Disclaimer: Seluruh cast di sini tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Semua hanya fiksi dan mohon jangan dilibatkan dengan kehidupan nyata orang yang bersangkutan.
A/N: aku harap ada yang ngeh kenapa nama Haechan dan Donghyuck digunakan bersamaan.
*******
Haechan terbangun, matanya refleks mengambil ponselnya yang sedang diisi daya lalu melihat jam—rupanya jam dua malam lewat tiga menit. Baru setelah dia meletakkan ponselnya kembali di atas nakas, pria yang Juni nanti akan berusia 29 tahun itu sadar bahwa napasnya tak teratur. Matanya menyipit menatap langit-langit; sumber pencahayaan satu-satunya di kamar itu hanyalah dari lampu meja yang berada di nakas yang sama dengan ponselnya ditaruh.
Mencoba mengatur napasnya kembali, telinganya mulai menangkap suara langkah kaki halus di sekitar pintu kamarnya di ujung sana. Tok tok—kemudian tak ada bunyi atau suara apapun yang terdengar setelahnya. Pria yang masih tak berniat mengubah posisi berbaringnya itu tak mau ambil pusing, toh setelah mengingat-ingat lagi apa yang terjadi sebelum dia tertidur, dia baru ingat siapa sekiranya orang yang sedang berada di sisi lain ruangan tersebut.
Bayang-bayang sepasang kaki dari bawah pintunya terlihat ragu, sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut dengan berjinjit; Haechan berpikir itu lucu sekali—Huang Renjun memang manis dan selalu perhatian, menurutnya.
Tadi malam, Renjun dan Mark datang ke apartemennya. Tanpa sepatah kata pun yang terucap, tanpa basa-basi ala orang yang baru kenal kemarin sore, Mark berkata, "Biar lo nggak overthinking."
Lee Donghyuk—nama asli yang terkadang dia lupakan—tertawa satir dalam hati malam itu. Ironi sekali, hujatnya pada diri sendiri. Tanggal dua belas setiap bulan, dua teman terdekatnya ini pasti akan selalu mengecek kondisinya, entah hanya lewat aplikasi chat di ponsel ataupun bertemu langsung. Alasannya tak pernah berubah, masih sama seperti dua tahun yang lalu.
Dia mencoba mengingat-ingat apa yang membuatnya terbangun tiba-tiba dini hari ini. Seingatnya, dia memimpikan sesuatu, tapi entah apa itu dia pun tak ingat. Yang pasti tidak seperti mimpi buruk—atau mungkin iya?
Napasnya terengah-engah ketika terbangun, jadi mungkin itu memang mimpi yang tidak menyenangkan. Diam-diam Haechan bersyukur karena dia sekarang sudah melupakan entah mimpi apa yang mendatangi tidurnya malam ini.
Lagipula, terbangun jam dua malam sudah seperti rutinitasnya selama dua tahun terakhir— meskipun tidak setiap malam, tapi itu cukup sering sampai-sampai Mark dan Renjun pun menyadarinya. Tapi sudah beberapa bulan ini Haechan merasa lebih baik; dulu mimpi yang mampir ke tidurnya hanyalah bunga tidur berulang yang sudah dia hapal di luar kepala.
Mungkin karena tubuhnya sudah terbiasa bangun di jam segini, makanya tanpa sadar dia tetap terbangun ketika dia bahkan tak memimpikan apapun.
Ujung kakinya ditarik masuk ke dalam selimut, sadar kalau kulit kakinya yang terekspos terasa sedingin malam.
Ah, batinnya, AC-nya kedinginan.
Remote AC di samping lampu nakasnya diambil, dinaikkannya dua derajat sebelum akhirnya sang pria kembali mencoba tertidur.
*******
Tok tok.
Haechan bergelung di dalam selimutnya, mencari posisi yang nyaman.
Tok tok.
Kakinya ditarik mencapai dada, kepalanya ditenggelamkan lebih dalam ke bantalnya yang empuk.
Tok tok.
Namun usahanya nihil, sebab bahkan sebelum di ketukan pertama, Lee Haechan sudah terbangun lebih awal beberapa menit sebelumnya. Menyerah, pun tak tega membiarkan Renjun menunggu angin kosong seperti tengah malam tadi, dirinya menyahut parau, "Iya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu | NaHyuck/JaemDong
FanficLo seharusnya emang jadi hantu aja di kehidupan gue. Hantu yang nggak bisa balik lagi dan memporak-porandakan semuanya.