I'm Unique And Special

75 10 8
                                    

Butterfly Effect: I'm Unique And Special
P A R T 2

Butterfly Effect: I'm Unique And SpecialP A R T 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------------------

Arshal berlari meninggalkan aku yang mematung dengan hati berdenyut nyeri. Kedua manikku sudah berkaca-kaca, dalam beberapa menit mungkin siap untuk menumpahkan air mata jika aku tidak menyadari bahwa masih ada sesosok manusia yang berdiri di sisi kiri. Buru-buru aku mengusap mata, dan tersenyum getir.

"Terima kasih, sudah mau membantu putraku. Maaf, jika Arshal merepotkanmu," lirihku sembari menundukkan kepala.

"Tidak masalah," sahut sosok tersebut dengan lembut. "Tapi bisakah, kita bicara sebentar?"

Aku sempat terdiam, mengamati baik-baik sosok di sampingku ini. Parasnya terbilang rupawan, penampilannya tampak normal seperti anak muda pada umumnya. Celana jeans kedodoran, memiliki banyak saku, kaus polos hitam, jaket jeans berwarna biru pudar dan tak lupa kalung rantai cukup besar melingkari leher. Benar-benar definisi anak muda zaman sekarang.

Tanpa segan dan ragu, aku menganggukkan kepala. Bagaimanapun juga, pemuda ini sudah membantu Arshal, mungkin saja ada yang ingin disampaikan padaku. Dari belakang pemuda itu memiliki tubuh yang cukup atletis, tidak berlebihan seperti Darwin, tetapi bagian atas tubuhnya benar-benar kekal dan padat.

Dia mempersilakanku untuk duduk pada bangku panjang di area pinggir lapangan sepak bola. Sejenak kami saling bungkam, sampai pemuda tersebut mengulurkan tangan kanan.

"Gue, Dafa. Dafanda Lopez."

Aku menatap sebentar uluran tersebut, kemudian meraih dan menjabat tangan pemuda bernama Dafa itu.

"Asher Dean." 

"Ekhem! Sorry sebelumnya kalau gue terkesan ikut campur urusan lo ama Arshal. Cuma, gue nggak bisa liat dia di-bully temen-temennya hampir tiap hari."  Dafa menggelengkan kepala, mungkin prihatin dengan apa yang dialami oleh Arshal. Kemudian melanjutkan, "Awalnya gue nggak tahu masalahnya apa, Arshal sendiri walaupun udah kenal gue juga gak mau cerita. Sampai hari ini, akhirnya gue tahu bibit permasalahannya."

"Btw, lo beneran ... cowok?"

Jujur saja, aku merasa sedikit tidak nyaman ditanya seperti itu. Tenggorokanku terasa kering, meski sudah menelan ludah beberapa kali. Meski begitu, aku tetap mengangguk tanpa ragu sebelum menurunkan pandangan, sama sekali tidak berani mengangkat dagu.

"Gue yakin apa yang lo rasain pasti jauh lebih berat, 'kan? Arshal, cuma belom bisa memahami hal semacam ini, apalagi temen-temennya itu. Gue yakin mereka bahkan masih awam soal toleransi. Maklum, anak seusianya emang masih terbilang labil. Tapi tenang aja, suatu saat nanti dia pasti bakal ngerti dan paham. Kalau perubahan zaman dari waktu ke waktu itu akan membuka pemikirannya."

Dafa memutar badan, menghadap ke arahku. Bibirnya membentuk garis lengkung yang memperlihatkan senyuman hangat. Dahiku berkerut dengan kedua alisnya yang hampir menyatu. Tidak mengerti kenapa tiba-tiba memasang wajah serius dan menatapku begitu intens.

Butterfly Effect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang