...

479 16 10
                                    

14 Februari 2006

'Len kalo 10 tahun lagi kita ketemu lagi dan masih sama sama, kamu mau kan nikah sama aku?'

'Pasti'

'Janji ya?'

'Janji'

'Ini surat perjanjiannya, kamu tanda tangan nih'

'Sudaaahhhh' mereka berdua tersenyum lepas setelah menautkan kedua jari kelingking mereka berjanji bahwa mereka akan menikah kelak

***

9 Years Later

Adam. Pemuda berumur 24 tahun yang sekarang bekerja sebagai teknisi disalah satu perusahaan bidang transportasi milik negara. Bisa dibilang umurnya sudah cukup untuk memulai berumah tangga. Keluarga dan orang orang terdekatnya sudah menyuruhnya untuk mencari pendamping.

"Dam mau sampe kapan lo ngejomblo terus?" tanya sahabat karibnya itu

"Gue ga jomblo mids"

"Dari jaman awal kuliah sampe kita udah kerja gini gue belom pernah ngeliat lo punya pacar. Gausah punya, ngegebet cewe aja ga pernah. Apa jangan jangan lo naksir gue ya? Idiiiwwww"

"Najis lo. Normal gue. Kalo gue jadi cewe juga ogah sama lo. Cuma Gracia aja yang khilaf mau sama lo, pake pelet apaan si lo hahahaha"

"Gue kan takut aja hahaha abisnya lo kaya orang phobia cewe gitu"

"Sialan lo hahahaha"

Saat aku sedang bercanda bersama Hamids sahabatku sejak kuliah tiba tiba pandanganku terfokus pada sosok perempuan yang tidak asing bagiku. Perempuan yag duduk dipinggir jendela sedang melamun dengan sesekali menyesap minumannya.

Elaine. Ya, aku sangat yakin jika perempuan itu dia. Tak ada yang berubah darinya mungkin hanya penampilannya yang terlihat dewasa tetapi kecantikannya sungguh tidak berkurang sedikitpun.

Tanpa disadari aku tersenyum sambil memperhatikan perempuan itu. Perempuan yang sangat aku rindukan. Perempuan yang selalu menghantui pikiranku selama ini. Cinta pertamaku dan mungkin pula menjadi yang terakhir.

Hamids membereskan barang barangnya dan terlihat seperti ingin pergi. Good, ini kesempatan untukku. Semakin ia cepat pergi semakin cepat pula aku menghampiri Elaine.

"Dam gue duluan ya"

"Mau kemana?"

"Ayang Gelacia minca dijemput nich"

"Dih alay"

"Sirik lo ama gue? Makanya buruan cari cewe gih. Bahahahahakkk"

"Udah buruan sono pergi. Eh jangan lupa bayarin nih makanan ya"

"Iya deh iya. Apes deh gue"

"Thanks Hamidsss. Salam ya buat Gelacia ahahahahaha" Hamids hanya membalas dengan jari tangannya yang dibentuk seperti huruf 'o'


Aku menghela nafas panjang sambil sesekali menatapnya dari kejauhan. Aku memberanikan diri untuk bangun dan menghampiri dia. Entah apa yang terjadi tiba tiba jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Ilen?"

"Adam?" kujawab pertanyaannya dengan anggukan kepala

"Apa kabar Dam? Ayo duduk"

"Baik. Kamu gimana?" terlihat wajah yang tersenyum manis tiba tiba berubah menjadi datar tanpa ekspresi

"Keadaanku lagi engga baik Dam"

Valentine BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang