“Lumine, kau tidak ikut istirahat ke kantin?” tanya Hutao yang melongok dari jendela kelas.
“Ah, maaf Hutao. Aku sudah berjanji akan makan bersama kakakku di atap sekolah.”
“Heeee, jadi kau lebih memilih makan bersama kakakmu ketimbang dengan kami ya?” ucap Hutao yang merajuk sambil mengembungkan pipinya.
“Hei, Hutao sudahlah. Kamu kan tau Aether dan Lumine sangat dekat,” ujar Ayaka sambil menenangkan Hutao.
“Tapi Lumine harus jauh-jauh pergi ke gedung sebelah tau cuma buat makan bersama Aether,” ucap Hutao yang masih tidak ikhlas melepas Lumine.
“Hehe maaf ya Hutao, tapi kamu tau kan tahun ini adalah tahun terakhir kakakku SMA. Nanti setelah dia lulus aku janji deh bakal main dengan kalian terus,” ujar Lumine sambil beranjak dari kursi dengan membawa bekalnya.
“Kalau gitu aku pergi dulu ya, dadah.”
Lumine pun berlari kecil di sepanjang koridor untuk bertemu di tempat biasa ia makan dengan kakaknya, di atap gedung sebelah. Setelah sampai di gedung sebelah, Lumine segera naik menuju lantai tertinggi gedung itu.
Setelah sampai dia bisa melihat punggung Aether yang sedang membelakanginya. Punggung itulah yang selalu menjaga dan melindunginya sejak dia masih kecil. Aether yang akan menggendongnya jika ia kelelahan. Aether yang mengusap air matanya jika ia bersedih. Aether yang akan mengusap kepalanya dengan lembut. Aether yang selalu memeluknya jika ia merasa kesepian. Aether yang akan selalu tersenyum padanya bahkan jika ia membuat kesalahan. Iya, Aether yang berdiri di hadapannya. Kakak kesayangannya.
Aether yang merasakan kehadiran seseorang di belakangnya berbalik. “Hei, sudah sampai?” ucap Aether sambil tersenyum.
“Kakak!” Lumine langsung berlari mendekat.
“Hei, hati-hati. Bagaimana kalau kamu jatuh nanti?”tegur Aether saat Lumine sudah ada dalam jangkauannya.
“Kalau aku jatuh kakak pasti akan langsung menangkapku”
“Dasar. Inilah kenapa aku harus selalu mengawasi dan menjaga adik satu-satuku ini”
“Hehe, ayo kak kita makan. Aku sudah lapar”
“Sini duduk di dekatku”
Sisa waktu istirahat itu Lumine habiskan dengan bercerita kegiatannya di kelas dengan Aether yang selalu menanggapi dengan senyuman lembut dan elusan di puncak kepala Lumine.
“Ah kak waktu istirahat sudah hampir habis. Aku harus segera masuk kelas karena yang mengajar selanjutnya adalah Bu Yae. Kakak tau kan seberapa menyeramkannya Bu Yae itu,” ucap Lumine sambil beranjak dari duduknya.
“Hahaha iya, aku juga pernah diajar olehnya,” jawab Aether yang juga ikut berdiri.
“Kalau gitu aku pergi duluan ya kak, sampai jumpa saat pulang sekolah.” Lumine mulai berlari kecil menjauh dan tidak lupa melambaikan tangannya sejenak ke Aether.
“Lumi, jangan lari-lari. Awas nanti jatuh,” tegur Aether walau tidak dihiraukan Lumine.
“Ukh, maaf kak tapi aku ingin ke kamar mandi dulu” ucap Lumine asal saat dia sudah jauh dari pandangan Aether.
Benar saja, karena berlari terburu-buru Lumine tidak melihat Bu Jean yang datang dari arah samping. Tabrakan pun terjadi di lorong itu.
“Aduh, Lumine kenapa kamu lari-lari di lorong sekolah? Kamu gak apa-apa?” tanya Bu Jean membantu Lumine berdiri.
“Huwa maaf Bu, Lumine ada kelas Bu Yae jadi harus segera sampai kelas.” Seakan kesialan masih berlanjut, bel tanda berakhirnya jam istirahat pun terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEE
RomanceAether yang sudah setengah jalan merasa bahwa adiknya menjadi sangat pendiam. Saat ditengok ke samping Lumine tidak berada disana. Ternyata Lumine tertinggal di belakangnya dengan kepala yang menunduk dan bahu bergetar. "Kakak," isak Lumine semakin...