mine!

138 19 44
                                    

Meski Coda di sini perempuan, namanya tetap Coda, ya. Why? Berdasarkan web dari google dikatakan bahwa Coda itu nama yang gender-neutral jadi gitu dehh xixi.

OST For this Oneshot (Recommend to listen it while reading): Your Eyes by Stray Kids. Enjoy~

○●○

"Erin!" pria dengan pakaian kebesarannya duduk di atas singgasana sambil membaca selembar surat.

"Erin!" Menyadari bahwa panggilannya tidak direspon oleh sang pemilik nama, ia sedikit membesarkan suaranya.

Nihil. Panggilannya tetap tidak dijawab.

Pria itu mulai merasa jengkel. Ia pun menghela nafas dan bangun dari singgasananya. "Oi, Erin!"

"BWAAA!!!" seru seseorang yang muncul tepat di belakang singgasana pria itu secara tiba-tiba.

Pria itu mengarahkan pandangannya ke sumber suara, "Oh, kau disitu. Eh, matte...! KAU SEDANG APA DI BELAKANG SINGGASANAKU?!"

Erin memasang wajah jengahnya dan menghela nafas. "Cih... Kenapa Yang Mulia Orion tidak terkejut? Membosankan sekali~"

"Sudah jutaan kali kubilang, aku tidak akan terkejut dengan permainan konyolmu itu. Astaga, padahal kau sudah menikah. Kau masih saja begini. Aku jadi merasa kasihan dengan istrimu, apa ia tidak akan kerepotan menghadapi sikapmu yang seperti ini?" tanya Orion sambil menyerahkan surat di tangannya pada Erin.

"Sayangnya, istriku sangat menyayangiku jadi ia tidak merasa kerepotan menghadapiku hehehe...," terlihat efek bunga-bunga di sekitar wajah Erin yang sedang cengengesan sambil menerima surat dari Orion.

Erin menatap sebentar selembar kertas itu lalu ia kembali menatap Orion, "Apa ini? Surat cinta? Maaf, aku sudah laku."

"Bukan, bodoh. Cepetan baca aja isi suratnya!"

Erin bergantian menatap Orion dan surat itu sebanyak dua kali. "Yang Mulia minta dibacain?"

Orion menunjukkan tinjunya pada Erin, mengancamnya bahwa sekali lagi ia bertanya hal-hal bodoh, Orion akan menghajarnya. Erin reflek berjongkok bersembunyi di belakang singgasana Orion sambil tertawa kecil. Akhirnya, setelah melakukan keisengannya, ia membaca isi surat tersebut dalam hati.

Iya, sebenarnya Orion hanya meminta Erin untuk membaca surat itu sendiri, bukan untuk minta dibacakan oleh Erin. Erin yang sudah tahu mengenai hal itu malah sengaja membuat Orion emosi. Karena, motto Erin adalah satu hari satu keisengan untuk Raja Orion.

Seselesai membaca isi surat tersebut, Erin langsung memasang tatapan kosong. "Ehh...? Seriusan, nih? Memangnya dia umur berapa, dah?" gerutunya.

"Oi, sudah belum?" tanya Orion sambil mengintip ke belakang singgasananya, "Kenapa kau memasang wajah tidak enak kayak gitu?"

"Y-Ya... Gak kenapa-napa, sih...," Erin berdiri sambil menggarukkan belakang kepalanya yang tidak gatal. Lalu, ia menyerahkan kembali surat tersebut pada Orion, "Besok, 'kan, ya acaranya?"

Orion mengangguk dan menerima surat itu kembali dari tangan Erin.

Erin kemudian mengangkat bahunya dan meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya malas. "Aku ke Bestia dulu aja, ah," ujar Erin.

"Oh, kau ingin bertemu istrimu, kah?"

"Enggak, mau ngelamar Yang Mulia Fang, puas?!"

"Erin...," Orion menepuk jidatnya sendiri. Lelah ia mendengar celetukkan tidak berguna Erin.

"Lagian nanyanya pertanyaan retoris. Gimana sih, Yang Mulia?" ledek Erin dengan senyuman menyeringai di wajahnya.

"Terserah, dah."

Mine! [Erin x Fem!Coda - IDOLiSH7 Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang