Arabella Indira. Gadis dengan tinggi 150 cm yang kerap di panggil Dira oleh teman teman sekolahnya, tapi ada satu makhluk bernama Putra Elvano yang menyandang status sebagai pacar, yang selalu memanggilnya Ara. Tinggi cowok itu mencapai 170 cm, kebayang bukan seonggok kurcari saat berjalan dengan tiang listrik?
Kini Ara tengah memandangi room chatnya dengan Putra, topik chat yang kian hari kian hambar membuat Ara jengah. Emosi dan overthingking mengenai perubahan sikap cowok tiang listrik itu sudah menjadi makanan bagi otaknya di setiap malam. Ara bingung harus bagaimana lagi ia menghadapi situasi seperti ini. Akhirnya ia menutup kembali room chatnya dan tidur dengan kepala yang berisik.
Ara merebahkan tubuhnya di kasur. Pandangan Ara mengitar. Menatap setiap benda yang ada di kamarnya sampai pada sebuah novel berjudul 'My Ice Girl.' Ia bangkit kembali dari tempat tidur. Kaki nya melangkah menuju meja belajar. Tangan mungil Ara meraih buku novel tersebut. Ia mengambil sebuah foto dirinya dengan Putra, selembar kertas buku, dan selembar kertas origami berwarna kuning yang terselip di sampul buku itu.
Gadis itu cukup lama memandangi foto dengan senyum tipis. Pikirannya melayang. Mengingat saat itu ia merasa sangat bahagia ketika Putra mengajaknya berfoto hokkie karena Ara baru pertama kali berfoto seperti itu dengan seorang laki laki.
"Dulu pas pulang dari foto hokkie, kak Andra nanya 'habis dari mana?' Terus aku jawab habis ngedate sama kamu tapi nadanya bercanda."Ucap Ara bermonolog, ia terkekeh sendiri saat mengingat hal itu. Dan lagi lagi baru kali ini kakak ku tau aku jalan sama cowok cuman berdua.
Tangan Ara menyimpan lagi foto pada tempatnya dan beralih pada selembar kertas buku yang di sobek. Dipandangnya setiap kata manis yang Putra tulis saat akan memberinya gelang hitam. Ara terkekeh geli. Lucu sekali saat itu Putra berpura pura meminjam buku bahasa Indonesia miliknya hanya untuk menyelipkan kertas yang dilipat beserta gelang hitam. Katanya itu trik modus yang ia pelajari dari ayahnya.
Matanya kembali tertuju pada selembar kertas origami berwarna kuning. Disitu tertulis 'Putra sayang Ara'.
Ara terkekeh "Kita udah kayak jamet Sd yang manggil ayah bunda ya Put. Alay banget. Waktu itu kamu jadi salah tingkah banget pas lagi ngerjain mading di mushola. Lucu juga kalo di inget inget lagi. Tapi kayaknya kamu udah nemuin bahagia lain selain aku." Tanpa sadar air matanya turun. Sesak rasanya saat ia kembali memandangi kenangan indah yang sebelumnya tak pernah Ara dapatkan dari siapapun.
Ara menghela nafas kasar. Menyelipkan kembali semua kenangannya dengan Putra ke sampul buku. Ia mencoba menenangkan pikirannya "Gue yakin lo baik Putra, cuman lo plin plan aja. Awas aja kalo ketemu gue jambak ya."Ujar Ara kembali tersenyum tipis. Setidaknya itu membuatnya sedikit lega. Ara belum bertemu lagi dengan Putra setelah ujian sekolah selesai. Gadis itu kembali merebahkan tubuhnya dan mematikan lampu kamar, mencoba untuk memejamkan matanya.
"Ara sini." Lambaian tangan pria itu membuat Ara harus menghampirinya.
"Kenapa?"
"Nanti kamu bantuin Nadia buat dandan ya." Ujar nya dengan senyum manis.
Ara mengernyit heran. Entah kenapa ia bisa tiba tiba berada di tempat itu dan untuk apa ia repot-repot harus membantu acara si pria tapi ia menepis pikiran itu dan Ara hanya mengangguk kecil pertanda ia menyetujui perintahnya.
Beberapa menit berlalu, sang wanita bernama Nadia itu telah siap dengan riasan wajah dan gaun putih yang cantik. Pria yang tadi menyuruhnya pun telah datang untuk melihat Nadia. Terlihat raut wajah penuh haru dari sang pria saat memandangi Nadia.
"Makasih Ara, tapi kamu jangan pulang dulu. Bantuin aku disini ya." Lagi lagi Ara hanya mengangguk kecil, dengan senyum tipis, hambar, dan tertekan. Bagaimana tidak tertekan pasalnya Ia membantu acara pernikahan pacarnya sendiri yang sudah 7 tahun bersamanya, bahkan ia membantu merias calon istrinya. Sakit bukan menjaga jodoh orang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER BREAK UP
HumorPernah gak sih lo emosi bahkan sampe putus cuman gara gara mimpi? Si Arabella Indria ini contohnya.