"Kapten Kang, Anda mau berkencan denganku?"
••••"Dia belum sadar, Hyung." Ucap seseorang dari sebrang sambungan teleponnya.
Taehyun menghela napas. Sebelah tangannya yang bebas mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Gerakan itu sontak membuat tali yang tersambung di gagang tepon itu melilit lehernya.
Sudah sebulan lebih. Tapi kabar yang di dapatkan Taehyun tetap sama sejak dua minggu yang lalu. Semenjak ia kembali dari misi rahasianya, ia rutin menghubungi Yeonjun selaku adik sepupunya untuk menanyakan kabar mengenai Beomgyu.
Ia ingin sekali kembali ke Seoul. Bertemu dengan kekasihnya, memeluknya, menghirup aroma cemara yang mungkin kini sudah bercampur dengan aroma obat-obatan yang melekat di tubuhnya. Tapi memilih profesi sebagai tentara, sama saja menyerahkan seluruh hidupnya kepada Negara. Dan yang lain haruslah mengerti akan hal itu.
Taehyun menyelesaikan misinya dengan cepat dan rapi. Menyelesaikan seluruh laporan dan segalanya secepat mungkin agar segera di pulangkan. Tapi yang terjadi, Komandannya justru meletakkannya di daerah perbatasan. Menjadikan timnya sebagai pengawal untuk utusan yang datang ke daerah Utara untuk sebuah konfrensi pers.
"Kondisinya stabil?" Tanya Taehyun. Memainkan kabel telepon dengan jarinya dengan kasar.
"Ya," jawaban singkat itu kembali membuatnya berang.
"Lalu mengapa dia belum sadar juga?" Geram Sang Mayor. Ia ingin sekali menghantam benda yang ada dalam genggamannya ke lantai sebagai penyaluran emosinya. Namun akal sehatnya menahan, tidak akan ada yang berubah meski ia mengamuk disini. Beomgyu masih harus melewati perangnya sendiri, dengan kekuatannya.
"Jangan bertanya padaku! Tanyakan langsung pada dokter! Atau Hyung coba kemari dan bangunkan sendiri putri tidurmu." Cecar sepupunya dari seberang. Agak tersinggung akibat nada bicara kakak sepupunya yang seolah menjadikannya kambing hitam karena kondisi Beomgyu yang jelas-jelas berada diluar kendalinya. "Siapa tau Beomgyu akan terbangun kalau mendengar suaramu." Dan panggilan terputus secara sepihak.
Taehyun menggertakkan rahangnya. Nyaris benar-benar melempar gagang telepon di genggamannya saat meletakkannya ketempat semula. Lalu menghantam kepalan tangannya di dinding. Rentetan kalimat makian meluncur dengan mulus dari bibirnya. Jika bisa, tentu saja dia sudah berlari saat ini. Meninggalkan semua hal gila ini di belakangnya. Bersembunyi di dalam pelukan hangat kekasihnya. Menikmati setiap musim berganti bersama. Membuang jauh-jauh prinsip hidupnya mengenai perdamaian. Saat ini kedamaiannya tengah terombang ambing di batas antara hidup dan mati, tapi ia tidak bisa melakukan apapun yang berarti.
Laki-laki itu berjalan gontai dengan pikiran berkecambuk bagai badai. Dadanya terasa nyeri tiap kali memikirkan keadaan Beomgyu. Setelah ibunya, lalu ayahnya, dan apa sekarang ia harus kehilangan kekasihnya? Ini akan menjadi kehilangannya untuk yang ketiga kalinya jika Beomgyu benar-benar pergi.
Dulu Taehyun berpikir, jika menjadi tentara, ia mungkin bisa melindungi orang-orang yang dicintainya. Itulah sebabnya ia begitu bertekad untuk menambah lencana di seragamnya. Tapi yang ada justru ia tidak bisa melindungi apapun di dalam genggamannya. Ia bisa saja memenangkan sebuah peperangan dengan korban berjatuhan seminim mungkin. Tak ada seorang pun yang tak mengenalnya sebagai penyusun strategi dari Korea Selatan. Lalu untuk apa lencana Mayor yang kini tertempel di bahunya? Ia mendapatkannya dengan susah payah, mengorbankan segalanya demi lencana ini. Berpikir bahwa ia akan menjadi super hero dengan lencana ini. Tapi yang ada justru beban yang ada di pundaknya semakin berat. Prinsip dan hati nuraninya selalu sertentangan semenjak Choi Beomgyu memasuki hidupnya.
"Komandan!" Panggil seorang bawahannya saat berpapasan dengan Taehyun pada pertigaan lorong. Ia melempar hormat singkat dan menurunkannya setelah Taehyun mengangguk. Berjalan mengekori Komandannya yang masih berjalan dengan gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise [Taegyu AU]
FanfictionTentang dua insan yang menghadapi perang di medan yang berbeda. Satu bertarung demi Negaranya, satu bertarung di atas meja operasi. Berjuang sekuat tenaga untuk bisa bertemu satu sama lain. Saling berjanji untuk bertemu kembali dan menikmati musim s...