page 1

2 1 0
                                    

~Selamat Membaca~

Pagi ini, Sang Surya bersinar cerah menyapa bumi. Memberi semangat kepada setiap manusia yang bangun hari ini.

Namun kekuatan surya ternyata belum bisa membuat gadis bernama Luna itu secerah sinarnya. Ia tetap seperti itu. Datar dan tak berekspresi.

" Pagi Mah " sapanya pada sang ibu dengan senyum yang sangat tipis

Tiara-ibu Luna memaklumi anaknya itu. " Pagi juga sayang. Sarapan udah mamah siapin di meja makan jangan lupa dimakan " Luna mengangguk.

Segera ia menghabiskan sarapan buatan mamahnya lalu berangkat ke sekolah. Ia berangkat lebih awal hari ini karna jujur ia malas mendengarkan ocehan tidak jelas seperti kemarin. Ia harap belum banyak yang datang ke sekolah.

Sampai disekolah tebakannya benar ternyata. Halaman sekolah terlihat sepi dan tenang menandakan belum banyak yang berangkat. Hanya beberapa siswa yang terlihat sedang berlalu lalang.

Luna berjalan menuju kelasnya dengan earphon yang selalu ia kenakan.

Pagi yang sempurna bagi Luna.
...

Di lain tempat...

" Mah! sabuk Al kemana sih? " seru laki-laki yang tengah sibuk mencari sabuknya.

" Ya allah Al bisa ga si gausah teriak teriak?! Jebol lama-lama kuping Mama. Cowo tapi kaya cewe sukanya teriak teriak. Lagian kalo abis pulang sekolah tu diberesin dulu ga langsung ngelayap kemana tau " sahut wanita cantik yang masih memegang centong sayurnya.

" Mah Al panggil mama buat bantu cariin sabuk bukan ngomel. "

Algara Abi Pamungkas, biasa dipanggil Al atau Gara atau Alga, laki-laki dengan segudang tingkahnya yang membuat geleng-geleng. Dia itu seperti bunglon beda tempat beda sifat. Ah, kalian akan mengetahuinya setelah membaca kelanjutan cerita ini.

" Ya kamu taruh dimana si? " Al menghela nafas kasar.

" Kalo Al tau udah Al cari sendirilah ma gimana si "

Ditengah perdebatan antara ibu dan anak itu dari balik pintu kamar Al muncul bocah laki-laki berusia sekitar 5 tahun sambil menenteng benda panjang ditangannya.

" Em abang cali ini? " ujar bocah itu lucu, dia belum bisa mengucapkan huruf r.

" Alhamdulillah ya allah sabuk Al ketemu! " soraknya gembira sambil terus mengucap syukur.

" Kamu nemu dimana cil? "

" Dikamal mandi sabuknya kecemplung di bak mandi tlus zian ambil deh " Al hanya mengangguk lalu segera memakai sabuk itu dan bergegas sekolah.

Siska melongo heran melihat anak sulungnya itu. Entah bagai mana sabuk itu bisa ada di bak mandi. Apa Al mencoba memandikan sabuk itu agar bersih? Ah sudahlah bisa pusing memikirkan putranya itu.

" Zian ayo bantu mama masak " Zian menggeleng dan berlari keruang tengah melanjutkan bermainnya. Siska menghela napas dan menuju dapur.
....

Al berlari menuju kelasnya pasalnya sebentar lagi bel masuk dan jam pertama adalah jam Pak Imam atau biasa ia panggil Pak Botak. Bisa bahaya jika ia terlambat masuk, entah hukuman sadis apa yang akan Pak Botak berikan padanya.

" Hah! untung- hah - ga telat " tubuh Al ambruk di lantai. Pagi-pagi sudah basah diguyur keringat. Sial betul hari-harinya.

" Al bayar kas. Lo udah nunggak 3 minggu kapan mau bayar? " ujar Tiwi bendahara dikelasnya.

" Woylah! Mata lo buta apa gimana sih?! lo ga liat gue masih ngos-ngosan begini apa? malah lo tangih utang " sargas Al sewot. Memang kurang akhlak temannya itu.

" Ya lagian lo tu kaya juga tapi suruh bayar kas aja susah banget. "

" Nih Al minum dulu ngenes banget gue liatnya kaya abis dikejar setan " ujar Genta sahabat karibnya sambil memberikan sebotol air mineral pada Al.

" Makasih Ta lo doang emang sahabat gue yang paling pengertian. Mereka berdua mah ga punga hati emang. Malah cuman ngeliatin doang lagi " Al meneguk air pemberian Genta hingga kandas.

Kringgg...

Bel masuk berbunyi sesaat setelah Al menghabiskan minumnya. Dan dengan segera Pak Botak datang dengan gagahnya siap 45 mengajar.

Semua khitmad mendengarkan penjelasan Pak Botak. Ralat mungkin lebih tepatnya terpaksa khitmad karna merka tidak ingin berurusan dengan yang namanya hukuman.

Satu jam berlalu kini waktunya jam istirahat. Siswa siswi berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut kelaparan mereka.

" Mau pesen apa nih? karna gue lagi baik hari ini gue yang pesenin kalian makanan. " ujar Genta pada ketiga sahabatnya.

" Tumben banget lo mau pesenin makanan? biasanya juga gue yang pesen. Kesambet setan apa lo?" tanya Iqbal keheranan dan dibalas anggukan oleh Al dan Azam.

Pasalnya Genta adalah satu-satunya orang dari mereka berempat yang anti berdesakan memesan makanan dikantin. Tapi tidak ada angin tidak ada nyamuk tiba-tiba dia menawarkan diri untuk memesankan makanan.

" Hehe jadi gini gue ga bawa duit jajan dompet gue ketinggalan di kelas. Traktir gue la gais " Ketiganya menghela napas. Kan benar dugaan mereka, Genta seperti ini pasti ada maunya.

" Orang tua lo tu kaya kenapa lu masih demen traktiran si heran banget. Yaudah ni gue bayarin sana pesen. Baik kan gue. " Mata Genta berbinar mendengar ucapan Al.

" Yang kaya kan ortu gue bukan gue ." Lalu dengan semangat ia berlari memesan makanan untuknya dan ketiga sahabatnya.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka menyibukkan diri dengan pikirannya masing2.

Al mengedarkan matanya menatap kantin yang nampak sesak.

Namun sampai di satu titik ia menemukan gadis yang nampak asing dimatanya. Siapa dia? Mengapa ia duduk sendirian?

Dia amatin lebih teliti lagi, sangat teliti dan satu kesimpulan yang dapat ia tanggap. Gadis itu... CANTIK!

Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Tuhan apa dia jodoh yang Engkau janjikan?

" Woy!! gais makanan datang "

Sial, Genta membuyarkan lamunan indahnya.

Mata Al yang semulanya menatap gadis tadi menjadi menatap bakso yang nampak menggoda dihadapannya. Bakso tetap nomor satu.
.....

Eyoo terimakasi sudah baca sampe akhir..

Gmn? masi banyak kurang maap ya gais. Dah jangan lupa vomentnya!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M LUNA ; Don't mind meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang