. Katanya hanya sebentar, namun sudah sejam lebih tak juga kembali. Bibi Dahlia yang bertugas menjaga kami juga belum kembali." Ujar bocah laki-laki yang menggunakan kacamata.

Anna menatap seisi pondok itu. Hangat yang ia rasakan. Jika saja ia dan Gara mendapatkan kehangatan yang sama, mungkin ia akan menjadi orang paling bahagia di dunia.

"Aku... Pulang dulu, kalian tak apa jika ku tinggal?" Tanya Anna hati-hati, langsung mendapati anggukan dari Baila.

Saat akan hendak melangkah, Anna kembali melihat anak-anak itu. Sepertinya tak ada yang berjaga. Disaranya tidak tega meninggalkan mereka, Anna menaruh tas nya di atas sofa.

"Kakak tidak segera kembali?" Tanya Baila.

Anna menggeleng, "Aku akan menunggu hingga seseorang datang menjaga kalian."

"Bagaimana jika keluarga kak Anna mencari?"

Gadis itu mengelus surai bocah lelaki kecil yang duduk di sampingnya. "Siapa namamu?"

"Deren."

"Tenang saja, mereka tak akan mencari. —dan, kau seperti adik kecilku. Gara namanya." Deren tersenyum.

TITIK AKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang