~PLAK~
Sebuah tamparan yang keras mendarat di pipi gadis yang sedang berdiri di depan ibunya dengan pandangan yang menuju ke arah bawah.
"KENAPA KAU INI HIDUP DASAR ANJING SIALAN!!!"
"HARUSNYA AKU MEMBIARKAN MU TERLANTAR DI RUMAH SAKIT DULU JIKA KAU SEKARANG INI TAK MEMBANTU HIDUPKU BANGSAT!!!" Ujar seorang wanita yang berdiri di depan Tara.
"Aku minta maaf karena aku sudah terlahir, a-aku minta maaf hiks-hiks-hiks." Sahut tara dengan lirih sambil menangis di depan ibunya yang sedang memarahinya hanya karena masalah sepele.
"DASAR KAU ITU ANAK HARAM, MATI SANA KAU SIALAN!!" Dengan keadaan marah ibunya pergi meninggalkan tara yang masih mematung di tempat dia berdiri
Gadis itu terus menangis terisak-isak hanya karena sebuah ucapan yang menyatakan bahwa dirinya merupakan anak yang tak seharusnya di lahir kan. Tara perlahan berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya, dengan kondisi kamar yang gelap tanpa lampu dia menangis memikirkan perkataan ibunya yang sebenarnya sudah dia dengan berkali-kali.
Tara berusaha untuk tidak menangis dan menelan semua keadaan pahit bahwa dirinya memang anak yang tak seharusnya di lahir kan. Dia terus memikirkan apakah ini yang disebut dengan hukuman yang dia terima atas ulah orang tua kandung nya.
"Ayahhh, ibuuu??"
"Apakah ini hukuman yang di berikan tuhan kepadaku atas dosa yang kalian perbuat?, Ini sangat menyakitkan." Gumam tara sembari menangis tersedu-sedu dengan tatapan yang masih menatap ujung jari kaki dengan posisi lutut tertekuk dan dia meletakkan dagunya di atas lutut.
Dia terus berfikir bahwa dirinya adalah sampah dunia yang tak seharusnya di lahir kan dia menangis dan terus menangis sambil mengingat neneknya yang sangat menyayangi dirinya tanpa mengharapkan balasan.
"Nenek apa kau tau?? Bahwa ayah tiri ku melakukan hal tak senonoh kepadaku sejak kau tiada."
"Yaah, aku harap aku bisa segera bertemu dengan mu dan aku akan mengadu padamu dan bercerita kepada mu atas perlakuan ayah tiri ku kepadamu." Tambah nya dengan ekspresi yang lurus dengan tatapan kosong yang tertuju ke arah meja belajar. Dia hanya bisa mengingat kenangannya bersama neneknya yang begitu menyenangkan.
~Drrrtt Drrtt Drrt~
Tara terus melamun hingga dia dikejutkan dengan ponselnya yang bergetar di sampingnya, segera dia melihat siapa yang menelepon dirinya disaat seperti ini. Matanya melihat dengan jelas tertulis nama kakak yang ada di panggilan itu, dengan cepat tara mengusap kasar mata dan pipinya dan mengubah suaranya agar tidak terlihat sedang sedih.
"Oh halo ada apa kak?" Ucap tara yang memulai percakapan dalam panggilan tersebut.
"Dimana ibu?" Sahut kakaknya dengan singkat.
"Aku tidak tahu." Dengan segera tara langsung mematikan panggilan tersebut dan merebahkan dirinya ke kasur dan meringkuk dengan mata yang terasa memanas, dada yang terasa sesak sekali dia berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah.
Gadis itu mulai tertidur dalam gelapnya ruangan tanpa lampu maupun cahya sedikit pun dengan earphone yang terpasang di kedua telinga nya. Tara mulai tertidur dengan mata yang sembab dan nafas yang masih terisak-isak.
~TBC