Terhitung sudah satu minggu lamanya setelah Anna berubah status menjadi single. Berbagai kegiatan ia lakukan untuk bisa menghabiskan waktunya tanpa memikirkan kejadian waktu itu. Bahkan bos-nya pun terlihat bingung dengan tempo kerja yang diberikan Anna, ia sudah berulang kali menyarankan untuk bersikap santai asalkan selesai dengan baik. Namun, Anna tidak memperdulikan hal tersebut, ia hanya mengikuti naluri yang diberikan oleh sel-sel dalam tubuhnya.
Wanita ini bekerja sebagai sekretaris General Manager di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Pekerjaannya terbilang fleksible dan mobile, tiap harinya ia jarang berduduk lama dikantor kecuali di tanggal-tanggal tertentu. Rapat yang dihadiri bos-nya di luar kantor pun harus selalu ia ikuti walaupun hanya sekedar menunggu di luar ruangan.
Bahkan tidak sedikit rumor-rumor yang bertebaran jika Anna memiliki affair dengan manajernya tersebut. Ia heran kenapa selalu ada saja gosip-gosip tidak berdasar. Apakah serendah itu jabatan Sekretaris di mata khalayak umum? Padahal ia hanya bersikap profesional begitu pula dengan atasannya. Jujur saja, atasannya yang kerap ia panggil Pak Nando itu memiliki paras yang tampan dan bijaksana. Tapi bahkan jika atasanya ktu berstatus masih single pun, Anna tidak tertarik dengannya karena bukan merupakan tipe pria yang ia dambakan. Apalagi pria yang sudah beristri. Ia merasa manajernya terlalu ramah sehingga orang-orang menganggapnya sedang "flirting". Anna benar-benar menyayangkan rumor-rumor tersebut, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"By the way Anna, mobil Fortuner yang plat belakang EZY itu sudah diurus lisensinya belum? Kayaknya mau dipakai bulan depan soalnya mau jemput tim yang dari Bandung, kekecilan kalau pakai yang Audi."
Seketika Anna menepukkan telapak tangan ke dahinya dan berusaha mengingat kembali tanggal berakhir lisensi masing-masing kendaraan yang dimiliki tersebut.
"Kayaknya iya deh Pak mau habis, nanti saya telepon Pak Supri (joki) untuk handle ya Pak sama nanti saya siapkan rincian biayanya." Pak Nando seraya mengangguk mendengar jawaban Anna.
"Buruan diurus takutnya jadinya lama. Kasihan Pak Joko kalau sampai ketilang." Anna mengacungkan jempol menggantikan kata siap atau baik.
"Oh ya Anna." Pak Nando melihat situasi terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya, "Kok, belakangan ini saya ga lihat kamu dijemput Saga deh? Saya biasanya ketemu dia di cafe lobi."
"Bapak ini keren loh, gosipin orang didepan orangnya langsung." Jawab Anna membuat Pak Nando berspekulasi lain.
"Loh, berarti ada apa-apa dong? Jangan-jangan?"
"Iya-iya udah putus." Jawab Anna tanpa beban.
"Loh kenapa coba? Padahal udah ganteng, berpendidikan, sopan, dan ini nih..." Pak Nando seraya menunjukkan kode jari yang semua orang paham maksudnya, "...cuan." Pak Nando menebak dari mobil yang biasa Saga pakai ketika menjemput Anna.
"Percuma Pak, ganteng, sopan, pinter, kaya lagi. Tapi ga punya hati. Udah sih Pak kenapa malah bahas saya, ini bentar lagi rapat sama Pak Johan. Siap-siap deh."
"Eh bentar Anna, beneran putus ini?"
"Iya masa saya ngada-ngada sih Pak, udah sih Pak, buruan siap-siap." Benar-benar bukan seperti layaknya Bos dengan bawahan.
"Anna bentar.." Pak Nando memelankan suaranya padahal mereka sedari tadi sudah berbicara dengan pelan, "..mau saya jodohin gak sama temen saya." Seketika ia membayangkan berapa umur pria yang ditawarkan bos-nya tadi.
"Dih, tua pasti kayak bapak, lagian juga saya mau have fun dulu."
"Yee sembarangan, saya aja masih muda." Bertepatan dengan itu, ringtone handphone milik pria itu berbunyi dengan nyaring menginterupsi percakapan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, your Love
Romance"Ketika kamu sedang jatuh cinta, maka kopi pahit pun akan terasa manis."