motor

687 98 29
                                    

Sore hari sekitar pukul empat, terlihat dua pemuda tengah duduk sambil menikmati pesanan mereka. Suasana cafe cukup senggang, hanya ada beberapa anak sekolah dari sekolah mereka. Wajar saja mengingat lokasi cafe yang memang tidak jauh dari tempat mereka menuntut ilmu itu.

Yin mengepalkan kedua tangannya di atas meja. Keningnya berkerut. Ia menatap si teman nongkrongnya hari ini dengan tatapan minta penjelasan.

Sementata yang ditatap masih setia menyesap minuman dan sesekali memakan makanannya. Sudah ditraktir, masa mau disia-siakan. Iya, ini Xavier yang ditraktir oleh pemuda pirang pejuang cinta kita; Yin.

"Bang Xavier ayo dong! Kan udah gua traktir, gak sabar nih!" Yin merengek ingin segera diberi penjelasan oleh kakak kelasnya.

Kalau kalian berpikir mereka saat ini tengah date, tentu kalian salah. Yin ingin menanyakan beberapa hal tentang Julian pada Xavier. Berhubung beberapa proposal sudah ia cek dan di serahkan ke pihak wakasek, Xavier menyanggupi. Tapi tentu saja tidak gratis. Ia meminta Yin mentraktirnya makan dan minum.

"Pasti ada kejadian kalo lu ngerengek gini, kan? Coba cerita dulu biar gua paham." Xavier sudah paham tabiat Yin, mereka teman nongkrong sedari Sekolah Menengah Pertama.

"Jadi gini..." Yin memulai ceritanya.

•••

Flashback.

Bel pulang berbunyi. Semua siswa yang tidak punya kepentingan seperti ekskul atau menyerahkan tugas yang belum rampung segera berhamburan keluar kelas. Mereka menuju gerbang untuk pulang.

Yin sedikit berlari ke arah parkiran. Langsung saja dinyalakannya RX King kebanggaan. Ia lajukan motornya sambil mengarungi lautan siswa-siswi. Hingga akhirnya Yin menemukan eksistensi yang ia cari. Si rambut merah pujaan hati.

"Julian!" panggilnya.

Julian yang merasa dipanggil menoleh ke belakang. Si surai scarlet menghentikan langkahnya. Meskipun ia sebal pada Yin, tapi tadi ia sudah ditraktir roti. Itung-itung balas budi dengan bersikap baik pada si pirang.

"Ayo pulang bareng! Naik sini, Yan!" Yin mengajak Julian pulang bersama seraya menepuk jok belakang dengan sebelah tangannya. Tak lupa senyum manis si pemuda.

"Makasi tawarannya. Tapi gue gak mau." Julian menolak dengan nada sedikit lembut. Tidak enak menolak tawaran orang sebaik Yin sebenarnya.

Yin kaget. Kenapa Julian tidak mau pulang bersamanya? Apa ia bau? Atau motornya jelek? Ah, yang ini tidak mungkin. Ayahnya bilang, semua perempuan di sekolahnya dulu malah sampai berebut ingin dibonceng motor ini.

"Yan, Serius? Kenapa gak mau? Gua anter ampe depan pintu gerbang rumah lu kok. Janji deh ga gua turunin depan gang." Yin memohon agar Julian mau pulang dengannya. Tangannya sampai membentuk peace saat mengucap janji.

"Gue gak mau, Yin. Gak akan pernah mau."

Yin agak tersulut. Apa maksudnya si merah ini? Tidak akan pernah mau pulang dengan Yin?

"Lho, yan? Kok gitu? Motor gua joknya sempuk. Dijamin pantat lu terjaga." ucapnya sambil menggenggam sebelah tangan Julian. Berniat menahannya agar pujaan hatinya tidak pergi begitu saja.

Julian berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Yin, tapi susah. Saat ia tidak sengaja melihat Gusion, ia memanggilnya.

"Gusion!"

Gusion yang dipanggil mendekatkan motornya ke arah dua orang itu. Ia mematikan mesinnya.

"Julian? Yin? Kalian lagi ngapain?" Tanya Gusion yang bingung dengan adegan yang dilihat kedua matanya.

Kiat Menjadi Pacar JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang