CHAPTER 4 RESAH DAN GELISAH

30 8 0
                                    

Assalamualaikum
Semoga suka yaa 💓
Masih latihan maaf kalo ada typo 🙏
HAPPY READING 😘

☆☆☆

Rumah sederhana tak begitu mewah namun juga tak begitu kecil Terlihat sangat sederhana namun terasa nyaman.
Rumah Bernuansa klasik dengan ornamen ukiran kayu menghiasi dinding dengan warna Putih dan biru disetiap sudut dindingnya terlihat begitu indah, meskipun tak begitu besar namun suasana nyaman, tenang dan damai tercipta dikediaman Rumah Milla.

Denting suara sendok dan garpu saling bertautan, Dalam ruang makan itu terdiri dari keluarga kecil yg sangat bahagia tengah menyantap makanan mereka. terlihat satu seorang pria yg duduk ditengah-tengah antara dua orang wanita cantik yg duduk disebelah kiri dan kanannya. Ia adalah CHOIRUL AZAM MUCHLIS dan MARISA CALISTA Mereka adalah kedua orangtua Milla.

" Liatin apa sih anak ayah fokus banget sampe makanannya dianggurin" cibir Azam yg sedari tadi memperhatikan Milla yg tengah sibuk menatap layar handphonenya
" Hehehe..... nggak kok yah" balas Milla sembari terkekeh
" Kalo lagi makan jangan main handphone nggak baik, udah makan dulu tuh makanannya handphonenya nanti, apa mau bunda sita handphonenya" Ucap ketus Marisa.

Milla menghela nafasnya, lalu mengalihkan tatapannya dari handphone ke makanan yg sudah tersedia didepannya.

" Iya Bun" balas Milla lalu menyantap makanannya.

Azam mengelus elus puncak kepala milla gemas

" udah lanjutin makanannya jangan main handphone terus nanti kamu telat Loh" ucap azam yg hanya dibalas anggukan kecil oleh Milla.

Keluarga Milla memang sangat berbanding terbalik dengan keluarga Rifky.
Mempunyai kedua orangtua yg masih utuh dan kehidupan keluarga sangat harmonis jauh dari kata perselisihan.

Namun menjadi anak tunggal dikeluarganya tidaklah mudah bagi milla. Harapan keluarga ada ditangannya, kesepian yg setiap kali Milla rasakan selalu menghampirinya.

Memang kata orang menjadi anak tunggal itu menyenangkan apapun yg kita mau bisa terpenuhi seperti kasih sayang, harta, kekuasaan semuanya. Namun tak ada tau beban apa yg dipikul anak tunggal, mereka tak tau jika si tunggal lah yg selalu menjadi harapan satu satunya keluarganya, Si tunggal harus bisa diandalkan keluarganya, dituntut untuk menjadi sempurna dan setiap harinya selalu merasakan kesedirian dalam hidupnya.

" Mil bukannya sebentar lagi kamu mau semesteran ya" tanya Marisa

sembari menuangkan segelas susu hangat dan menyerahkannya kepada Milla.
Milla tersenyum dan menerima segelas susu tersebut

" makasih bun" ucap Milla lalu meneguk susunya sampai tandas.

Milla menatap Marisa yg sepertinya menunggu balasan pertanyaannya.

" Iya, tapi masih dua Minggu lagi Bun" balas Milla menjawab pertanyaan Marisa.

Marisa menggangukkan kepalanya kecil, anak gadisnya kini sudah duduk dibangku kelas XI SMA dan beberapa bulan lagi akan melaksanakan Ujian tengah Semester.

" Walaupun masih lama tapi inget jangan lupa belajar, kamu tau kan bunda sama ayah mau yg terbaik buat kamu, karna kamu harapan kita satu satunya, kamu harus bisa menata masa depan kamu lebih baik mulai dari sekarang" ucap Marisa menasehati sang anak

Milla memutar bola matanya malas
Bukannya tak suka dinasehati, namun ia sudah terlalu bosan mendengar nasehat bundanya yg itu itu saja tak pernah berubah, bahkan hampir setiap hari Marisa selalu memberi nasehat yg sama kepada Milla

Milla menghela nafasnya malas
" Iya Bun..." Balas Milla

Marisa, wanita dengan hijab yg melekat dikepalanya itu mengembangkan senyumnya tangannya mengusap usap puncak kepala milla lembut, anak gadisnya itu tak pernah melawan permintaan kedua orangtuanya Milla tumbuh menjadi gadis cantik dan Sholehah

♡  HIDDEN LOVE  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang