BAB 7: KALAU SUKA BILANG

9.3K 1.3K 65
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Arjuna masuk kedalam rumah dengan pelan. Suasana sedikit tenang tidak ada suara televisi yang di nyalakan dengan suara keras seperti biasanya. 

Di depan televisi yang mati itu, Arjuna melihat Aruna tengah tertidur dengan tubuh terbungkus selimut. Dengan pelan Arjuna menyentuh kening Aruna ingin memeriksa apakah demam gadis itu sudah sembuh dan ternyata syukur lah demam Aruna sudah sembuh. Suhu tubuhnya sudah kembali normal.

"Bang Juna!" Arjuna langsung menoleh ketika mendengar seseorang memanggilnya dengan tiba-tiba.

Arjuna meletakkan jari telunjuknya di bibir. Memberi kode pada Armaya agar tidak berisik dan mengganggu tidur Aruna.

Namun, dasarnya Armaya yang tidak patuh  atau memang sengaja dia tidak menurut pada perintah Arjuna.

"Abang sudah pulang ya. Kok tumben sudah pulang. Ini jam berapa?" tanya Armaya dengan keras. Padahal pertanyaan yang dia lontarkan sama sekali tidak penting dan tidak perlu di jawab. Dia hanya sengaja ingin membangunkan kakaknya yang tengah tertidur itu.

Arjuna menatap Armaya dengan tajam. Apalagi melihat Aruna yang mulai membuka matanya.

"Berisik Arma," guman Aruna. Tangannya mengucek mata, mulutnya menguap.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Aruna lagi, sambil mengumpulkan nyawanya.

"Setengah lima sore. Cepat bangun!" Ucap Arjuna dengan tegasnya.

"Bau martabak," guman Aruna lagi dengan mata yang masih setengah terpejam.

"Bang Juna bawa martabak, untuk ku kan?" Armaya yang melihat bungkusan di tangan Arjuna langsung mengambilnya. Mendengar kata martabak, Aruna langsung sadar sepenuhnya.

"Mau martabak," ucap Aruna dengan semangat.

"Kalau mau martabak bangun dulu. Jangan tidur terus," ucap Arjuna. Setelah itu dia berjalan meninggalkan Aruna dan Armaya.

"Martabaknya aku habiskan ya Bang!!!" teriak Armaya saat melihat Arjuna pergi.

"Bagi sama Aruna," Jawab Arjuna dengan suara kerasnya. Dia yang sudah hampir sampai kamar dan Armaya yang duduk di ruang tengah bagaimana mereka tidak teriak-teriak.

Arjuna membuka pintu kamarnya, dia bergegas untuk mandi dan istirahat. Namun baru membuka kancing baju untuk mandi, terdengar suara teriakan Aruna dari bawah. 

"Bang Juna, Arma pelit. Tidak mau berbagi!!" 

Mendengar teriakan Aruna, Arjuna hanya membuang nafas lelahnya. Dia memakai kembali pakaiannya dan bergegas turun melihat kelakuan dua bersaudara yang sudah seperti kucing dan tikus itu. 

Sampai di ruang tengah, Arjuna kembali menggeleng melihat Aruna dan Armaya yang saling berebut martabak. Aruna tengah terlihat kesal, karena Armaya membawa semua martabaknya pergi. 

"Lihat Arma Bang, dia pelit!!" tunjuk Aruna dengan kesalnya pada Armaya. 

Arjuna langsung menatap tajam kearah Armaya. Pemuda itu hanya tersenyum tanpa dosa ketika Arjuna menatapnya dengan tajam. 

"Itu Abang belikan empat kotak, memangnya mau kamu makan semua Arma?" Ucap Arjuna pada Armaya.

Armaya menatap Arjuna dengan malu, tangannya menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal. 

"Hehehe, ya tidak sebenarnya Bang. Cuma mau ganggu Mbak Runa," jawab Armaya. 

"Sudah jangan ganggu Mbak mu, sukanya kok cari suara." 

"Mbak Runa nya aja yang suka ribut Bang. Baru di ganggu begitu sudah ngadu-ngadu." 

Aruna langsung ingin memukul kepala adiknya saking kesalnya mendengar ucapan Armaya itu. 

CINTA ARJUNA (DELETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang