Patah boongan

2.8K 309 10
                                    

.

.

.

|Limerence;|

Melihat adik laki laki nya tidur di sofa membuat si sulung itu terkekeh, lucu banget melihat muka polos dan murni Deon. Jarang jarang soalnya.

Kumis tipis sang adik dia usap lembut, beda sama dirinya yang tak punya kumis.

Jemari lentik nya menyusuri dari pangkal hidung sampai bibir Deon, membuat yang lebih muda merasa terganggu tidurnya.

"Hihi ... Deon lucu." Cicit nya, dia takut membangunkan sang adik yang kembali tertidur pulas.

Sekarang tuh udah agak siang, mereka juga sudah makan siang yang di  hangatkan oleh Deon.

Tadi si kakak sudah di puk puk agar cepat tidur siang, jika tak tidur Adelio pasti akan suka merengek ngantuk saat sore hari.

Eh, tapi malah Deon yang ketiduran.

"Bentar yaaa."

   Adelio bangkit berdiri dari duduk nya, menggerakan  kakinya yang hampir kaku karena kesemutan. Tangan nya ia bawa ke atas kepala.

"Huh-! Capekk!!"

Padahal ga ngapa ngapain:)

   Kaki kecil nya dia bawa ke belakang rumah, walau panas terik juga tetep dia teroboss.

Di taman belakang rumah memang paling adem bagi Adelio, selain karena angin sepoi sepoi di sana tertanam banyak bunga bunga yang memanjakan mata.

Ada rerumputan juga yang sang papa tanem, supaya tak ada tanah licin dan batu besar yang akan membuat Adelio kepeleset atau tidak sekedar tersandung.

Selain ambekan, putra sulung Diana dan Dirga itu ceroboh.

Kaki kecil nya jalan napak di atas rumput, padahal sudah di ingetkan oleh mama kalau keluar dan melewati batas lantai harus memakai sandal agar tak ada kuman yang menempel.

Tapi Adelio tetep meloncat dengan girang merasakan rumput rumput yang menggelitik di kakinya. Bikin dia cekikikan.

"..bunga?"

   Badannya dia bawa ke area sekitar tanaman, tepatnya para kawanan bunga yang dia tanem.

Ada satu bunga matahari yang hilang dan terlihat di petik, mungkin itu yang ada di kamar nya?

Huh-! Ingat itu bikin Adelio jadi kesel.

   Akhirnya dengan kesabaran dan senyuman yang setia menemani, pemuda manis itu merapihkan bunga bunga nya. Tak peduli jika nanti tangan lentik yang mama nya selalu bersihkan jadi kotor.

Sambil bersenandung kecil, Adelio mencabut tanaman liar yang tumbuh di sekitar bunga anggrek kesayangan nya.

Lalu menyiram bunga matahari yang terlihat kurang segar, sama kayak Adelio yang udah cemong karena tanah.

Dia juga menyiram tanaman sayuran mamanya dengan telaten, tak boleh ada yang terlewat sedikit pun, supaya mereka selalu makan sayur dan sehat.

   Di rasa sudah capek, Adelio membawa tubuh kecil nya untuk duduk di kursi kayu yang menghadap ke arah semua tanaman, sekarang keliatan lebih seger karena mereka sudah mandi.

"Indah .." lirih nya, sebelum manik boba nya tertutup di gantikan bulu mata lentik.

Kau lebih indah.

   Adelio menggeliat, badannya kerasa pegel banget karena tidur di kursi. Kirain mah, Deon mindahin dia ke kasur.

Soalnya tangan dan kaki nya sudah bersih dari tanah, muka cemongnya juga sudah terlihat lebih seger, tapi ga sama baju dan celananya.

"Ugh-! Kenapa ga sekalian?"

Badan nya ngulet sampai terdengar  suara 'kretek kretek', membuat pemuda manis itu membelalak kaget.

"Eung? ... patah?"

Tapi saat dia kembali menggerakan lagi badannya, justru semakin terasa lebih leluasa dan tak ada rasa pegal seperti tadi.

Kurva tipis nya membentuk senyuman, hingga mata indah itu menyipit.

"Hehe .. patah nya boongan."


|Limerence;|
.

.

.

Tbc

Di bilangin jangan panggil 'kak', panggil 'ipang' aja.

Limerence; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang