01

8.5K 874 15
                                    

us, each other ; nomin
chapter satu

Harum mawar dari lilin aromaterapi yang di letakkan di setiap sudut kamar menyeruak, mengisi kekosongan paru-paru Jaemin ketika ia melangkah memasuki kamar Jeno, yang katanya, telah jadi kamar nya juga sekarang.

Di atas sprei putih nan bersih itu, tepat di tengah-tengah nya, tampak tersusun cantik kelopak mawar merah yang membentuk simbol hati. Jaemin tersenyum, mengingat besar usaha dari kedua belah pihak keluarga untuk menyiapkan kamar pengantin.

Jaemin mendudukkan dirinya pada lembut permukaan kasur, membawa mata nya berputar memperhatikan tiap sudut ruangan. Mengagumi keindahan interior juga sulap tangan orang dibalik dekorasi.

Bunyi pintu yang di dorong terbuka mengalihkan perhatian nya, memutus kontak sebab kecanggungan yang tiba-tiba saja terjadi ketika mata nya tidak sengaja bertemu tatap dengan manik kelam milik lelaki yang telah mencium kening nya tiga jam yang lalu.

Jeno menyusul nya masuk. Pendingin ruangan yang bekerja malah semakin menaikkan ketegangan di antara mereka.

Jeno terlihat berjalan ke arah sofa yang terletak pada sudut ruangan, laki-laki itu tampak melepaskan jas putih yang telah melapisi tubuh keduanya hampir seharian ini.

Cukup lama tidak ada kalimat yang tersua dari bibir keduanya, sampai akhirnya Jeno membuka suara."Kau, tidak mau mengganti baju mu?"

Jujur saja Jaemin sedikit terkejut,"Ah i—iya, setelah ini." jawab nya.

Jeno berjalan menuju lemari, mengambil sebuah handuk kering yang terdapat di sana."Aku akan gunakan kamar mandi nya dahulu."

"Y—ya, silakan." dalam hati Jaemin merutuk, menyadari getar pada suara nya yang keluar.

Setidaknya mereka membutuhkan waktu sekitar satu jam sampai akhirnya Jaemin juga selesai membersihkan diri. Seluruh tubuhnya bergerak kaku, tidak tentu arah akan menuju kemana setelah keluar dari kamar mandi.

Dia memutuskan untuk kembali pada tepian kasur tempat nya mendudukkan diri untuk pertama kali. Lagi-lagi mengelus tangan nya sendiri guna menghadapi kecanggungan yang terjadi.

Jeno juga tampak duduk menempati posisi kanan ranjang. Tampak begitu tenang sampai akhirnya laki-laki itu mengajak nya bicara.

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu. Aku pikir, setidaknya kau harus tahu agar tidak ada pertanyaan yang di timbulkan di kemudian hari, antara kita, satu sama lain."

Jeno terlihat berdiri, wajah dengan garis rahang sempurna itu tampak sedikit melembut. Jaemin lantas ikut memusatkan perhatian nya terhadap laki-laki itu.

"Jaemin, aku rasa aku tidak punya cinta lagi yang bisa kuberikan pada seseorang. Aku tidak tahu apakah kau bisa menerima nya, dan jika tidak, aku tidak mau menjadi beban bagimu."

Sarat ketulusan yang bisa Jaemin dapati dari manik kelam milik laki-laki itu membuat hati nya tergerak, saat itu juga berkata untuk coba ia hargai.

"Jaemin, seperti janji ku kepada ayah mu, sekiranya kau bisa sedikit bersabar, aku akan berusaha untuk memenuhi tugas ku sebagai suami mu. Karena itu, maukah kau sedikit mengerti?"

Tidak tahu, secara alami kepala Jaemin bergerak mengangguk, dia bahkan tidak cukup sadar sampai senyum tipis yang muncul pada garis bibir Jeno menarik penuh kesadaran nya.

Us, Each OtherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang