Suasana tegang khas rapat mingguan menguar hingga luar ruangan. Changbin mengepalkan kedua tangan guna menutupi geraman marahnya.
“Pak Yadi, bapak sudah bekerja bersama saya lebih dari 5 tahun bukan?” dijawab anggukan canggung oleh Pak Yadi.
“lalu, kenapa bapak selalu mengulang kesalahan yang sama setiap memberi laporan kepada saya? Sudah saya tekankan berkali-kali. Buat laporan yang to the point, tidak usah banyak basa basi. Ini laporan perusahaan bukan skripsi, skripsi saja saya yakin dibuat se singkat-singkatnya agar mudah di pahami kok.”
“revisi!”
Changbin lempar map laporan tersebut ke yang bersangkutan. Kemudian beralih ke target berikutnya.
“Pak Andre. bapak juga sama, sudah bekerja lebih lama pun masih membuat kesalahan. Laporan. Sebelum sampai ke tangan saya, harus dan wajib di tanda tangani dulu oleh CMO dan CFO. Tapi apa? Selalu saja saya mendapat laporan kosong. Atau maksud bapak, saya, harus cari sendiri Jeongin dan woyoung?”
“bukan pak,” Pak Andre yang di sidang merasa sangat terancam akan posisi nya. Tidak bisa berkutik karena itu memang kesalahannya.
“kamu sudah dapat sekertaris belum?” tanya Changbin pada Pak Andre.
“belum pak, itu juga jadi salah satu faktor kenapa saya sering keteteran dengan laporan pak” aku Pak Andre.
“Nancy, segera open recruitment untuk posisi sekertaris manager keuangan.”
“Baik, Pak” sigap Nancy. Takut jadi korban selanjutnya.
Setelah banyak bicara, Changbin menjeda diri. Berusaha mendinginkan pikiran sejenak. Padahal yang di dalam ruangan masih ketar-ketir.
“Jeongin.”
Yang di panggil menegang. Bersiap untuk di puji hehe.
“kinerja kamu akhir-akhir ini lumayan. Saya mau, kamu terus optimalkan kerja kamu. Stop main-main di jam kerja. Ingat”
“siap bos!” senyum tampan itu merekah. Membuat suasana sedikit mendingin.
“sekarang, apakah ada disini, di ruangan ini yang mau membuat pengakuan dosa?”
Changbin amati orang-orangnya dengan seksama. Hingga matanya tertuju pada Karina, karena wanita itu mengacungkan tangannya.
“ya, karina?”
“maaf Pak, saya sudah semaksimal mungkin mengerjakan laporan di bulan Mei. Tapi sampai sekarang laporan tersebut masih saja berselisih dengan laporan sebelumnya. Padahal saya sudah berusaha lembur mencocokan digit angka yang sebenernya hampir membuat saya gila, tapi masih belum ketemu juga” cerita Karina panjang lebar diikuti curhat singkat tentang kesusahannya.
“berapa selisihnya?”
“sekitar 50juta.”
Sontak seisi ruangan menahan nafas. Angka se-fantastis itu tentu saja hasil korupsi. Mereka saling pandang satu sama lain, seolah mencari sosok impostor dari salah satu mereka.
“dengar, siapapun yang ada di ruangan ini. Berhasil mengungkap kemana 50juta tersebut, detik itu juga 50juta masuk ke rekening kalian. Kita stop rapat sampai disini. Kabari jika sudah ketemu, dengan jelas, beri bukti. Sisanya saya yang urus.”
Changbin keluar diikuti Chaewon sang sekertaris serta Jeongin dan Woyoung.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
“kaya nya gue tau deh, siapa si tikus di perusahaan Abang” ucap Jeongin.
Changbin hanya menghela nafas. Lumayan lelah dengan rapat mingguan seperti ini. Ada saja yang membuatnya emosi.
“cari aja, kalo dapet langsung kirim bukti. Nanti Chae yang TF” final Changbin.
Seisi ruangan menjadi hening. Wooyoung sibuk memainkan tablet yang menampilkan diagram saham. Sesekali melihat e-mail juga. Sementara Jeongin, ia sedang berbalas pesan singkat dengan kekasih tupai nya.
“HELO EVERYONEEEE!!!”
“ASTAGA!”
“Felix jangan loncat-loncat!”
“aduhh tab gueee!”
w e l c o m e
Gulana Changbin.- Big Boss.
- soon to be a real daddy.
- cool person, i mean he is.
- already mleyot every Felix call him “Mas Bin”.Axelle Felix
- cutie pie.
- a bumil.
- super duper active = hyper.
- always call “Mas Bin” everytime,everywhere.𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Bin.
RomanceCHANGBIN itu dikenal sebagai atasan yang dingin, jutek dan galak. Tapi di panggil mas oleh suami kecilnya saja langsung mleyot.