| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
|🌙|
| |
| 🌙
|
❤Pekerjaan dan pernikahan adalah kalung masadepan yang semua orang ingin dapatkan. Pun menghalalkan segala cara demi memenuhi pencapaiannya. Jung Amoy, pria yang telah mengikrar janji akan sehidup-semati dengan wanita pilihan, kini harus menyandang ironinya kehidupan. Semua orang pasti mengetahui bahwa cinta sama hal seperti permen karet, manis di awal, pahit di akhir. Nyatanya harus di buang bilamana rasa itu tak lagi menyamankan jiwa.
Tidak berlaku bagi pria 27 tahun lalu memulai takdir hidupnya di dunia, Jung Amoy. Pria ini menjadikan kekasih hati adalah satu-satunya obat penyembuh untuk jiwa pilu yang ia derita.
"Moy, obatnya di minum, ya?" sang pujaan hati mengingatkan.
"Aku sehat, sayang!" pria itu menolak lantas berjalan menuju kekasihnya yang berdiri dibelakang. Menangkup wajah sang wanita lantas menatap lekat bola mata sang lawan, jika iris itu pisau sudah pasti Sara akan terluka oleh tatapannya. "Kamu cinta aku kan, Sar?" lagi-lagi pertanyaan sama yang terus berulang seolah tidak yakin akan cinta tulus Sara. Jung Amoy punya kekurangan membuat dirinya selalu di liputi rasa takut kehilangan. Takut kalau Sara tidak tulus dan main belakang. Padahal wanita manis ini tidak begitu terbukti hubungan itu bertahan tidak hanya setahun atau dua tahun saja.
Sara memejamkan mata menarik napas dalam sebelum kembali menenangkan kekasih yang telah setahun lamanya mengidap depresi. Ayolah, kapan lagi Jung Amoy waras dan berlaku mesra? Jarang! Harusnya Jung Amoy mengikuti rehabilitas bukan di apartemen mengurung diri seperti sekarang. Namun, berkat ancaman brutal ingin mengakhiri hidup bilamana terpisah dari Sara, sang kekasih hati, maka pihak keluarga mengurungkan niat. Jung gila bila tidak melihat Sara barang semenit---troma dari kecelakaan setelah menjalani perawatan diawal tahun lalu. Drama memang, tapi begitulah fakta. Ia pernah merasa kosong saat tidak melihat Sara dua hari.
"Sayang---"
"Berhenti menyuruhku meminum zat kimia itu! Bukankah sangat tidak baik untuk kesehatan ginjal dan jantung?" Ada saja alibinya agar tidak dicekoki kapsul penyembuh itu.
"Amoy!" Sara marah, pria ini begitu keras kepala semakin kesini semakin menjadi-jadi kelakuannya. Untung sayang. Tapi sabar juga ada garis maksimal, bukan? Kalau begini terus Sara yang malah perlu rehabilitas menghadapi Amoy. Bisa gila juga lama lama.
Mendengar itu Amoy menendang wadah sampah hingga terpental mengenai kompor dan panci yang berada di dapur, membuat masakan dalam panci tumpah seketika. Merasa tidak di sayang dan merasa Sara berubah. Tentu saja gadis itu terkejut menutup mulut, matanya panas menahan sesak. Amoy itu tidak suka dimarahi apa lagi yang marah Sara, sakit hatinya. Bawaanya stres dan ingin menangis, lalu ngamuk dengan takdir. Padahal dulu dikenal sangat pria lembut dan penyanyang, sebelum kecelakaan tragis setahun lalu menimpa.
"Moy, kamu dulu tidak pernah gini?" orang bermasalah seperti Amoy harus di ajak bicara pelan pelan, modal sabar harus banyak. Wanita itu menarik pria bermata sipit yang tengah berkacakpinggang untuk menghadapnya. Tidak yakin rasanya bila Jung Amoy yang sudah dikenal selama 5 tahun berubah menjadi pria brutal, kasar, dan emosional. Tak mungkin pula Sara lupa akan penyakit depresi yang dialami sang kekasih. Hanya membandingkan sikap kini dan masalalu, itu membuat Sara tidak lagi mengenal kekasihnya. Ah---mana boleh membandingkan masalalu dengan sekarang bukan?
"Aku muak mengatakan ini, Sara! Tapi---tapi kau tahu alasan di balik penolakanku! Aku lelah!" Keluhnya, tangan Sara memeluk tubuh kekar Amoy dari belakang, satu-satunya cara agar pria ini tidak lagi mengamuk. Hanya Sara, keberadaan Sara-lah yang membuat Amoy mampu mengontrol ketidakwarasannya itu. Selagi Sara berada dalam jangkauan pandangnya maka pria ini akan tetap tenang. Sara-lah satu-satunya penyembuh bilamana Amoy dalam keadaan menggila, kumat penyakitnya. Pria ini tidak pernah lagi mau meminum obat dari psikiater sejak pertama kali merasakan efeknya bekerja. Itu menyiksa batinnya, begitu kata Amoy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Healer
Teen FictionRasa bersalah itu bagai penjara yang mengurung jiwa tanpa ampun dan satu-satunya yang mampu menyembuhkan kelumpuhan jiwa selain obat adalah hati. #one_shoot