Sebenernya apa sih akhir dari hidup ini? Kita semua lahir, kemudian melewati masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa dan menjadi tua. Kita semua bersekolah, lulus dan kemudian bekerja. Ada yang memilih menikah dan memiliki anak. Lantas setelah itu apa? Manusia dengan ambisi dan rasa tidak pernah puasnya terus menginginkan sesuatu yang tidak ada ujungnya.
Saat ini, Winda terlihat bahagia sekali menikmati waktu berduanya dengan Chandra. Ia tidak merasa kesepian sama sekali meskipun hanya tinggal berdua. Bahkan ketika suaminya bekerja dan baru akan pulang petang, sedangkan kantornya masih saja menerapkan WFA (Work From Anywhere). Masih ada si putih Shiro yang meskipun tidak bisa menanggapi obrolannya namun menambah suasana ceria di rumah mereka.
Namun memang benar, kita semua tidak bisa mengendalikan faktor eksternal seperti omongan orang lain. Beberapa saat yang lalu ketika ia dan Chandra sedang berjalan santai di sekitar kompleks, ada seorang ibu muda mungkin seumuran dengan Mbak Ela yang menyapa keduanya. Mereka mengobrol ringan sambil berdiri di depan rumah beliau. Winda sebenarnya tidak begitu mengenal para tetangga kompleks, namun rasanya tidak sopan apabila tidak turut berbasa-basi dan menanggapi obrolan beliau.
Ada yang cukup menganggu pikiran Winda saat itu ketika beliau menyinggung masalah anak. Pertanyaan santai yang terlontar seperti, "masih betah berdua aja ya?" atau "buruan ngisi lho mbak, takutnya masnya kecantol sama yang lain nanti." yang diucapkan dengan berbisik, sengaja agar tidak terdengar oleh Chandra.
Topik tentang anak bukan hal yang sensitif sebelumnya baik untuk Chandra maupun Winda. Bahkan keluarga keduanya sangat suportif. Tidak mendesak dan mengungkit tentang masalah anak kepada mereka.
Sudah hampir dua tahun. Mereka baik-baik saja, setidaknya itu yang keduanya rasakan. Masih mesra, masih sama-sama perhatian dan pengertian. Tidak ada yang berubah dan berbeda. Namun sejak beberapa kali mendapat pertanyaan tentang anak dari orang luar, Winda mulai risih dan terganggu. Chandra melihat itu dan selalu menangkap perubahan ekspresi istrinya setiap kali ada orang lain yang menyinggung tentang anak.
Suatu malam yang dingin karena dari sore hujan terus turun, lampu kamar yang sudah padam digantikan dengan lampu tidur remang di atas nakas, Winda memeluk suaminya erat. Keduanya lelah setelah seharian bekerja, maka saat malam seperti ini, memang waktunya untuk charge energi dengan saling memeluk satu sama lain.
Winda bercerita tentang hari-harinya begitupun Chandra. Winda mencoba mengungkapkan keresahannya perihal anak. Tentang bagaimana ia sedikit banyak merasa iri dengan Gigi dan Sena yang sudah memiliki seorang bayi perempuan lucu yang mereka beri nama Naila. Bayi kecil itu baru berusia 7 bulan. Atau Ital yang langsung dinyatakan hamil sejak 2 bulan usia pernikahannya dengan kevin.
Sudah beberapa waktu lalu ketika keduanya mengunjungi kediaman Sena dan Gigi di Bandung, Winda turut bahagia melihat sahabatnya menjadi seorang ibu. Menjadi wanita sempurna dan wanita seutuhnya. Namun diam-diam ia merasa sedih. Sedih atas dirinya sendiri yang sudah hampir 2 tahun ini belum bisa memberikan seorang bayi lucu untuk Chandra. Ia takut, takut apabila omongan tetangga kompleksnya menjadi kenyataan, Chandra bisa saja melirik wanita lain, mengingat banyak rekan kerjanya yang juga seorang perempuan.
"Ya ampun sayang. Aku nggak tau harus jelasin seperti apa supaya kamu lebih tenang. Yang jelas, aku bahagia banget sama pernikahan kita sekarang. Aku beruntung banget bisa jadiin kamu istriku seperti sekarang. Aku kenal kamu dari kamu umur 15 tahun. Kamu cinta pertamaku. Nggak akan ada yang berubah ada maupun nggak adanya seorang anak ditengah pernikahan kita."Tandas Chandra sambil mengelus punggung Winda lembut.
Istrinya itu sesekali mendongakkan kepalanya dan bersitatap dengan matanya. Sepasang manik gelap yang saat ini sedang deras dengan air mata membuat hati Chandra diam-diam terasa nyeri. Ia merasa buruk karena belum mampu membuat Winda bahagia.
"Tapi aku seneng kamu berani ngobrolin ini sama aku. Jangan diem, apapun yang kamu rasain kamu harus selalu berbagi sama aku, oke? Kita buktiin ke orang-orang kalau kita tetap bisa bahagia meskipun sekarang masih hidup berdua aja. Jangan sedih lagi ya, mending kamu sekarang tidur deh." Lanjutnya mengeratkan pelukan keduanya. Sesekali ia usap air mata yang jatuh di pipi si istri.
"Mas, makasih ya udah sabar banget ngadepin aku yang seperti ini. Sama aku terus ya mas, kita bahagia bareng sampai tua, sampai sama-sama nggak lagi hidup di dunia." Balas Winda mengecup singkat bibir suaminya. Chandra kemudian menarik tengkuk Winda, memberinya ciuman lembut tanpa nafsu seakan menyalurkan segenap perasaan kasih dan sayangnya pada istri cantiknya itu.
Malam itu, keduanya larut dalam malam hangat seperti malam-malam mereka sebelumnya. Berharap apabila memang sudah waktunya Tuhan menitipkan malaikat kecil untuk keluarga kecil mereka, itu pasti akan menjadi hari paling bahagia untuk keduanya.
Tbc.