1. Oh, dia.

8 5 2
                                    

"Ah pasti gara-gara semalem jadi kesiangan begini." Razka mengeluh sambil mencari kacamatanya yang ntah ia taruh dimana semalam.

Ketika membuka selimut yang dipakainya semalam, ia menemukan kacamata yang sudah patah. "Oh God..."

Sudah tidak ada lagi cadangan kacamata dilacinya, semuanya sudah patah dibuatnya. Setiap barang yang ia pegang akan cepat rusak bahkan akan rusak pada waktu itu juga.

Razka sudah tidak punya waktu lagi untuk pergi ke Optik, akhirnya ia pergi ke kampusnya tanpa mengenakan kacamatanya.

Atharrazka Akihito.

Pria kelahiran 18 februari 2001, di Azabu, area di dalam Minato di Tokyo, Jepang. Ia memiliki darah campuran Indonesia-Jepang. Dia lahir di Jepang dan tinggal di sana sampai umurnya menginjak 7 tahun, Lalu pindah ke Indonesia tepatnya di kota Batam. Setelah lulus SMP, Razka dan keluarganya pindah kembali ke kota Jakarta dan melanjutkan jenjang SMA nya di sana, tepatnya di SMAN unggulan M.H. Thamrin.

Diusianya yang kini sudah menginjak 19 tahun, ia sudah menjadi mahasiswa semester 3 jurusan arsitektur di Universitas negri Jakarta. Sewaktu SMA Razka merupakan siswa jenius, bahkan ia lulus SMA saat usianya yang baru menginjak 17 tahun. Pria yang memiliki tinggi 181 cm itu memiliki ketertarikan pada lukisan, taekwondo, dan bermain bass. Tak ayal setiap terdapat event di kampusnya band-nya akan dipanggil untuk memeriahkan acara.
.
.

Sesampainya di kampus ia langsung melangkah cepat menuju kelasnya, walaupun terganggu dengan penglihatannya yang agak kabur.

Apesnya Razka tidak sengaja menabrak seorang perempuan, karena Razka menabraknya cukup keras, kopi yang dibawa perempuan itu tumpah mengenai tangannya.

Tangan perempuan itu bergetar menahan panas, namun kepalanya tetap tertunduk.

"Aduh sorry sorry. My bad. Panas ya? Boleh gua liat tangannya?" Razka hendak menggapai tangan perempuan itu, namun perempuan itu segera menjauhkan tangannya.

"Jangan sentuh."

"Oh sorry. Tapi kalau gua obatin mau kan? Can I?"

"Ga perlu, gapapa"

Razka cukup frustasi mendengar setiap jawaban dari perempuan itu.

"Kalau gitu kopinya gua ganti ya. Lo beli di Starbucks 'kan? Tapi gua ganti abis kelas selesai, boleh? Kelas kali ini penting buat gua."

"Saya bilang gapapa." Perempuan itu memungut cup kopinya yang jatuh dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.

"Biar gua aja yang ngebersihin tumpahan kopinya. Jangan nolak lagi, ga enak tau ditolak terus"

"Ya sudah, terimakasih kalau begitu." Perempuan itu melenggang pergi.

"Hey tunggu dulu! Seenggaknya kasih tau dulu nama sama fakultas lo biar gua gampang nyarinya kalau mau gantiin kopi."

Perkataan Razka tidak digubris oleh perempuan tersebut, dia tetap melanjutkan langkahnya dengan mantap meninggalkan Razka.

"Awas ya! Gua cari sampai ke ujung kampus!" Padahal dia sendiri tidak melihat dengan jelas wajah perempuan itu.

"Raz, ngomong sama siapa?"

Gabriel menepuk bahu Razka. Heran melihat temannya itu terlambat untuk pertama kalinya ditambah berbicara sendiri.

"Forget it. Gantiin gua bersihin ini ya, nanti gua kenalin lo ke Renata, okay?"

"Ah yang bener lo, raz?"

Razka melambaikan tangannya tanpa berbalik, pergi meninggalkan Gabriel yang masih mematung di tempatnya.

o0o

Binar ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang