Setelah mendekam selama satu hari satu malam di rumah sakit Sungchan diharuskan istirahat lebih lagi untuk satu hari di rumah. Kebetulan sekali besoknya malah libur nasional dan weekend.
Karena itu saat tiba-tiba menginjakkan kaki ke sekolah pagi ini rasanya seperti hari pertama setelah liburan musim panas. Benar-benar terasa seperti hari baru yang luar biasa.
Entah didapat dari mana energi Sungchan pagi ini terasa meletup-letup. Mungkin dari kakinya yang sudah sembuh sepenuhnya atau mungkin dari sarapan khusus untuknya pagi ini.
"Sungchan!!"
Sungchan tersentak dan menoleh ke belakang. Mendapati Haechan yang berlari ke arahnya.
"Lama tak bertemu. Kakimu sudah lebih baik??"
Sungchan mengangguk.
"Tentu saja, Hyung. Ini hanya luka kecil"
Hachen menghela nafas lega.
"Syukurlah. Kau tau ada pertandingan besar akhir tahun ini dan kita kekurangan pemain"
Sungchan tersentak menutup mulutnya. Tangannya bergerak mencegah Haechan melanjutkan perkataan.
"Tidak mungkin. Hyung???!"
Haechan mengangguk. Dan Sungchan berteriak kegirangan di tengah koridor.
🦋🦋🦋
Jaemin mengernyit bingung saat seorang teman sekelasnya mangatakan ada yang mencarinya di pintu kelas.
Dia melangkah pelan dan membuka pintu di hadapannya. Mendapati Sungchan tersenyum lebar tak membuat rasa bingungnya terpenuhi.
"Apa yang kau lakukan disini??"
Sosok yang lebih muda semakin berseri.
"Tebak hari ini ada berita baik apa!"
Jaemin menggaruk kepalanya. Rasanya benar-benar acak tingkah laku adik tirinya ini.
"Tidak tau"
Dia tersentak saat tiba-tiba Sungchan tertawa dan meraih tangannya.
"Akan ada pertandingan besar di luar kota nanti!!! Aku salah satu kandidat besarnya!!!"
Jaemin mengerjap.
"Masih ada seleksi sekolah sih. Tapi aku kan yang paling hebat disini jadi pasti mudah"
Berdecih sinis Jaemin mengangguk-angguk.
"Iya kau pasti bisa" katanya hendak meninggalkan Sungchan dan masuk ke kelas kembali. Namun dengan gerakan tiba-tiba Sungchan menahan tangannya.
Jaemin menoleh bingung.
"Apalagi??"
"Tolong doakan aku"
Sungchan tersentak buru-buru menggeleng.
"M-maksudku t-tolong dukung sekolah ini. Ah! Bukan maksudku—"
Jaemin tertawa keras menghentikan ucapan acak Sungchan yang kelihatan sekali salah tingkah.
Jaemin menggeleng.
"Coba menunduk sebentar"
Kini giliran Sungchan yang kebingungan. Namun dengan patuh dia menunduk menyamakan tingginya dengan sang kakak.
Tangan Jaemin terangkat dan mengacak pelan rambut Sungchan. Lalu berubah menjadi elusan juga tepukan halus, bibirnya terangkat manis. Senyumnya menenangkan.
"Semoga menang ya, Sungchan-ie"
Bibir Sungchan berkedut, hampir terangkat terlalu lebar.
🦋🦋🦋

KAMU SEDANG MEMBACA
Disaster
FanfictionBeberapa orang bilang punya saudara itu adalah anugerah tapi beberapa lagi mengatakan punya saudara itu bagai bencana.