I

21 3 2
                                    

Happy reading 😸

***

Berdiri di depan meja resepsionis. Kiara menatap pria itu dengan jarak yang lebih dekat.

"Sebagai tuan toko yang baik dan bersahaja. Saya akan terlebih dahulu menyapa anda. Bolehkah?"

Kiara mengangguk.

"Selamat datang di magic shop. Semua keinginan yang katanya tidak mungkin terkabul bakal terkabul disini. Sesuai dengan misi toko, maka saya akan mengabulkan keinginan terpendam  anda."

Bullshit. Satu kata yang terbenak dalam pikiran Kiara. Bagaimana bisa hanya sebuah toko bisa mengabulkan keinginan, atau orang ini hanya mengada-ngada saja.  Coba pikirkan,  jika seseorang datang ke sebuah toko bunga, dia memang  butuh bunga makanya dia datang ke toko bunga. Dan toko itu akan mengabulkan keinginannya. Begitu juga dengan toko sembako, toko kue, toko baju, toko sepatu dan toko lainnya.

Tujuan seseorang datang ke toko tersebut sudah jelas untuk mengunjungi toko tersebut begitu juga dengan Kiara yang datang ke toko ini karena...,

"Penasaran."

Pria itu berbicara seolah menjawab omongan batin Kiara.

Ya, Kiara masuk ke dalam toko itu karena penasaran.

"Itu hal yang lumrah untuk anak se-usia kalian. Hal yang baru dan tabu sangat menarik hingga membuat kalian penasaran. Jika rasa itu kalian tidak segera terpenuhi maka rasa itu akan semakin meledak-ledak seperti bom dan pada akhirnya kalian akan lebih kewalahan sendiri tanpa bisa mengendalikan diri sendiri."

Kiara tak enak hati begitu tujuannya datang ke toko diketahui langsung oleh pemilik  toko.

"Jangan merasa bersalah pada sesuatu yang tidak kamu lakukan."

Keduanya saling menatap dalam diam.

"Bukankah rasa penasaran itu salah satu trik marketing pemasaran agar menarik pelanggan datang. Boleh kamu katakan kalau saya sukses menjalankan trik jitu itu," ucapnya dengan sangat antusias.

"Anda sangat sukses dengan trik itu. Sampai-sampai aku yang jarang penasaran jadi penasaran gini," timpal Kiara untuk mengurangi rasa bersalah.

"Saya jadi malu," ucap pria itu  tersipu malu-malu sambil menarik kacamatanya ke atas lalu seolah-olah mengusap air mata. Padahal Kiara dapat memastikan kalau tidak ada air mata yang menetes sedikitpun.

"Menceng tidak?" Tanyanya setelah membenarkan kacamatanya.

"Agak terlalu miring ke sebelah kiri."

Pria itu menggeser kacamatanya ke sebelah kanan.

"Sudah pas belum?"

"Terlalu ke kanan."

Menggeser lagi ke sebelah kiri.

"Terlalu ke bawah."

"Terlalu menekan kelopak mata."

"Maju sedikit dan geser ke kiri 1,25 cm."

"1,25 cm?! Bagaimana saya bisa tau harus menggeser sepanjang itu?" Guman pria itu kebingungan.

Tiba-tiba sebuah ide muncul. Pria itu masuk ke balik meja resepsionis.

Suara benda berjatuhan mendominasi dalam ruangan yang sepi itu.

Dukk,

"Awhss,"

Suara benturan dibarengi ringisan membuat Kiara panik. Sebenarnya dalam benak Kiara terus bertanya-tanya. Apa yang sedang pria itu lakukan di dalam sana.

Tak lama pria itu muncul dengan membawa sebuah  meteran yang biasa digunakan tukang bangunan.

"Biar saya ukur dengan ini," katanya.

Bersiap  hendak mengukur tapi dengan penahan meteran di letakan di hidung tangan satunya digunakan  untuk menarik meteran dan yang satu lagi untuk membenarkan kacamata.

"Apa segini sudah pas?" Tanya pria itu.

"Terlalu ke kiri 0,25 cm."

"Aish, bukannya tadi saya sudah menggeser 1,25 cm."

"Tidak. 1,50 cm yang anda geser."

"Benarkah?"

Pria itu segera mengamati meteran yang tadi di pakai. Dan benar saja apa yang Kiara katakan.

"Aish, sungguh memalukan." Guman pria itu, " Dulu waktu sekolah nilai matematika saya selalu bagus tapi berjalan seiring waktu, umur saya yang berkurang membuat keahlian  matematika saya juga ikut berkurang."

"Tunggu satu menit lagi saya akan mengukur dengan benar," pintanya.

"Biar aku bantu benarkan," tawar Kiara.

"Ahh, bo--. Terima kasih atas tawarannya tapi biar saya lakukan sendiri. Saya janji hanya satu menit."

"Saya tidak suka menunggu."

Satu kalimat itu menghentikan niat pria itu untuk membenarkan letak kacamatanya.

"Baiklah. Tolong bantu saya membenarkan kaca mata agar sejajar dengan tulang hidung saya tanpa menutupi rambut indah  saya ini, " katanya sembari mengelus rambut yang nyaris menutupi sebagian mata.

Kiara dan pria itu saling mencodongkan badannya. Dalam waktu kurang dari sepuluh detik Kiara sudah selesai.

"Nice. Arigato gõzaimas."

"Iie."

"Apa keinginan kamu? Biar saya wujudkan."

Kiara tak menyahut.

"Di dalam toko ini semua yang kamu inginkan bakal terwujud. Bicaralah apa keinginan kamu?" Jelasnya lagi.

"Tapi anda bukan Tuhan!"

T.B.C

***

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Jodohnya min suga 💙

Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang