BTTP [1] : Pertengkaran

394 41 37
                                    

Haloo~
Dah lama yak aku ngga nulis lagi di Wattpad, agaknya akunku lumayan berdebu 💨

Oke, kali ini aku balik lagi-mau nulis lagi-do'ain lancar dan bisa konsisten, ya. Pokoknya aku usahain banget cerita ini tamat sekitar satu sampai dua bulan lagi 🙌🏼

Novel Back To The Past ini mengalami pembaharuan yaa manteman. Aku rombak alurnya secara keseluruhan.

Happy reading~

***
Jatinangor, 24 November 2024

"Hidup ini tuh ngga cuman tentang lo, Ra! Jangan egois kenapa, sih? Dunia gue bukan cuman lo!"

Suara Dervan terdengar cukup keras, mengusir senyap di taman asrama. Tatapannya tajam ke arah gadis di hadapannya. Emosi Dervan sudah mendidih bukan main di dalam kepalanya.

"Lo bilang gue egois? Lo yang egois, goblok! Selama ini lo ke mana-mana, lo minta temenin sama gue, kan? Lo ngga tau kalo pas itu tuh gue lagi sibuk atau ngga!" Tak mau kalah dengan Dervan, Kejora membalas ucapannya dengan lantang pula. Napas Kejora memburu, dadanya naik-turun dengan cepat. "Kemarin juga, lo ngga ajak gue pas pergi sama mereka. Lo egois!"

Dervan membuang napasnya singkat. "Ya, gue ngga pernah maksa lo kalo lo ngga bisa nemenin gue pergi. Lo juga iya-iya aja setiap gue ajak. Gue salah gitu?" tanya Dervan seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.

Hening. Hanya ada suara gemeresik dedaunan karena tertiup angin. Dervan menjadi orang pertama yang memutus kontak mata dengan Kejora seraya mengembuskan napasnya kembali.

"Gue ngga harus ngajak lo setiap saat juga, Ra. Tolong pahamin itulah. Lingkup kehidupan gue ngga cuman lo. Toh, lo juga ngga setiap saat ngajak gue ke mana-mana." Dervan kembali mengeluarkan suaranya dengan menggebu-gebu.

Lidah Kejora mendadak kelu. Apa yang diucapkan Dervan memang ada benarnya. Tetapi, egonya masih terlampau tinggi untuk saat ini. Egonya yang mendominasi membuat emosinya tak terkendali.

"Gue juga ngga bisa buat ngga main lagi sama Galan, Ra. Yang punya masalah sama Galan itu lo, bukan gue," lanjut Dervan. Cowok itu menghirup napas dalam-dalam guna meredakan sensasi panas yang mendominasi di rongga dadanya.

Kejora, gadis itu memalingkan wajahnya sejenak. Air mata mulai menggenang di permukaan matanya. Ia mendongak sejenak, lalu mengembuskan napasnya singkat. Saat tatapannya bertemu kembali dengan tatapan Dervan, ia tersenyum tipis sembari mengangguk. "Oke. Gini ternyata balesan lo ke gue yang selama ini udah baik sama lo. Lo ninggalin gue, lo ngga mau jauhin Galan demi gue—"

"Apa sih, Ra?!" Dervan menghela napasnya berat, usai berbicara dengan nada yang cukup tinggi. Emosinya kembali memuncak karena mendengar ucapan Kejora. "Nggak ada yang ninggalin lo. Gue tetep di sini. Perkara ngga diajak aja kenapa dibikin rumit sih, Ra?" sentak Dervan.

"Lo juga harusnya mikir sebelum nyuruh gue jauhin Galan. Masih punya otak kan, Ra-"

"Van! Lo tau kalo Galan bikin gue sakit! SAKIT, VAN!" Kejora memukul dadanya tiga kali. Air mata yang sedari tadi ditahan, langsung meluruh perlahan-lahan dari sudut matanya. "Gue pikir lo orang yang paling paham perasaan gue, paham kondisi gue. Ternyata ... ngga, ya, Lan?" seraknya.

Meskipun Kejora menangis, tidak mengurangi kemarahan Dervan pada gadis itu.

"Terserah. Terserah lo mau bilang apa. Gue ngga peduli. Gue capek temenan sama orang modelan lo. Yang apa-apa harus dingertiin. Yang apa-apa harus diajak ke mana-mana. Yang ngambek berkepanjangan kalo nggak sesuai kemauan lo. Ayolah, lo udah mahasiswa. Buang kelakuan kekanakan lo. Nyebelin tau, nggak?"

Back To The Past (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang