After Everything We've Been Through

419 22 11
                                    

Aku menyelesaikan sisa jam giliranku untuk menemani Tankhun menonton setelah mengirim pesan pada Kinn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku menyelesaikan sisa jam giliranku untuk menemani Tankhun menonton setelah mengirim pesan pada Kinn. Rencanaku hari ini adalah bicara dengannya setelah kurang lebih dua minggu ia bungkam.

Aku tak menyangka situasi pasca putusku dengan Kinn tidak merubah apapun yang terjadi di antara kami. Vegas masih berkunjung ke sini, ditambah saat aku mengawal Kinn di manapun ia berada, tak jarang aku berakhir diam di depan pintu kamarnya dan menunggu. Aku tidak punya pilihan selain bergeming saat melihat Vegas masuk ke sana layaknya orang luar yang berperan tidak lebih dari sekadar datanglah jika Kinn memanggilmu atau enyahlah dan urus dirimu sendiri.

Aku sepenuhnya menyalahkan Kinn atas semua hal yang ia lakukan terakhir kali bersama Vegas tepat di hadapanku saat keluarga minor datang ke sini untuk membahas bisnis mereka dan Vegas memilih untuk menetap lebih lama.

Terkadang, aku pikir Kinn punya perasaan yang sama sepertiku, aku pikir Kinn tulus suka padaku saat pertama kali kami bercinta di suatu ruangan di lantai tiga puluh setelah acara lelangnya usai, aku pikir ciuman kami di tepi pelabuhan kecil waktu itu bisa membuatnya mencintaiku.

Lift mengantarku ke ruangan Kinn, begitu sampai di depan pintunya, aku membeku singkat sebelum memutuskan menaruh tanganku di kenop. Memikirkan defensi apa lagi yang bisa dipakai agar aku tidak berlarut-larut jatuh pada Kinn. Namun aku kembali dari pikiranku waktu Vegas menarik pintunya lebih dulu.

Penampilannya super berantakan, rambutnya yang dirapikan dengan gel bisa kutebak entah sudah berapa kali teracak, kemeja satin biru gelapnya setengah dibuka, pun kerahnya terlipat tak keruan, menunjukkan beberapa tanda ungu-kemerahan di lehernya.
Sementara aku memperhatikan dan Vegas hanya menyapaku seadanya, aku mendapati bahwa bahkan Kinn masih melakukannya dengan Vegas sebelum kami sempat bicara.

"Kinn."
"Duduklah, Porsche." Kinn menepuk ruang kosong di kursi berlengan sebelahnya. "Apa yang ingin kau bicarakan?" lanjutnya, ia bahkan tidak repot-repot memindahkan fokus dari majalah di hadapannya padaku.

"Kau serius akan melakukan semua ini terhadapku?"
Kinn menurunkan majalah ke meja kopi, menutup lembarannya dan beralih menghadapku.
"Melakukan apa?"
"Kencan dengan Vegas tanpa susah payah menjauhi aku. Kinn, apa keputusanku malam itu setidaknya belum cukup membuatmu sadar?" aku menumpahkannya dalam satu waktu, suaraku bergetar sementara aku berusaha menahan air mataku.

"Porsche, dengar, keputusanmu sepenuhnya bukan urusanku. Dan untuk alasan kenapa aku tidak menjauhimu, pertama kau masih tetap pengawal pribadiku, dan kedua aku masih mencintaimu sama seperti sebelumnya."
Aku tertawa parau, menggerakkan leherku agar mendongak sehingga air mataku tidak menetes, berusaha mengendalikan diriku sendiri.

"Aku tidak menyangka kau sungguh egois, Kinn. Aku tahu kau punya segalanya, tapi bukan berarti kau bisa berbuat sesukamu padaku, aku mencintaimu, sangat mencintaimu, aku pikir semua yang kuberikan padamu bisa membuatmu merasa cukup." aku menyapu air mataku dengan punggung tangan.

"Hei.. Porsche, ya Tuhan."
Kinn berpindah, ia bertumpu pada lengan kursi dan berlutut, mataku masih terbakar, air mataku masih terus-terusan jatuh.
"Hei, Porsche, lihat aku," Kinn menyugar poniku, dan tanpa kusadari, tangannya diam menangkup pipiku.
"Porsche, aku serius saat aku bilang aku masih mencintaimu, tapi aku juga mencintai Vegas. Kau tahu seberapa kacau dirinya, kau tahu aku perlu mencarinya di bar atau kelab manapun pada jam-jam tengah malam dan membawanya pulang sebelum Vegas semakin berantakan."

"Dan menurutmu aku tidak membutuhkan dirimu? Kinn, seharusnya aku juga punya perhatianmu, aku bukan Vegas tapi aku juga sama-sama menginginkanmu."
"Porsche, astaga maafkan aku, maafkan aku, oke?" Kinn mengusap sisa air mataku dengan jemarinya, ia tersenyum kecil padaku.

Kinn menarik wajahku mendekat dan menciumku. Bibirnya masih lembut dan hangat, masih sama seperti terakhir kali aku menciumnya.
Tetapi dahiku mengkerut, di samping ciuman kami, aku merasakan sedikit sisa lipbalm di sudut bibirnya, ini lain dan bukan Burt's Bees kesukaannya. Spontan, hanya satu hal yang muncul di pikiranku, Vegas.

Aku kembali terisak, dalam ciuman kami, aku memikirkan diriku yang terlihat sangat menyedihkan. Kinn tidak bisa sepenuhnya menjadi milikku seperti sebelumnya, dan aku juga tidak sanggup marah pada Vegas entah apapun yang terjadi.
Dan setelah segalanya, aku menyadari bahwa yang kulakukan hanya membuatku semakin terjebak dengan Kinn tanpa mengetahui seberapa lama lagi aku sanggup bertahan.

END.

Little Talks [KinnPorsche]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang