chapter 09. [end]

1.8K 77 3
                                    

ekhem, sebelum membaca saya akan mengubah sedikit ceritanya, panggilan mereka satu sama lain akan diganti dengan "ziel-kakak" ini dari pihak ziel, dan "ziel-saya" dari pihak dzor.

okay, selamat membaca !!




.....
06:20

    Sinar matahari pagi menelusup masuk melalui celah gorden jendela, membuat salah satu dari kedua insan yang yang tengah tertidur lelap ini terbangun, terganggu akan cahaya yang mengenai matanya, dzor. Ia membuka matanya, menoleh kearah samping dan menemukan pria manis yang masih setia menutup matanya, tak terganggu akan cahaya matahari pagi.

   Dzor mengusap pipi lembut pria itu, dan tersenyum. seolah tak menyangka bahwa ia akan dapat memilikinya. mendekatkan wajahnya pada wajah sang kekasih, mengecup kening itu dengan lama seolah menyalurkan seluruh kasih sayang darinya hanya untuk pria itu seorang.

   Rupanya kecupan itu mampu membuat ziel terbangun, ziel membuka matanya, dzor. itu lah yang pertama kali ia lihat, ziel tersenyum, kembali memeluk leher wanita itu dengan erat seolah tidak ada hari esok. membuat dzor terkekeh.

'kenapa malah semakin erat peluknya hm?" tanya dzor diiringi kekehan pelan.

"kakak hangat, ziel suka peluk peluk tubuh kakak" ucapnya dengan mengendus-endus permukaan leher sang dominan. "kakak juga wangi walau belum mandi hehe, ziel suka harum tubuh kakak" lanjutnya dengan sangat jujur. membuat dzor melingkarkan tangannya pada pinggang ramping pria manis itu, mengeratkan pelukannya pada pinggang itu seperti yang dilakukan ziel pada dirinya.

"sweet boy, stay like this huh? don't change, don't leave me." tutur dzor.

   Ziel yang mendengarnya tersenyum hangat, menganggukkan kepalanya, menepuk-nepuk bahu lebar itu. "iya kakak, tidak akan, ziel selalu disini untuk kakak" ucapnya dengan tulus.

"orang tua kamu pulang kapan sayang? saya ingin bertemu mereka." tanya dzor mengalihkan pembicaraan.

"eummm sepertinya beberapa bulan lagi kak! memangnya ada apa? kenapa kakak ingin menemui mereka?" tanya ziel dengan penasaran.

"tentu saja saya akan melamar anaknya yang manis ini" ucap dzor, ia mencubit hidung mungil pria itu dengan gemas.

   Ziel mengerucutkan bibirnya, mengapa dzor yang melamar dirinya?

"ishh salah! harusnya ziel yang melamar kakak! ziel kan laki-laki sejati!" ucapnya membanggakan diri.

"hha, benarkah? laki-laki sejati ya?" dzor tertawa, ziel terlihat lucu saat marah seperti ini.

"iyalah! huh!" sulut ziel.

  

   Ziel bangun dari tidurnya, mendudukkan dirinya kemudian turun dari kasur, menoleh pada dzor yang kembali menutup matanya seraya menarik selimut. Ziel menarik-narik lengan wanita itu, agar wanita itu bangun.

"kakak ayoo bangun! ziel tau loh ya kalau kakak suda sembuh! boong dosa loh!" marahnya.

"he'em" jawab dzor.

   Ziel menghentakkan kakinya, menarik selimut yang dzor pakai, melemparkannya ke sembarang arah. "cepat kakak! kakak tida ke kantor?! ziel juga mau sekolah! ayoo mandi, ziel masakin sarapan untuk kakak" ucap ziel setelah melihat dzor bangun, kemudian berjalan kearah dapur.

   Dzor yang hendak merebahkan kembali tubuhnya pada kasur pun terbelalak kaget saat kepala ziel muncul diambang pintu.

"MANDI KAKAK!!" teriaknya dengan tatapan mematikan.

hi, sweetie. [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang