prolog

7 1 1
                                    

Oh denyut nadi serasa bergetar, pusing kepala Bedul memikirkan gadis cantik dihalaman sekolah tadi.
Tidak tidak dia tidak berani menyapanya, dia bagian Keamanan satu Pondok. Sulit? Ya tentu bagian ini sulit baginya.
"Kenapa Dul?, Masih kepikiran yang tadi."
Irfan baru saja membuyarkan dikiranya.
"Gini Dul, kalau kau masih tidak berani menyapanya,  tunggu saja, andaikata dia takdir mu pasti ketemu lagi"
"Sulit kawan, aku masih memikirkan cara agar bisa menyapanya"
Selalu saja Bedul memikirkan tentang gadis itu, berkali kali Bedul mendapati surat dari Santri Putri tapi tak pernah ia kepikiran sampai segininya. Aihh jangan kalian kira tokoh utama ini tak punya nafsu, kuat nafsu dia sebenarnya, tapi dia tak tau bagaimana ia harus berterus terang.
Sesekali ketika pensiun dari masa jabatannya ia ikut duduk bersama teman temannya memandang rembulan yang disesaki oleh bintang.
"Kau tenang aja Dul, kalau nanti kita sudah lulus ku temani kau mencari wanita itu" Janji Irfan padanya.
Jib datang membawa kopi, menyeruput pelan dengan ketenangan hati.
"Ahhh, kau tau Dul, kawan SD ku sudah 38 kali Gonta ganti pacar"
"Nanti kalau sudah masanya ku cari gadis itu" Sergah Bedul penuh semangat.
Hingga malam kemalam teman temannya hanya bisa menyemangatinya dengan berbagai guyonan, sesekali Bedul membalas goyunan namun seringkali ia terdiam.
"Dul pegang kata kata ku, kalau Allah berkehendak tak ada yang bisa menghalangi Dul"
Oh indah sekali kata kata mereka, andaikata mereka tau Isi kepala Bedul saat ini hanya ada wajah Gadis itu. Maklum kawan 17 tahun Bedul hidup baru kali ini ia merasakan jatuh cinta pada wanita. Kau bertanya tentang cinta kepada ibunya, jahat nian kau kawan, Bedul tak pernah melihat ibunya sejak lahir.

andaikataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang