Empat tahun yang singkat. Saat aku menangis bersama awan di dermaga Biru, hingga kini aku kembali bersama dewasa beserta beban lainnya. Bukan lagi gadis berseragam SMA yang bahkan menangis saat ditinggal sendiri di rumah. Ini aku yang tak lagi rapuh meski harus berhadapan dengan ombak serta riuhnya pantai saat penghujan tiba.
"Jadi, apa kisahmu hari ini, Awan?" begitulah tanya langit saat menyambut kehadiranku yang sudah dua hari tak tidur. Perjalanan yang melelahkan.
Mentari menuntunku serta bayanganku pulang. Membawa langkah ini kembali pada rumah lusuh di pedalaman. Jauh dari hiruk pikuk kota. Bahkan, tak lain adalah jelmaan rimba belaka.
Embun menyambut kehadiranku. Burung-burung bersiul merdu. Dedaunan berbincang haru. Gadis kesayangan mereka kembali.
"Jadi, bagaimana perjalananmu, Awan?" tanya dingin di sela-sela kehangatan unggun.
Hanya diam yang kusampaikan. Sebab, perantauanku bukanlah tempat yang nyaman. Hanya ada hari yang lelah dan malam rindu yang berlanjutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rantau (Cermin)
Short StoryPerihal aku yang pulang, bersama dewasa serta hal lainnya yang menjadi beban. Rantau - Cerita Mini Zaski Zeet