Attention. Flight 56K51 to Indonesia is now boarding. Would all of passengers please pass on to gate C3. Thank you.
Perempuan berambut hitam itu menatap sekelilingnya dari balik kacamata hitam ia pakai.
Suasana bandara saat ini memang cukup ramai. Salah satu alasan yang pasti adalah karena dirinya datang ke Indonesia disaat liburan.
"Nona Clarence!"
Perempuan itu menoleh ke arah pria berjas hitam yang tengah berlari ke arahnya. Sudah bisa tebak kalau pria itu adalah sekretaris Papanya saat ini.
"Sepertinya anda terjebak macet. Saya sudah menunggu hampir sejam di tempat ini." Bohong Clare.
Pria itu terkejut. "Sejam? Bukannya pesawat nona baru sampai tadi ya? Nona Clarence turun di terminal 3 kan?" Paniknya.
"Ah sialan!" Batin Clare kesal saat pria di depannya ini tidak termakan kebohongan yang ia buat.
Clare menghela nafasnya. "Saya mau ke kantor Papa." Ia meninggalkan barang bawaannya dan berjalan duluan meninggalkan pria itu.
"Baik Nona." Pria berjas tersebut langsung mengambil barang bawaan Clare dan bergegas menyusulnya.
Sepanjang di mobil, Clare hanya diam menatap ponselnya. Membaca pesan-pesan dari teman-temannya yang mengucapkan perpisahan karena Clare akan tinggal di Indonesia sampai seterusnya.
"Nona Clarence," panggil sang supir.
"Hm."
"Saya tahu ini tidak sopan, tapi boleh saya tahu kenapa Nona memutuskan untuk kembali lagi ke Indonesia? Saya dengar dari Pak Edo kalau kejadian 4 tahun yang lalu membuat Nona ingin pindah dari sini."
"Saya hanya ingin bersama Papa."
"Ternyata begitu. Saya senang kalau Nona datang karena Tuan Albert. Kedatangan Nona mungkin akan membuat suasana rumah menjadi lebih hidup." Lega supir tersebut.
Clare tidak membalas ucapan supir tersebut. Apakah keputusan yang ia ambil ini sudah tepat? Apakah hatinya sudah siap untuk kembali ke tempat ini?
Tidak terasa, mobil yang Clare tumpangi telah sampai di depan sebuah gedung tinggi yang merupakan kantor dari sang Papa.
"Tinggalkan saja barang-barangnya disini, saya tidak akan lama." Ucap Clare.
"Saya minta maaf Nona, tapi saya tidak bisa menemani Nona Clarence sampai dalam. Tiba-tiba saja ada laporan yang harus saya ambil dari cabang." Ucap pria berjas hitam tersebut.
Clare mengangguk. "Tenang saja, saya bisa masuk sendiri." Perempuan itu keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam gedung tersebut.
Suasana di dalam gedung tidak terlalu berbeda dari 4 tahun yang lalu. Hanya saja ada beberapa wajah-wajah yang tidak ia kenali.
"Permisi, saya ingin bertemu Tuan Albert." Ucap Clare pada sang resepsionis di depannya.
"Mbak sudah membuat janji?"
"Belom."
"Mohon maaf, Mbak. Anda harus membuat janji terlebih dahulu sebelum datang menemui Tuan Albert." Jawab wanita tersebut.
Clare menghela nafasnya. "Boleh saya tahu Tuan Albert sedang ada dimana? Saya hanya ingin berbincang sebentar."
"Mbak tidak dengar ucapan saya sebelumnya? Kalau belum membuat janji tidak boleh menemui Tuan Albert." Kesal wanita tersebut.
"Buat janji? Untuk apa saya membuat janji kalau hanya ingin bertemu Papa saya?" kesal Clare.
"Sekarang Mbak mau membohongi saya? Saya bisa panggil satpam lho, Mbak. Saya minta Mbak segera keluar dari tempat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky for You
Teen FictionTentang aku yang membenci langit dan kamu yang menyukai langit. ... Kedatangan Clare ke Indonesia setelah empat tahun menetap di Kanada membuat dirinya tahu jika selama ini ia memiliki saudara. Fakta tentang hal tersebut membuat Clare terlibat denga...