HI PAPA!

6.9K 361 127
                                    

"Enggg-hahhh!

"Kamu bisa, sayang. Semangat ya, mas selalu ada di samping kamu."

Shey mengangguk-angguk. Keringat bercucuran membasahi keningnya sampai pipi. Pelipis juga turut berair. Tangannya yang digenggam sang suami terkepal.

"Ayo, bu, kepalanya sudah mulai terlihat, bu. Tarik napas, buang." Si dokter perempuan yang ada di ruangan itu membantu. Memberi saran dan cara agar Shey bisa mengejan lebih kuat.

Deru nafas sang istri membuat Aksel turut ketar-ketir. Bibirnya tak henti-henti melontarkan kata-kata penyemangat untuk Shey, sementara hatinya sibuk berdoa agar persalinan wanita muda itu lancar. Aksel terus berdoa agar istri dan calon buah hatinya selamat.

Si dokter perempuan memberi aba-aba untuk Shey. Menyuruh wanita muda itu menarik napas, kemudian mengejan. Terus seperti itu.

"Bu, mengejan lebih kuat, Bu, adeknya sebentar lagi keluar."

Shey meremat kuat tangan sang suami. Menarik napas dalam-dalam. Kemudian menghembuskannya seiring dengan dorongan untuk mengeluarkan bayi dari perutnya.

"HAAHHHHH!"

Oek oek oek

Suara erangan Shey digantikan suara tangis bayi yang merebak. Semua orang bernapas lega. Termasuk Aksel dan dokter plus perawat yang mendampingi. Juga para orang tua, Sandy, Jamal, Jeje yang menunggu di luar.

Ingin rasanya Aksel menangis seketika. Perasaan bahagia membuncah membuatnya terharu. Laki-laki itu tidak berhenti mengecup punggung tangan sang istri sembari menggumamkan kata-kata selamat dan terima kasih. Terima kasih kepada Shey karena sudah melahirkan buah hatinya.

"Hebat banget kamu, sayang."

Bayi yang diketahui berjenis kelamin laki-laki itu dibersihkan oleh si perawat. Dibersihkan darah yang menempel dan dibungkus kain cantik berwarna biru muda. Bayi baru lahir itu tampak menggemaskan.

Sang perawat menyerahkannya kepada Aksel. Diterima dengan tangan bergetar oleh laki-laki itu. Mata Aksel dengan berkaca-kaca memandangi putra kecilnya. Seperti bercermin pada wajah bayi itu. Mengingatkan akan foto masa kecilnya yang berwajah serupa.

"Ayo, Bu, tarik napas sekali lagi. Bayi yang kedua masih di dalam."

Aksel tampak terkejut mendengar ucapan sang dokter kepada istrinya. Laki-laki itu menatap sang istri penuh tanya. Namun Shey hanya tersenyum.

Langkah-langkah seperti saat melahirkan bayi pertama mereka, dilakukan lagi oleh Shey. Sebab sudah tau cara-caranya yang pertama, perempuan itu hanya perlu sedikit mengejan. Walau kedua tangan masih meremat kuat tempat tidur.

Di sebelah Shey ada Aksel yang setia menemani bersama putra mereka.

Dengan setia pula bu dokter yang mengawal proses lahiran Shey, terus membimbing. Memberi kata-kata penyemangat untuk pasiennya yang tampak baru lulus sekolah menengah atas.

Tangis bayi kedua menggema setelah berhasil keluar dari rahim sang bunda. Tangis yang hanya sekejap itu menandakan bahwa buah hati mereka lahir dengan selamat.

Karena tangisan bayi perempuan itu itu, sang kakak yang lahir lebih dulu turut menangis. Namun dengan cepat Aksel meredakannya.

"Cup, cup, cup, sayang."

Perawat yang sama membawakan bayi yang lahir kedua. Dan langsung digendong Aksel karena bayi pertama ingin berdekatan dengan sang bunda alias sudah dipindahkan ke sebelah Shey.

Aksel asyik memandangi wajah putrinya. Mata terpejam yang indah dengan bulu mata lentik seperti milik sang istri. Dua pipi gembul jiplakan Shey yang begitu tembam menggemaskan.

Aksel menunduk untuk mendekatkan putri yang ia gendong kepada sang istri.

"Yang cowo mirip mas." ucap Shey dihiasi dengan kekehan.

"Yang ini mirip kamu, yang. Pipinya, matanya, semuanya kayak kamu."

Pasangan suami-istri yang tengah berbahagia itu saling pandang dengan senyum. Kebahagiaan mereka tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kontak mata dan tindakan fisik mereka sudah menjelaskan semuanya.

Yang pasti, inilah arti sesungguhnya dari kesenangan rumah tangga mereka. Babak baru kehidupan rumah tangga Aksel dan Shey baru dimulai.

Dengan hadiah putra-putri kecil yang menggemaskan.

————
——
baby-nya kembar lagi dong biar lucu😎💗
masa udah lupa sama cerita ini? kalo lupa, silakan baca ulang ceritanya hihi.
masukin perpus lagi ya!

HI PAPA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang