Ary dan Amira melompat ke kereta barang. Satu-satunya transportasi yang mendapat izin untuk beroperasi di jam istirahat sampai pukul 23.00. Kemudian Agung menyusul mereka. Sementara, Elina terus berlari sekuat tenaga. Ia tidak mau mendekam di penjara hanya karena satu kesalahan yang tidak disengajanya. Petugas keamanan di belakangnya terus meneriakinya.
Agung menjulurkan tangannya pada Elina. Elina menggapai tangan Agung dan masih berlari karena kereta semakin melaju. Hingga akhirnya ia bisa menaiki kereta.
Suara tembakan menggelar di langit. Tubuh Elina bergetar hebat. Ia benar-benar takut. Ia tidak bisa berpikir jernih. Ia hanya ingin selamat untuk sekarang.
"Ayo!"
Agung menarik tangan Elina untuk terus berjalan menuju gerbong depan. Saat sampai di gerbong tengah, Agung, Ary, dan Amira tertawa terbahak-bahak. Seolah-olah kejadian barusan adalah hal yang menyenangkan. Mereka terlihat tidak takut sama sekali jika tertangkap petugas keamanan. Sementara Elina sudah merosot ke lantai. Kakinya begitu lemas.
"Tidak apa, Jangan khawatir! Kita aman sekarang," ucap Agung.
"Kau akan aman bersama kami," Imbuh Ary.
"Apakah ini pertama kalinya untukmu?" Tanya Amira.
Elina yang mendengar pertanyaan itu merasa bingung. Tentu saja ini pertama kalinya. Lagipula sudah diketahui dengan jelas, bahwa pelanggaran adalah hal fatal. Pertanyaan Amira seolah-olah memberi tahu bahwa pelanggaran yang mereka lakukan barusan adalah hal normal.
"Apakah kalian sering melakukannya?" Elina balik bertanya.
Mereka bertiga tidak menjawab. Hanya dijawab oleh ekspresi yang sulit dijabarkan.
*****
Mereka menaiki kereta barang cukup lama. Sekitar 20 menit telah berlalu. Pikiran Elina tidak mau berhenti. Banyak ketakukan yang berkeliaran di otaknya. Bahkan ia tidak memperhatikan Agung, Ary, dan Amira yang sedang entah membicarakan apa. Mereka sibuk merencanakan sesuatu. Elina sama sekali tidak tertarik untuk mendengarkannya. Namun lamunannya berhenti tiba-tiba.
"Itu tidak mungkin suara seorang pelanggar bukan?" Tanya Elina dengan khawatir.
Ary pergi ke jendela untuk melihat sumber suara motor.
"Benar, itu bukan pelanggar. Kita masih dikejar," jawab Ary dengan ringan.
"Oh tidak!" Elina kembali gemetar.
"Kemarikan barang bawaanmu!"
Agung meminta barang bawaan Elina. Setelah itu, ia dengan segera memasukkannya ke dalam tas."Kita harus bergegas ke gerbong depan. Gerbong tiga. Kita berada di gerbong delapan sekarang," jelas Agung.
Sementara sebelum Agung menjelaskan pada Elina, Ary dan Amira sudah pergi terlebih dahulu. Elina sangat curiga bahwa mereka sering melakukan pelanggaran ini. Mereka pasti sering beraksi di malam hari. Entah sebenarnya apa yang mereka lakukan. Tetapi Elina tidak berani menghakimi mereka saat ini, karena dirinya saat ini juga turut melakukan pelanggaran. Dan Elina sangat berharap mereka bisa membantu menyelamatkan dirinya dari petugas keamanan.
Elina mengikuti Agung berlari ke gerbong depan. Suara motor semakin dekat dengan kereta mereka. Saat Elina mencoba melihat ke belakang, terlihat di celah-celah jendela. Dua petugas keamanan lengkap dengan senjatanya menaiki motor dinas. Elina semakin mempercepat larinya.
Di depan, nampak Ary dan Amira melompat ke luar. Elina sangat terkejut melihatnya. Saat tiba di pintu, Agung juga melompat ke luar. Elina tidak begitu yakin apa yang akan terjadi jika ia melompat. Apakah kakinya akan patah atau bagaimana. Ia membulatkan tekad dan menggigit bibirnya agar tidak teriak. Saat ia melompat, ternyata Agung menangkapnya. Elina mendarat dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Zone
FantasyElina, seorang gadis Introvert yang biasa-biasa saja. Kehidupannya cukup monoton. Ia tumbuh di kota yang istimewa. Satu-satunya kesenjangan di kota ini adalah Kecerdasan. Jika orang tersebut tidak menunjukkan prestasi selama waktu yang ditentukan, m...