Mataku perlahan terbuka, hal yang pertama aku rasakan adalah rasa sakit yang menjalar di sekitar tubuhku. Aku sangat kesulitan untuk menggerakkan kepalaku, seolah mendapat luka yang cukup parah. Tetesan air itu pun melewati wajahku, hingga masuk kedalam mulutku. Aku dapat meyakini bahwa itu bukanlah air, itu adalah darah. Aku sangat hafal dengan bau dan juga rasa dari cairan kental berwarna merah itu.
Tak hanya itu, aku dapat merasakan bahwa tangan dan juga kaki ku tengah di ikat. Aku dalam posisi terduduk diatas kursi, seperti kursi kayu. Ikatan tali itu sangat kencang, aku meyakini bahwa pergelangan tangan ku kini di penuhi luka, apakah aku mencoba untuk melepaskan ikatan ini. Aku tak ingat, meskipun mataku sudah terbuka, aku tak bisa melihat apa-apa. Sebuah kain hitam membungkus kepalaku,pantas saja aku kesulitan untuk bernafas.
Perut ku pun berbunyi, tanda ingin segera diisi oleh makanan. Makanan, aku ingin tertawa bila mengingat itu. Aku lupa kapan terakhir kali aku memasukan sesuatu kedalam mulutku, atau apa yang aku masukkan kedalam mulutku untuk membuatnya tak merasa sakit. Bahkan untuk minum, aku harus memungut sebuah botol kemasan yang sudah tak diinginkan lagi. Ah sulitnya hidup seperti ini, sekarang aku hanya bisa berharap bahwa aku akan segera mati.
Tetapi sialnya aku masih terus hidup dan menerima siksaan dari dunia yang selalu membuatku menderita ini. Musuh ku hanyalah satu, yaitu Tuhan. Ia selalu saja terus menerus memberiku cobaan yang berat tanpa sedikit pun memberikan kebahagiaan. Seharusnya aku tak perlu lagi untuk terus menerus menyalahkan Tuhan, karna aku sadari bahwa ia tidak ada gunanya lagi bagiku.
Aku hanya bisa berharap untuk segera menyelesaikan kehidupan yang laknat ini. Aku tak sanggup lagi untuk bisa bertahan lebih lama dalam dunia yang di penuhi oleh penderitaan yang kekal ini. Manusia, adalah makhluk yang sangat menjijikan bagiku. Walaupun harus aku sesali bahwa aku bagian dari manusia itu juga. Mereka egois dan hanya memikirkan diri mereka sendiri, aku pikir semua manusia tidak seperti itu. Aku mempercayai bahwa ada manusia yang memiliki hati yang mulia. Aku salah, semua manusia sama saja.
Perlahan terdengar suara pintu yang terbuka, aku menyadari bahwa aku tengah ada di sebuah ruangan. Langkah kaki itu terdengar tidak hanya satu, ada beberapa orang yang datang menghampiri ku. Mereka berbicara satu sama lain, aku tidak terlalu paham dengan apa yang mereka katakan. Karna mereka memakai bahasa yang tidak aku ketahui. Akhirnya mereka pun melepaskan kain yang menutupi kepalaku, hal pertama yang aku lakukan adalah berhafas dengan benar.
Karna saat kepalaku di tutup, sulit sekali untuk bernafas dengan benar, kain itu menghalang udara masuk untukku bernafas. Seseorang menarik kelapaku agar mengadah keatas dan mengguyur wajahku dengan air dingin hingga membuatku membuka mataku secara paksa. Yang pertama ku lihat adalah lampu gantung yang berwarna temaram, aku memicingkan mataku, lampu itu menyilaukan.
Ada tiga orang pria yang memakai pakaian jas rapih berwarna hitam dan satu wanita memakai baju dress yang berwarna hitam pula, aku belum pernah melihat siapa orang yang tengah ada di hadapanku itu. Wanita itu pun mendekati ku dan membersihkan luka yang ada di wajahku, dengan lembut ia mangusap wajahku hingga bersih dari darah.
Tak hanya wajahku, wanita itu membersihkan tubuhku, mulai dari lengan hingga kaki. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi disini, setelah selesai membersihkan tubuhku, wanita itu menyuruhku untuk memakai baju yang ia bawa. Baju berwara hitam yang sangat bagus bagiku, aku pun menurut dan memakai baju tersebut.
Mereka mengajakku keluar dari ruangan tersebut, tidak ada rasa curiga apapun yang aku rasakan. Mereka seolah mengawalku. Wanita yang tadi berada di depan, dua pria ada di sisi kanan dan kiri ku dan juga satu pria ada di belakangku. Wajah mereka sangat datar, tapi tidak ada rasa takut untuk melihatnya.
"kita mau kemana?" tanyaku.
"kita akan ke tempat yang suci" jawab wanita di depan.
"apakah kita akan ibadah bersama?" tanyaku lagi. Wanita itu berhenti dan memutar tubuhnya, ia tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROH
Mystery / Thriller"ketika dendammu tertuju pada tuhan, bagaimana caramu membalasnya?"